naruto

naruto

Sabtu, 01 Desember 2012

PDK KAYU HARUM 401 - 405

Episode 401 Biarpun wataknya kasar, polos, jujur dan tenang, namun hati Thian Kek Hwesio merasa kasihan juga kepada sutenya ini, yang kehilangan keanggautaannya dari Siauw-lim-pai bukan oleh kesalahannya, melainkan oleh keadaan. Di dalam hatinya, dia masih menganggap pemuda itu sebagai sutenya sendiri yang dikasihinya. "Yap-sicu, pandanglah pinceng. Pinceng adalah sorang kakek yang pantas menjadi kakekmu. Dalam menanggapi dan memandang persoalan dunia, mata batin pinceng telah terbuka lebar, mengapa Sicu merasa segan menyampaikan kepada pinceng kalau Sicu tidak segan menyampaikannya kepada suhu? Nah, orang muda, engkau perlu sekali mendapat penerangan, maka ceritakanlah peristiwa apa yang mendatangkan kegelapan hebat seperti hawa siluman itu di hatimu." Lenyaplah keraguan di hati Cong San. Kalau dia tidak dapat menumpahkan perasaan hatinya yang membuatnya seperti gila itu, tentu dia akan menjadi gila dan benar seperti ucapan bekas suhengnya ini, dia akan melakukan hal-hal yang mengerikan. Suhunya tak dapat diharapkan, maka satu-satunya orang yang kiranya akan dapat menolongnya dengan nasihat adalah pendeta tua inilah. Serta-merta dia turun dari kursi dan menjatuhkan diri berlutut di depan Thian Kek Hwesio. Pendeta ini memandang kepada bekas sutenya sambil tersenyum tenang, membiarkannya saja tidak membangunkannya karena maklum bahwa pemuda itu harus menumpahkan sluruh perasaan yang menghimpitnya. "Losuhu, teecu.... bersama isteri teecu...... mengunakan hutan pohon pek untuk melewatkan malam......." *** "Pinceng sudah tahu akan hal itu Sicu. Hwesio pernoda telah melaporkan dan pinceng memerintahkan mereka membiarkan kalian berdua dan meninggalkan kalian, karena sebagai sahabat baik, kalian berdua berhak menggunakan tempat itu untuk berbulan madu. lalu, apakah yang terjadi?" Setelah ragu-ragu sejenak, akhirnya Cong San dapat juga mengeluarkan perasaan melalui mulutnya, "Losuhu, malapetaka hebat menimpa diri teecu...... malam tadi...... ah, bagaimana teecu harus menceritakan? Malam tadi........adalah merupakan malam pertama bagi teecu berdua sebagai suami isteri....... semenjak pernikahan kami yang tergangu di Cin-ling-san....." "Hemmmm, dapat pinceng maklumi. Selamat atas kebahagiaan kalian suami isteri, Sicu." "Losuhu! Harap jangan memberi selamat kepada teecu yang celaka ini! Malam tadi......baru teecu ketahui dan....... ah, Losuhu...... ternyata banwa isteri teecu itu bukanlah perawan lagi!!" Tadinya Cong San merasa betapa hatinya terhimpit dan setelah dia berhasil mengeluarkan hal yang menjadi racun di hatinya itu, dia merasa agak lega, mengira bahwa tentu bekas suhengnya itu akan terkejut sekali, mengucapkan doa dan ikut merasa penasaran dan marah karena dia maklum betapa besar kasih sayang suhengnya ini kepadanya. Akan tetapi, tidak ada akibat apa-apa, bahkan tidak ada suara keluar dari mulut suhengnya. Ia tercengang dan cepat mengangkat muka memandang wajah kakek itu. Ternyata kakek itu tetap tenang, duduk dengan muka cerah dan mulut tersenyum. Sejenak mereka berpandangan dan ketika Cong San kelihatan makin terheran-heran, kakek itu berkata halus, "Yap Cong San, bangkit dan duduklah!" Seperti orang kehilangan semangat, Cong San bangkit dan duduk menghadapi Thian Kek Hwesio. Sampai beberapa lama hwesio itu tidak bicara, dan mereka hanya saling pandang, Cong San masih merasa tertekan dan bercampur heran, sedangkan hwesio tua itu memandang penuh selidik, sinar matanya seakan-akan menembus ke dalam untuk menjenguk isi hati Cong San. "Yap-sicu, sekarang dengarlah semua ucapan pinceng dan segala pertanyaan pinceng harap dijawab sesuai dengan isi hatimu." Cong San hanya mengangguk, seluruh perhatiannya dicurahkan. "Yap-sicu, apakah engkau benar-benar mencintai Gui Yan Cu yang kini telah menjadi isterimu?" Pertanyaan yang aneh! Mengapa masti ditanya lagi? Kenyataannya bahwa dia suka menjadi suami gadis itu tentu saja sudah cukup membuktikan bahwa dia mencinta Yan Cu! Akan tetapi dia harus menjawab semua pertanyaan, maka tanpa ragu-ragu lagi dia menjawab, "Tentu saja, Losuhu! Teecu mencinta Yan Cu dengan sepenuh hati dan jiwa teecu!" "Engkau mencintanya sejak sebelum kalian menjadi suami isteri dan dikawinkan di Cin-ling-san?" "Benar, Losuhu. Teecu jatuh cinta kepadanya semenjak pertemuan kami yang pertama kali." "Cinta lahir batin?" "Benar!" Cong San menjadi makin tidak mengerti dan menatap wajah tua itu penuh pertanyaan. "Dan sekarang, setelah mendapat kenyataan bahwa dia bukan perawan lagi, perasaan bagaimanakah yang terdapat di hatimu?" "Teecu marah, teecu benci, menyesal, kecewa dan dendam tercampur aduk menjadi satu. Teecu........ ah, teecu tidak tahu lagi apa yang teecu rasakan! Teecu ingin..... bunuh diri saja!" Senyum di wajah tua itu melebar. "yap Cong San, kalau engkau benar mencinta Gui Yap Cu, maka yang baru saja mengucapkan kata-kata itu bukanlah hatimu, bukanlah dirimu yang sejati, melainkan nafsu-nafsumu. Kalau pinceng percaya akan kata-katamu yang terakhir tadi, kalau kata-katamu keluar dari hatimu yang sejati, maka berarti bahwa selama ini engkau bukan mencinta Gui Yan Cu, melainkan mencinta...... tanda keperawanannya!" Cong San terlongo, matanya terbelalak. "Apa...... apa yang Suheng maksudkan?" Saking kaget dan bingung, dia sampai lupa dan menyebut suheng kepada hwesio itu. Thian Kek Hwesio tidak mencela, melainkan berkata, suaranya jelas dan penuh ketenangan. Episode 402 "Kalau engkau mencinta Gui Yan Cu, tentu pribadinya yang kaucinta, lahir batinnya, dirinya segala termasuk kebaikan dan cacad yang ada pada dirinya. Kalau engkau kehilangan dia, barulah engkau akan berduka dan menyesal. Akan tetapi karena yang kaucinta adalah tanda keperawanannya, maka begitu engkau kehilangan tanda itu, engkau menjadi berduka dan menyesal. Betapa picik dan rendahnya cintamu, Yap-sicu. Cinta berada di dalam hati, bukan di kulit daging! Cinta yang hanya sedalam kulit daging hanyalah cinta berahi! Tanda keperawanan hanya merupakan persoalan kulit daging belaka. Kalau betul engkau mengaku cinta kepada isterimu, maka cintamu itu adalah palsu, cintamu itu hanyalah cinta berahi kalau kini engkau meributkan soal perawan atau bukan! Memilih seorang isteri bukan seperti milih seekor ayam yang hendak disembelih, kemudian merasa kecewa dan menyesal setelah mendapat kenyataan bahwa ayam itu sakit! Sama sekali bukan! Memilih seorang isteri berarti memilih jodoh, memilih teman hidup selamanya berdasarkan cinta kasih yang murni, siap untuk hidup berdampingan selamanya, senang sama dinikmati, susah sama diderita. Kalau kenyataan bahwa isterimu bukan perawan lagi melenyapkan cintamu, maka cintamu itu bukanlah cinta murni, melainkan cita yang semata-mata didasarkan pada hubungan jasmaniah saja!" Ucapan itu bagaikan halilintar di siang hari menyambar kepala Cong San. Dia terbelalak, matanya tak pernah berkedip memandang wajah hwesio yang tenang dan mulutnya tersenyum, akan tetapi sinar matanya tajam berpengaruh itu. Akan tetapi dia masih penasaran dan membantah. "Akan tetapi, Losuhu. Cinta yang murni harus disertai kesetiaan, tidak boleh dikotori dengan perjinahan! Sudah terang bahwa dia telah berjinah dengan orang lain, dan ini merupakan penipuan terhadap teecu. Sebuah penipuan yang amat kotor menjijikkan!" Berkata demikian, terbayanglah wajah Cia Keng Hong di depan mata Cong San, dadanya menjadi panas penuh dendam dan kemarahan, napasnya menjadi terengah-engah. Thian Kek Hwesio mengangkat tangan ke atas, seolah-olah hendak mencegah pemuda itu berlarut-larut kemudian terdengar dia berkata, "Kata-katamu itu memang benar dan tepat, Yap-sicu. Namun, kesetiaan itu hanya berlaku kepada mereka yang telah saling mengikat dengan cinta kasih, terutama dengan pernikahan. Kalau dahulu, ketika kalian saling bercinta, kemudian ternyata bahwa dia melakukan hubungan baik perjinahan maupun cinta kasih dengan pria lain, itu berarti bahwa dia menyeleweng dan mengingkari hubungan cinta yang sudah merupakan ikatan janji dan tentu saja kalau terjadi demikian, engkau berhak, bahkan sebaiknya kalau engkau memutuskan hubungan cinta itu. Kalau setelah menjadi suami isteri, isterimu melakukan penyelewengan dan berjinah dengan pria lain, maka engkau pun berhak untuk merasa menyesal dan marah, berhak untuk menceraikannya. Akan tetapi, dalam hal ini, tidak terjadi pelanggaran seperti itu. Kalau isterimu itu dahulu, sebelum bertemu denganmu, melakukan hubungan dengan pria lain, hal ini bukanlah berarti dia menipumu, dia tidak bersalah kepadamu dan melanggar ikatan apa-apa denganmu. waspadalah, yap-sicu dan berpikirlah secara bijaksana. Kalau benar kenyataan bahwa isterimu bukan perawan itu berarti dia pernah melakukan hubungan badani dengan pria lain, maka hal itu terjadi dahulu dan merupakan peristiwa yang sudah lalu, sama sekali tidak ada sangkut-paut dengan hubungan cinta kasih di antara kalian." *** Agak dingin rasa panas di hati Cong San. Sampai lama dia diam saja, otaknya diperas, terjadi perang di hatinya. Terbuka mata hatinya bahwa memang dia tidak adil sekali kalau harus membenci Yan Cu karena isterinya bukan perawan lagi. Sejak pertemuan pertama Yan Cu sudah bukan perawan lagi, dan sekarang hanyalah pembukaan rahasia itu. Akan tetapi mengapa gadis itu tidak berterus terang? Itu berarti menipunya! Ah, mana mungkin seorang gadis mengaku dan bicara tentang keperawanannya? Akan tetapi mengapa bersikap seolah-olah masih perawan, masih belum pernah melakukan hubungan jasmani dengan pria lain? habis, apakah dia harus berteriak-teriak memamerkan ketidakperawanannya" Terjadi perbantahan di hati Cong San. Akan tetapi tiba-tiba terngiang di telinganya semua ucapan Cui Im ketika mereka bertanding di Cin-ling-san dulu. "Yan Cu bukan perawan lagi, dia adalah bekas Keng Hong, hi-hi-hik! Tan Cong San, engkau pemuda tolol!" Panas lagi hati Cong San, panas oleh cemburu! Matanya melotot, mukanya merah sekali. Dia akan membunuh Keng Hong! Dia akan membunuh Yan Cu! Kemudian dia akan membunuh diri sendiri! "Yap-sicu, tenanglah dan kalahkan nafsu di hatimu sendiri," tiba-tiba terdengar suara Thian Kek Hwesio yang tenang, sabar dan penuh wibawa. Cong San dapat mengendalikan lagi hatinya, akan tetapi dia masih penasaran dan bertanya, "Losuhu! Apakah Losuhu hendak mengatakan bahwa seorang gadis yang melakukan hubungan badani dengan seorang pria di luar pernikahan bukan merupakan perbuatan kotor, hina, menjijikkan dan terkutuk?" "Semua perbuatan yang menyeleweng daripada kebenaran adalah terkutuk, Sicu, terkutuk oleh kesadarannya sendiri melahirkan hukum karma. Jika benar bahwa isterimu pernah melakukan pelanggaran itu, maka sama saja dengan dia menanam benih yang kelah setelah bersemi, buahnya akan dia petik sendiri. Sama sekali tidak ada hubungannya dengan dirimu, dan...... hemmm, andaikata Sicu melakukan hal yang bukan-bukan menurutkan nafsu marah dan bertindak terhadapnya, nah hal itu dapat saja dianggap sebagai karma atau akibat perbuatannya yang sesat. Mengertikah engkau, Sicu? Akan tetapi, jangan lupa pula bahwa kalau Sicu melakukan sesuatu yang mengerikan terhadap urusan ini, sicu juga tersesat, tidak berbeda dengan yang telah dilakukan isteri Sicu, dan kesesatan ini pun berbuah kelak." "Akan tetapi, Losuhu. Seorang perempuan yang telah begitu merendahkan dirinya, sebagai seorang gadis berjinah di luar nikah, perempuan seperti itu apakah masih dapat dipercaya akan menjadi seorang isteri yang baik?" "Sicu bicara hanya menurutkan nafsu iba diri yang menggunakan kemarahan untuk membakar hati Sicu! Berjinah adalah satu dari sekian banyaknya perbuatan menyeleweng dari manusia, akan tetapi janganlah Sicu menempelkan sebuah perbuatan menyeleweng pada diri orang itu dan selanjutnya dicap sebagai penyeleweng seumur hidupnya! Yap-sicu, manusia di dunia ini siapakah yang tidak pernah menyimpang dari kebenaran? Macam-macam penyelewengannya, dan kebetulan sekali perjinahan dianggap sebagai penyelewengan terbesar untuk kaum wanita, akan tetapi setiap penyelewengan adalah manusiawi, timbul dari kelemahan batin manusia. Betapapun juga, tidak boleh menilai seseorang dari perbuatan sesaat untuk menjadi tanda selama hidupnya! Contohnya, maaf, suhu, terpaksa teecu membawa nama suhu untuk menyadarkan yap-sicu, adalah suhu kita sendiri. Beliau pernah melakukan penyelewengan yang itu, akan tetapi apakah selanjutnya beliau hidup sebagai seorang yang menyeleweng dari kebenaran? Sama sekali tidak, sungguhpun hukum karma masih selalu mengikuti beliau! Sama saja dengan isterimu, Sicu. Seorang yang melakukan penyelewengan dari kebenaran, adalah seorang yang sedang sakit. Bukan jasmaninya yang sakit, melainkan batinnya! Dan harus diingat bahwa yang sakit dapat sembuh! Sebaliknya harus selalu menjadi ingatan kita bahwa yang sesat dapat saja sewaktu-waktu jatuh sakit! Maka, selagi dalam sehat lahir batin, janganlah kita menekan terlalu berat kepada mereka yang sedang sakit lahir batinya, karena mereka itu dapat sembuh dan kita dapat jatuh sakit. Mengertikah, Sicu?" Episode 403 Cong San menunduk. Semua wejangan itu meresap di hatinya dan dapat dia mengerti sepenuhnya. Hanya hati yang panas itu, betapa sukarnya menindas hati sendiri! "Mohon petunjuk, Losuhu. Bagaimana teecu harus bersikap terhadap isteriku itu? Betapa teecu dapat melupakan perbuatannya, melupakan kenyataan bahwa isteri teecu bukan perawan lagi!" "Cinta kasih yang murni akan dapat melenyapkan semua kekecewaan hati, Sicu. Cinta kasih yang murni akan memperbesar kesabaran dan memperkaya maaf di hati dengan kesadaran bahwa tiada manusia tanpa cacad, maka segala cacad orang yang dicinta tentu akan mudah dimaafkan. Menerima seseorang harus dengan mata terbuka, dengan kesadaran sehingga akan mudah menerima orang itu berikut cacad-cacadnya dan kelemahan-kelemahannya karena tahu bahwa diri sendiri pun bukanlah orang yang tanpa cacad." "Akan tetapi, bagaimana teecu akan dapat melupakan tekanan batin ini? Apakah sebaiknya teecu secara teru terang menanyakan hal itu dan menuntut agar dia menceritakan penyelewengannya yang lalu?' Hwesio itu menggeleng kepala. "Tidak bijaksana kalau Sicu berbuat demikian. Seorang wanita memiliki perasaan yang amat peka, mudah tersingung. kalau Sicu mengajukan pertanyaan itu, apa pun kenyataannya, Sicu akan menderita akibatnya. Kalau ternyata dia tidak berdosa, dia akan tersinggung dan menganggap Sicu tidak percaya kepadanya dan hal ini mengakibatkan dia pun berkurang kepercayaannya kepada Sicu. Sebaliknya, andaikata dia berdosa, dia akan mengambil dua macam sikap, pertama dia bisa merasa malu dan rendah diri, bahkan luka dihatinya itu, setiap penyelewengan tentu membekas dan menimbulkan luka penyesalan di hati, akan terbuka dan kambuh kembali, dia akan menganggap Sicu memandang rendah tidak menghargai dia dan hal ini hanya akan mengingatkan dia akan pria pertama yang pernah merebut hati dan tubuhnya. Kedua, kalau dia seorang yang tinggi hati, dia akan nekat dan malah menantang Sicu dengan perbuatan yang seolah-olah tidak peduli dan tidak mengindahkan lagi ikatan pernikahannya dengan Sicu karena dia menganggapnya toh sudah rusak. Sebaiknya, Sicu menenangkan diri, mengubur diri dengan cinta kasih dan penuh maaf, didasari perasaan iba kepada isteri yang pernah menyeleweng dari kebenaran sehingga harus menanti datangnya hukum karma." "Losuhu berkata bahwa kalau dia tidak berdosa. Mungkinkah itu? Sudah jelas semalam...... bahwa.....” *** "pinceng sudah berusia tujuh puluh tahun lebih, sudah tahu apa yang Sicu maksudkan. Yap-sicu, tanda keperawanan seorang wanita bukan hanya dapat dibuktikan di waktu malam pengantin pertama. Banyak hal yang dapat terjadi, yang memungkinkan dia kehilangan tanda itu diluar hubungan jasmani dengan pria, misalnya karena sakit, karena jatuh dan sebagainya. Terutama sekali harus diingat bahwa isterimu adalah seorang wanita yang berilmu tinggi, yang sejak kecil telah digembleng dengan ilmu silat, dengan gerakan-gerakan ketangkasan, maka kehilangan tanda keperawanannya bukanlah hal yang aneh lagi. Sekali lagi, kalau memang Sicu mencintanya, mengapa ribut-ribut urusan tanda keperawanan yang tidak berarti? Jangan lupa, cinta kasih tempatnya di hati, bukan di........eh, maaf, bukan di situ!" Wajah Cong San menjadi terang kini. Sejak tadi dia mengalami perdebatan dan perang di hatinya, dan wejangan-wejangan itu telah membantunya sehingga akhirnya kesadaran memperoleh kemenangan. Sekarang seperti baru terbuka mata hatinya betapa tolol dia tadi, betapa gobloknya, hendak mengorbankan ikatan cinta kasih murni antara dia dan Yan Cu hanya oleh soal sepele saja. Soal perawan atau bukan! Aihhh terlalu lama dia meninggalkan Yan Cu! "Losuhu....., Suheng ....... terima kasih...... terima kasih....!" Karena teringat akan isterinya, Cong San berkelebat dan sekali meloncat telah lenyap dari ruangan itu. Thian Kek Hwesio mengelus-elus kepalanya yang gundul sambil tertawa, kemudian dia merangkap tangan di depan dada, memejamkan mata dan mengerutkan keningnya. "Omitohud..... semoga Yap-sute mendapat penerangan di hatinya dan dapat menyingkir dari bahaya kegelapan." Ia berkemak-kemik membaca doa karena hatinya prihatin sekali. Dia pun dengan mata batinya yang waspada, dapat melihat awan gelap menyelubungi diri sutenya itu. Hati Yan Cu mulai menjadi gelisah ketika sampai hampir tengah hari dia tidak melihat Cong San datang. Ke manakah perginya suaminya itu? Suaminya! Suaminya yang tercinta dan mengenangkan Cong San, dada wanita muda ini terasa hangat dan penuh. Ah, tentu ada sesuatu yang penting maka Cong San sampai meningalkannya tanpa pamit. Dia harus menanti dengan samabr. Tiba-tiba Yan Cu melompat bangun, wajahnya pucat. Sesuatu! Jangan-jangan suaminya tertimpa bahaya! Siapa tahu. Bhe Cui Im, iblis betina itu masih berkeliaran. Dan Go-bi Thai-houw! Aihhh, kalau sampai terjadi sesuatu dengan suaminya! "Bhe Cui Im, kalau sampai engkau mengganggu suamiku, aku bersumpah untuk menghancurkan kepalamu!" Ia mengepal tinju. Akan tetapi kembali ia menjadi gelisah. Bagaimana kalau sampai terjadi sesuatu dengan suaminya yang tercinta? "Ahhh, Tuhan, semoga dia selamat. Koko, ke manakah engkau pergi??" Hampir Yan Cu menangis kalau saja dia tidak ingat bahwa betapa memalukan kalau suaminya datang melihat dia menangis, atau habis menangis, seperti anak kecil saja, ditinggalkan sebentar juga menangis. Seperti wanita lemah yang manja dan cengeng, sedikit-sedikit merengek! Yan Cu merasa heran menyaksikan perubahan hatinya sendiri. Dia, seorang wanita gemblengan, seorang pendekar wanita yang semenjak kecil menghadapi kekerasan tanpa berkedip mata, sekarang menjadi seorang wanita lemah, penakut dan mudah gelisah. Beginikah cinta? Aihhh, betapa hebat kekuasaan cinta. Dia tersenyum kalau teringat betapa dahulu bersama suhengnya, Cia Keng Hong, dia bicara tentang cinta! Uihhh, betapa jauh bedanya pelajaran kosong tentang cinta itu dengan kenyataannya. Bumi dengan langit! Kiranya tidak semudah itu cinta dipelajari dengan kata-kata, tidak semudah itu untuk dapat diikuti dengan pikiran, tidak mungkin diselami oleh akal budi manusia. Cinta hanya dapat DIRASA, titik! Percuma saja bicara tentang dasar laut dari permukaannya! Seperti bicara tentang isi langit dari atas bumi! Tiba-tiba lamunannya membuyar ketika pendengarannya yang tajam terlatih itu mendengar suara gerakan orang. Ia cepat membalikkan tubuh dan seketika wajahnya berseri, matanya terbelalak bersinar-sinar, bibirnya terbuka, "Koko.....!" "Yan Cu...... ohhh, Yan Cu.....!!" Cong San dan Yan Cu seperti berlumba lari saling menghampiri, saling menubruk dan saling peluk dengan penuh rindu seolah-olah mereka telah bertahun-tahun saling berpisah! Kalau masih ada bekas-bekas kemarahan di hatinya, kini tersapu bersihlah dari hati Cong San dan diam-diam dia mengutuk diri sendiri. Isterinya demikian mencintanya, jelas terasa oleh hatinya getaran kasih sayang yang keluar dari tubuh Yan Cu, dari ujung jari-jari tangannya, dari dengus napasnya, dari sinar matanya, dari senyum manisnya. Aihhh, cinta kasih isterinya bersembunyi di balik setiap gerak-geriknya, di balik setiap suara yang keluar dari mulutnya, menempel di setiap bulu badannya, mengapa dia masih menyangsikan! Episode 404 Ia mencium isterinya penuh kasih sayang dan kegelisahan mereka berdua lenyap ditelan dalam ciuman yang lama dan mesra itu. Akhirnya Yan Cu melepaskan diri, terengah-engah, tersenyum dan mengerling manja dan mulutnya dibikin cemberut. "San-koko, engkau sungguh keterlaluan. pagi-pagi buta telah meninggalkan orang pergi tanpa pamit!" Cong San yang melihat isterinya cemberut, matanya melerok, kakinya dibanting seperti seorang anak kecil ngambek ini, tersenyum geli dan dia pun lalu menjura dalam-dalam seperti orang memberi hormat kepada seorang ratu, "Mohon beribu ampun, ratuku pujaan hati! Melihat engkau tidur demikian nyenyak, kelihatan lelah sekali, hati kakanda mana mungkin tega membangunkanmu?" "Ihhh! Siapa yang bikin orang lelah!" Yan Cu mendengus, akan tetapi ia merangkul leher suaminya ketika pinggangnya dipeluk, lalu bertanya dengan suara sungguh-sungguh, "Suamiku, hatiku tadi benar-benar gelisah sekali. Tadinya kukira engkau mencari bahan santapan, akan tetapi sampai hampir siang engkau belum juga kembali. Ada terjadi apakah, Koko? tadi aku khawatir kalau-kalau engkau tertimpa malapetaka!" Aduh, kekasihku, engkau tidak tahu betapa malapetaka hebat hampir saja merusak cinta kasih kita, di dalam hatinya Cong San mengeluh. Akan tetapi mulutnya berkata, "Kau maafkan aku. Aku..... aku teringat kepada suhu. Tadinya aku hanya ingin menengok sebentar selagi kau tidur dan sekalian menangkap kijang atau kelinci. Siapa kira, ketika sampai di sana, suhu telah memasuki Ruangan Kesadaran dan bertapa sampai mati kelak. Hatiku terharu sekali sehingga aku sampai lama membujuk-bujuk agar suhu suka bicara untuk terakhir kalinya dengan aku, namun sia-sia. Ketika aku kembali, hatiku demikian penuh rindu kepadamu sampai aku lupa untuk menangkap bahan makanan. dan perutku lapar bukan main!" "Apa kaukira aku pun tidak lapar sekali? Baru sekarang terasa setelah kau kembali, heran sekali!" "Ha-ha-ha, memang cinta membuat orang selalu merasa lapar dan haus!" "Aaahh, masa! Apa engkau selalu lapar dan haus setelah jatuh cinta kepadaku?" "Tentu saja, kelaparan dan kehausan hanya kerling matamu dan senyum bibirmu yang akan dapat mengobati lapar dan dahagaku yang tak kunjung puas. Hemmm, siapa suruh engkau memiliki mata dan bibir seindah ini?" Cong San mencium mata dan bibir itu sampai Yan Cu terengah-engah. "Eh-eh-eh, engkau benar-benar buas tak kenal kenyang! begini terus, kita berdua benar-benar kelaparan, lapar perut bukan lapar itu, hi-hi-hik!" Yan Cu meronta dan melepaskan pelukan Cong San, kemudian melarikan diri dikejar suaminya. "Hayo kita berlumba menangkap kelinci. Berlumba menangkap yang termuda dan paling gemuk. Yang kalah harus menguliti dan memanggang dagingnya, melayani yang menang!" Yan Cu terkekeh menantang. Mereka lalu berlari-lari seperti dua orang kanak-kanak mencari kelinci, karena Cong San memang mengalah, Yan Cu mendapatkan kelinci yang muda dan gemuk sekali, sedang Cong San mendapatkan kelinci kurus yang terlepas kembali, ditertawakan Yan Cu. Akan tetapi Yan Cu bukan tidak tahu bahwa suaminya mengalah, maka dia membantu menguliti kelinci, memanggang dagingnya berdua, lalu makan berdua, mencari buah dan makan buah berdua pula. Tidak ada kesenangan lain yang lebih mengharukan hati daripada segala-galanya dilakukan berdua oleh suami isteri ini. *** Selama dua pekan mereka berdua berbulan madu di tempat itu dan biarpun kadang-kadang Cong San merasa seperti ada jarum menusuk hatinya dan telinganya mendengar bisikan suara fitnah dan maki-makian Cui Im mengenai diri isterinya, namun dia telah dapat melenyapkannya kembali semua itu dan cintanya terhadap Yan Cu bersih daripada prasangka buruk. Soal malam pertama itu pun sudah dia buang jauh-jauh dari dalam hatinya dan dia mengambil keputusan untuk melupakannya dan tidak bertanya apa-apa kepada Yan Cu. Untuk menghilangkannya sama sekali, ketika suatu siang mereka berdua duduk di tepi telaga di bawah pohon yang teduh, sambil memangku isterinya dan membelai rambutnya, Cong San bertanya lirih, "Isteriku......?" "Hemmm......" "Yan Cu moi-moi, apakah engkau cinta padaku?" Yan Cu terbelalak, lalu membalikan tubuhnya, memandang wajah suaminya dan ia tertawa terpingkal-pingkal! Cong San mengerutkan alisnya dan mukanya tiba-tiba berubah pucat dan Yan Cu tidak melihat perubahan muka ini karena dia sedang tertawa dan kedua matanya terpejam. "Yan Cu, mengapa kau tertawa? Apakah yang lucu tentang pengakuan cintamu?" Baru Yan Cu terkejut ketika pundaknya diguncang oleh suaminya. Ia berhenti tertawa dan memandang dengan mata terbelalak. Juga Cong San baru sadar bahwa dia telah bersikap kasar, maka dia memeluk isterinya dan berbisik, "Maaf..... ah, aku telah menjadi gila!" Yan Cu merangkul leher suaminya. "Akulah yang minta maaf, suamiku. Tidak kumaksudkan untuk menyinggung hatimu. Aku memang merasa geli oleh pertanyaanmu yang kuanggap aneh. Masih belum dapat melihatkah engkau betapa cintaku kepadamu amat besar, dengan seluruh hati dan jiwaku? Aihhh, suamiku, pertanyaanmu benar aneh. Aku cinta padamu! Aku cinta padamu! nah, kalau kau belum puas boleh kuulangi sampai seribu kali, aku cinta padamu!, aku cinta padamu, aku cinta....." Terpaksa Yan Cu tak dapat melanjutkannya karena bibirnya telah dicium oleh Cong San dan ia merasa betapa bibir suaminya menggigil dan ada rasa olehnya sedu sedan naik dari dada suaminya ke mulutnya. Dengan pengakuan itu, tersapu bersihlah segala keraguan hati Cong San. Tidak mungkin isterinya pernah berhubungan dengan pria lain. Tentu benar seperti yang dikatakan Thian Kek Hwesio, isterinya kehilangan tanda keperawanannya karena latihan ilmu silat yang berat. Atau...... andaikata...... semoga tidak demikian jika Tuhan menghendaki, andaikata benar Yan Cu pernah melakukan penyelewengan, dia sudah memaafkannya karena yang penting sekarang dan selama hidupnya Yan Cu adalah miliknya, tubuh dan hatinya, trutama sekali cintanya! Episode 405 Mereka meninggalkan tempat yang menjadi sorga pertama bagi mereka itu, menuju ke kota Leng-kok. Paman Cong san adalah kakak mendiang ibunya, menerima kedatangan mereka dengan gembira dan ramah, kemudian berkat bantuan pamannya ini, Cong San dan isterinya membuka sebuah toko obat-obatan di kota itu, hidup dalam keadaan sederhana namun cukup dan kaya dengan cinta yang membuat mereka tidak membutuhkan benda-benda duniawi lainya lagi. Suami isteri muda ini sama sekali tidak tahu bahwa kadang-kadang ada sepasang mata yang indah namun berkilat penuh kebencian mengintai mereka. Tidak tahu bahwa ada otak kepala beberapa orang manusia yang mencari-cari kesempatan untuk melakukan pukulan maut yang akan membuat kebahagiaan mereka hancur berantakan. Tidak tahu bahwa Bhe Cui Im, wanita yang diperhamba nafsu iblis itu tidak pernah melepaskan mereka dari intaiannya, hendak menjadikan jalan mereka jalan untuk memuaskan nafsu kebencian dan dendamnya! Selama setengah tahun suami isteri muda ini tinggal di Leng-kok dan Yan Cu telah mengandung enam bulan! Tentu saja hal ini memperlengkap kebahagiaan mereka, membuat mereka selalu bersyukur kepada Tuhan yang telah melimpahkan berkah dan kebahagiaan kepada mereka. Pekerjaan mereka pun maju dan nama Cong San terkenal sebagai Yap-sinshe ahli pengobatan, padahal yang sesungguhnya ahli dalam hal pengobatan adalah isterinya! Toko obat mereka makin besar dan mereka hidup tidak kekurangan lagi. Keng Hong dan Biauw Eng yang melakukan perjalanan sambil menikmati bulan madu, saling melimpahkan cinta kasih yang mendalam, tidak merasakan lagi jauhnya perjalanan. Bagi dua orang yang seolah-olah merasa bahwa dunia ini hanya ada mereka berdua, semua tempat tampak indah menyenangkan. Baik bermalam di dalam rumah penginapan, atau di dalam hutan, di padang rumput, di lembah sungai, bagi mereka tiada bedanya. yang penting adalah merasa belaian tangan kekasih, merasai kehadiran pujaan hati dan mereka saling menumpahkan segala rindu dendam yang sudah bersemi di hati masing-masing semenjak tahunan yang lalu, saling menyiramkan cinta kasih tak mengenal puas. Sesuai dengan nasihat Biauw Eng yang memandang segala sesuatu penuh perhitungan dan kewaspadaan, Keng Hong dan isterinya tidak langsung mengunjungi Siauw-lim-pai, hanya melihat dan mendengar dari jauh. Akhirnya dengan hati lega mereka mendengar bahwa tidak terjadi keributan di Siauw-lim-si, hanya bahwa ketua Tiong Pek Hosiang yang sudah amat tua usianya itu mengundurkan diri untuk bertapa di Ruangan Kesadaran, sedangkan kedudukan ketua telah dipilih Thian Kek Hwesio. Mendengar ini, Keng Hong dan Biauw Eng menjadi girang sekali, apalagi ketika mendengar bahwa Cong San dan Yan Cu setelah berbulan madu di hutan pohon pek, telah melanjutkan perjalanannya ke Leng-kok. "Kalau begitu, sebaiknya kita kembali saja ke Cin-ling-san, suamiku. Sayang sekali kalau tempat yang indah itu tidak dipelihara. Mari kita pulang ke sana, dan kita bangun kembali rumah mendiang ibu tiriku. Kita tinggal di sana untuk sementara waktu, lihat perkembangannya kelak karena aku tidak suka tinggal di kota yang ramai. Lebih senang di pegunungan yang sunyi, hanya berdua denganmu." Keng Hong memegang lengan isterinya dan membelainya. "Sesukamulah, Eng-moi. Hidupku mulai sekarang hanya untuk menuruti kehendakmu, untuk membahagiakanmu, dan ke mana saja kau kehendaki untuk tinggal, aku setuju." "Hong-ko, engkau baik sekali. Akan tetapi aku tidak begitu mau menang sendiri, aku tahu, seorang isteri harus ikut dengan suaminya ke manapun suaminya pergi. Aku hanya menghendaki kita tinggal di Cin-ling-san yang sunyi itu untuk selama setahun. Setelah anak kita lahir, aku menurut saja engkau akan tinggal di mana." Keng Hong mencengkeram lengan isterinya, "Apa.....? A...... anak kita......?" Biauw Eng tersenyum dan mengangguk. "Tidak tahukah engkau bahwa aku...... telah....." Dia tidak melanjutkan kata-katanya dan menundukkan muka, kedua pipinya menjadi merah sekali. Keng Hong terbelalak, baru sekali ini selama hidupnya dia melihat Biauw Eng malu, dan baru sekali ini pula dia merasa betapa hantinya mengalami kegembiraan yang sukar dituturkan, jantungnya seolah-olah membengkak, dadanya melebar dan dia merasa seperti seekor burung merak mengembangkan bulu-bulunya penuh kebanggaan. *** "Mengandung....." Biauw Eng isteriku, benarkah itu?" Biauw Eng mengangguk dan Keng Hong bersorak seperti anak kecil mendapat hadiah, memeluk Biauw Eng dengan erat. Akan tetapi tiba-tiba dia melepaskan pelukannya dan berkata, "Aih..... aku harus hati-hati...... mulai sekarang, tidak boleh aku memelukmu erat-erat!" "Mengapa tidak boleh? Kalau kau kurang kuat memelukku, aku akan mengira bahwa kau telah bosan denganku." "Tidak, tidak, sungguh mati tidak! Aku harus memikirkan anak kita..... ha-ha-ha! Anak kita! Aku akan menjadi ayah! Ho-hoooooo!" Keng Hong menangkap tubuh isterinya, dipondongnya dan dia berputar-putar sambil tertawa-tawa. Berangkatlah suami isteri yang saling mencinta ini menuju ke Cin-ling-san dan mereka segera membangun kembali rumah mendiang Tung Sun Nio yang telah dibakar para bajak anak buah Bhe Cu In. Para penduduk di lereng dan kaki Gunung Cin-ling-san amat menghormati kedua suami isteri ini, bahkan mereka yang maklum bahwa suami isteri ini adalah sepasang pendekar yang budiman dan sakti, lalu mendatangi mereka dan menyatakan ingin tinggal di lereng itu. Mereka merasa aman dan tenteram kalau tinggal di dekat suami isteri ini. Tentu saja Keng Hong dan Biauw Eng tidak keberatan, bahkan senang sekali bergaul dengan para petani yang jujur itu. Par petani mendirikan rumah mereka, bahkan membantu Keng Hong membangun rumah dan beberapa bulan kemudian sudah ada belasan keluarga petani yang tinggal di lereng itu. Banyak pula yang mendengar akan kesaktian sepasang pendekar budiman itu sehingga mereka yang selalu sering menderita oleh gangguan para perampok, mempunyai niat hendak hendak mendekati Keng Hong dan isterinya.

Tidak ada komentar:

naruto

naruto
naruto

Daftar Blog Saya

naruto

naruto
Powered By Blogger