naruto

naruto

Sabtu, 01 Desember 2012

pdk 426--430

Episode 426 Sebutan "kekasihnya yang tercinta" yang sengaja dikeluarkan oleh mulut Cui Im itu berhasil membakar lagi hati Cong San. Dia mengangguk dan berkata, "Jangan lukai dia, dan perlakukan dengan baik. Jangan sampai dia tahu aku berada di sini." Cui Im mengangguk dan melirik ke arah gurunya. "Aku tahu dan jangan khawatir, Cong San. Akan tetapi, isterimu itu bukanlah seorang yang lemah. Untuk menangkap tanpa melukainya, aku harus mendapatkan bantuan Subo. Subo, harapa bantu teecu menangkap Yan Cu." Go-bi Thai-houw terkekeh. "heh-heh-heh, apa sih sukarnya menangkap bocah itu?" Akan tetapi ia bangkit juga dan mengikuti Cui Im keluar dari dalam gedung. Dengan muka agak pucat Cong San lalu meloncat bangun, berindap keluar untuk mengintai betapa isterinya ditangkap, siap untuk membela isterinya yang betapapun juga amat dicintanya itu kalau-kalau akan terancam keselamatannya di bawah tangan Cui Im yang dia tahu amat kejam. Sementara itu, Yan Cu yang menanti di luar, mengharapkan keluarnya Mo-kiam Siauw-ong agar dia dapat bertanya tentang tempat tinggal Bhe Cui Im. Dapat dibayangkan betapa kagetnya ketika ia menyaksikan berkelebatnya dua bayangan orang dan tahu-tahu Bhe Cui Im sendiri bersama Go-bi Thai-houw telah berdiri di depannya! "Kau...... kau iblis betina.........!" Yan Cu berseru, matanya memandang penuh kebencian. Biarpun dia belum mempunyai bukti bahwa wanita inilah yang mencelakakannya, namun begitu bertemu saja sudah bangkit kembali kebenciannya. Tanpa bukti, tentu saja dia tidak dapat menuduhnya begitu saja. "Hi-hi-hik, engkau isteri yang tidak setia! Apakah kau datang untuk mencari kekasihmu Cia Keng Hong?" Muka Yan Cu menjadi merah sekali, matanya terbelalak dan kalau tadinya ia masih ragu-ragu untuk menuduh karena tidak ada bukti, ucapan Cui Im itu meyakinkan hatinya bahwa iblis inilah yang mengaturnya. Saking marahnya sampai sukar ia mengeluarkan suara. Pula, di tempat ramai itu, perlu apa dia bicara tentang kehancuran rumah tangganya itu? Hanya akan menimbulkan aib dan malu saja! Maka Yan Cu cepat mencabut pedangnya dan menerjang Cui Im sambil membentak, "Tutup mulutmu yang kotor, iblis bentina!" Cui Im mengelak sambil mengebutkan ujung lengan bajunya, tertawa mengejek menghindarkan bacokan dan tusukan pedang yang bertubi-tubi. Dibandingkan dengan tingkat kepandaian Yan Cu, tentu saja Cui Im menang jauh sekali. Kalau dia menghendaki, dalam waktu belasan jurus saja dia tentu sanggup merobohkan Yan Cu. Akan tetapi, merobohkan tanpa melukainya bukanlah hal mudah, dan Cui Im yang cerdik dan dapat menduga bahawa Cong San tentu mengintai, tadi sengaja menyebut-nyebut nama Keng Hong utuk memanaskan hati Con San, namun ia tetap tidak berani untuk melukai Yan Cu karena hal ini akan merugikan saja, akan membuat ia kehilangan bantuan Cong San yang amat dia butuhkan. "Subo, harap bantu teecu!" Cui Im sambil melompat jauh ke belakang berseru, Yan Cu yang menjadi marah dan penasaran cepat mengejar ke depan. Sinar merah menyilaukan matanya. Cepat Yan Cu menangkis dengan pedangnya ke arah sinar merah yang menyambar dari kanannya itu. ia menahan teriakan ketika pedangnya bertemu benda lunak halus dan ternyata itu adalah ujung kebutan merah di tangan Go-bi Thai-houw yang terus membelit pedang. Yan Cu mengerahkan tenaga untuk menarik kembali pedangnya, namun sia-sia belaka. Dengan kebencian meluap Yan Cu menggerakan tangan kirinya meluncur ke depan, dua buah jari tangannya menusuk ke arah sepasang mata di wajah tua yang terkekeh dan menyeringai menjijikan itu. *** Membayangkan ini semua, hati Cong San makin panas dan berkuranglah rasa kasihan di hatinya terhadap Yan Cu. Biarlah Cui Im mempergunakannya sebagai umpan untuk memancing datang Cia Keng Hong, pikirnya. Asalkan Yan Cu tidak dihina, tidak disiksa, karena kalau hal itu terjadi, tentu dia akan membelanya dengan taruhan nyawa. Betapapun jahatnya Yan Cu dalam pertimbangannya, tidaklah sejahat dan sekeji Cui Im si iblis betina! Yan Cu ditahan dalam sebuah kamar yang cukup indah dan bersih. Kedua tangan dan kakinya terbelenggu, akan tetapi memakai rantai panjang sehingga wanita ini dapat bergerak leluasa, dapat makan dan tidur, akan tetapi tentu saja tidak leluasa bergerak untuk berkelahi! Jendela dan pintunya dari besi, memakai ruji besi yang kuat dan di luar jendela serta pintu terjaga ketat oleh pasukan pengawal. Cui Im menepati janjinya. Yan Cu diperlakukan baik tidak pernah diganggu dan mendapatkan makan yang cukup dan mewah. hal ini membuat Cong San berterima kasih dan lega hatinya, menambahkan kepercayaannya bahwa tidak terkandung niat buruk dalam hati Cui Im terhadap Yan Cu, melainkan semata-mata iblis betina itu mengajaknya bersekutu untuk menjatuhkan Keng Hong yang mereka benci bersama. Karena perlakuan Cui Im terhadap Yan Cu inilah yang membuat Cong San penurut dan dia menyetujui siasat perangkap yang dipasang oleh Cui Im apabila Keng Hong datang ke tempat itu, terpancing oleh umpan berita tertawannya Yan Cu. Cui Im sengaja menyebar orang-orangnya untuk mengabarkan bahwa Yan Cu tertawan olehnya di Sun-ke-bun! Berita ini yang disebar itu sampai juga ke telinga Keng Hong dan Biauw Eng yang melakukan perjalanan, membawa puteri mereka. Kedua orang suami isteri pendekar sakti ini tidak merasa heran. Meraka memang telah menaruh dugaan bahwa Cui Im-lah orangnya yang bersembunyi di balik semua peristiwa yang menghancurkan kebahagiaan rumah tangga Cong San dan Yan Cu dan mereka sudah dapat mencari jejak musuh besar itu dan mendengar bahwa iblis betina itu tinggal di Sun-ke-bun bersama Mo-kiam Siauw-ong dan Go-bi Thai-houw. Maka begitu mendengar akan tertangkapnya Yan Cu di tempat itu, mereka tidak merasa heran dan bersicepat menuju ke kota itu. Mereka berhenti di luar kota, menanti sampai malam tiba dan Biauw Eng sambil mengerutkan alisnya dan menidurkan puterinya dalam pondongan berkata, "Suamiku, kita harus berlaku hati-hati sekali. Aku menduga bahwa semua ini dilakukan oleh Cui Im untuk memancingmu. Semua perbuatannya yang ditujukan kepada Cong San dan Yan Cu kurasa hanyalah untuk mencelakakan kita." "Mengapa kau menduga begitu, isteriku?" "Cui Im menaruh kebencian besar terhadap kita, terutama terhadapmu. Adapun Cong San dan Yan Cu sesungguhnya hanya terbawa-bawa saja karena mereka adalah sekutu kita dahulu. Mereka telah gagal menyerang kita ketika perayaan pernikahan kita, dan agaknya untuk mengganggu kita di Cing-ling-san, mereka tidak berani. Maka Cui Im dan sekutunya lalu menggunakan siasat, menghancurkan Cong San dan Yan Cu untuk memancing kita datang." Episode 427 "Aku tidak takut!" Keng Hong berkata penuh geram mengingat akan kekejaman Cui Im yang sudah berkali-kali mencelakakannya dan masih belum bertobat biarpun telah diampuninya. "Aku pun tidak takut, akan tetapi kalau malam ini kita menyerbu ke sana, dengan Giok Keng di gendonganku, hemmm...... kurang leluasa juga........." "Ssttt....... ada orang!" Tubuh Keng Hong sudah mencelat ke belakang setelah dia membisikkan peringatan ini dan dia melayang turun di depan seorang laki-laki yang berdiri di balik pohon. Hanya beberapa detik saja selisihnya, Biauw Eng juga sudah berada di samping suaminya. "Hemmmm, kau lagi!!" Biauw Eng membentak penuh kemengkalan hati ketika melihat bahwa yang berada di situ bukan lain adalah Yap Cong San. "Apakah kau masih hendak menantang?" "Sabarlah, lihat, dia terluka." Keng Hong mendekati Cong San yang berdiri menunduk dan tampak darah pada baju orang muda itu di bagian pundak kiri. "Cong San, apakah yang terjadi? Engkau terluka........!" Cong San tiba-tiba menjatuhkan diri berlutut. "Lukaku tidak berarti......., akan tetapi harap kalian sudi menolong Yan Cu. Dia tertawan di gedung kepala daerah, aku berusaha menolongnya akan tetapi gagal, malah terluka. Kalau tidak ditolong,celakalah dia malam ini......." "Hemmm, siapa saja di sana?" tanya Keng Hong. "Penjagaan amat kuat. Bhe Cui Im, Gobi Thai-houw, Mo-kiam Siauw-ong, beberapa orang kepala bajak yang lihai dan anak buah mereka yang banyak. Hanya kalian berdualah yang akan dapat menolong Yan Cu........, tolonglah........ sekarang juga......." "Hemmmm, engkau masih ingat kepada isterimu? Setelah kau sakiti hatinya?" Biauw Eng mengejek. "Tolonglah dia dulu, soal itu nanti kita bicarakan kelak berempat......." Cong San berkata lagi. "Isteriku dia benar. Yang penting menolong Yan Cu........" kata Keng Hong. "Marilah!" "Aku...... aku terluka, biarpun tidak berbahaya akan tetapi aku lemah tak dapat membantu........ kulihat kalian membawa anak, berbahaya kalau dibawa menyerbu. Kalau kalian masih ada kepercayaan kepadaku, tinggalkan anak kalian bersamaku, aku dapat menjaganya. Lebih aman daripada dibawa menyerbu ke tempat berbahaya itu......." "Tidak!" Biauw Eng membentak. "Lebih baik kulindungi sendiri!" "Eng-moi. Dia benar. Lebih baik kita titipkan kepada Cong San sementara kita menyerbu dan menolong Yan Cu." "Aihhh! kau masih menaruh kepercayaan kepada orang ini yang hendak membunuhmu?" "Jangan bicara begitu, Eng-moi. Kita tahu dan yakin, Cong San bukan orang jahat. Dia tentu akan melindungi Giok Keng dengan nyawanya. Serahkanlah, daripada anak kita terancam bahaya hebat kalau kita bawa menyerbu ke sana. engkau masih ingat akan kelihaian Go-bi Thai-houw, dan Cui Im tak boleh dipandang ringan pula." Dengan alis berkerut Biauw Eng menyerahkan Giok Keng kepada Cong San sambil berkata, "Nah, terimalah dan jaga baik-baik. Awas, Yap Cong San, sedikit saja kau menggangu anakku, aku Sie Biauw Eng akan mencarimu biar sampai ke neraka sekalipun!" "Eng-moi, jangan menuruti perasaan marah. Hayo kita cepat menolong Yan Cu. Cong san, kaujaga anak kami dan tunggu di sini!" Keng Hong lalu melompat dan diikuti oleh isterinya. Sejenak Cong San bengong terlongong memandang anak perempuan mungil yang tidur pulas digendongnya itu. Ia menarik napas panjang dan mencium dahi anak itu. "Anak baik, kasihan engkau....... mempunyai ayah macam itu. Aku bersumpah akan melindungimu dan takkan membiarkan siapapun mengganggumu. Aku hanya benci kepada ayahmu dan maafkanlah, anak baik, aku terpaksa melakukan ini demi dendamku kepada ayahmu!" Setelah menengok ke kanan kiri, Cong San meloncat dan lenyap ke dalam kegelapan yang menyelubungi bumi. Keng Hong dan isterinya mempergunakan ilmu kepandaian yang tinggi, melompati tembok kota dan langsung pergi mencari gedung besar tempat tinggal kepala daerrah. Sambil berloncatan cepat seperti dua ekor burung raksasa, Biauw Eng mencela suaminya. "Aku khawatir sekali. Orang yang sudah gila cemburu seperti dia itu, sukar untuk dapat dipercaya sepenuhnya dan kita telah menyerahkan anak kita ke tangannya!" "Ahhhh, tidak melihatkan engkau betapa dia masih mencintai Yan Cu dan berusaha menolong isterinya sampai terluka Tidak aneh, mana dia mampu menandingi Cui Im dan kaki tangannya? Pula, andaikata dia gila oleh cemburu, tentu kepadakulah ditujukan dendam dan kebenciannya. Tidak mungkin dia menggangu Giok Keng." Biarpun hatinya masih gelisah, akan tetapi kecurigaan Biauw Eng berkurang karena dia dapat membenarkan pendapat suaminya itu. Dengan hati-hati mereka lalu meloncat ke atas genteng rumah-rumah penduduk, melanjukan penyelidikan mereka ke gedung kepala daerah melalui jalan atas. hati suami isteri perkasa ini makin curiga karena ternyata dengan mudah saja mereka tiba di atas gedung kepala daerah tanpa menghadapi perlawanan dan serangan penjaga. Keadaan sunyi saja seolah-olah para pengawal ditiadakan malam itu! Ketika mereka tiba di atas sebuah ruangan belakang yang luas dan mengintai, tahulah mereka bahwa Cui Im memang telah siap menanti kedatangan mereka! Mereka melihat Cui Im, Mo-kaim Siauw-ong dan Go-bi Thai-houw bersama lima orang laki-laki tinggi besar yang agaknya adalah teman-teman Mo-kaim Siauw-ong dari kalangan bajak, sedang duduk di ruangan luas itu menghadapi meja hidangan, makan minum sambil bercakap-cakap. Tiba-tiba percakapan dihentikan, dan terdengarlah suara Cui Im melengking nyaring, "Keng Hong dan Biauw Eng, kalian sudah datang! Hi-hi-hi, jangan harap kalian akan dapat membebaskan Yan Cu sebelum kalian mengalahkan kami!" "Cui Im manusia jahat, sekali ini aku tidak akan mengingat hubungan antara kita lagi!" Jawaban Keng Hong ini disusul melayangnya dua tubuh yang ringan dan gesit dari atas, meluncur memasuki ruangan yang luas itu. Episode 428 "Wir-wir-wirrr!!" Dari empat penjuru ruangan itu menyambar anak panah beracun ke arah tubuh Keng Hong dan Biauw Eng, tiga puluh dua batang banyaknya, delapan batang dari setiap penjuru yang dilepas oleh empat sekali dua batang. Keng Hong yang lebih dulu turun, menggerakkan kedua tangannya sedangkan Biauw Eng yang turun beberapa detik berikutnya telah menggerakkan sabuk sutera putih. Dalam beberapa detik saja, Keng Hong telah berhasil mencengkeram enam belas batang anak panah, sedangkan ujung sabuk sutera isterinya juga telah membelit enam belas batang. Keng Hong berseru nyaring, empat kali tangannya bergerak dengan tubuh berputar ke empat penjuru. Terdengar jerit-jerit mengerikan dan dari atas tiang melintang di empat penjuru ruangan itu, jatuhlah enam belas orang pemanah yang dadanya termakan anak panah mereka sendiri. Tubuh mereka berkelojotan sebentar tak bergerak lagi. Biauw eng memutar sabuk suteranya di atas kepala sambil tersenyum mengejek memandang ke arah Cui Im yang mengangkat kedua alisnya dengan marah, kemudian wanita muda yang jelita ini berseru, "Bhe Cui Im, terimalah sambutanmu sendiri!" Sabuk sutera itu mengeluarkan suara bersiut dan enam belas batang anak panah itu meluncur seperti kilat menyambar ke arah meja di mana duduk Cui Im, Go-bi Thai-houw, Mo-kiam Siauw-ong dan lima orang pembantunya terkejut dan cepat melempar diri ke belakang, terjungkal bersama kursi mereka dalam pengelakan yang tergesa-gesa dan kaget, akan tetapi Cui Im mengangkat sumputnya menangkisi anak-anak panah itu, sedangkan Go-bi Thai-houw menggunakan mulutnya yang peot meniupi anak-anak panah itu sehingga menyeleweng dan tidak mengenai tubuhnya! "Hi-hi-hik, Biauw Eng, engkau masih suka membela suamimu yang telah mengkhianati pernikahanmu? Suamimu datang untuk menolong kekasihnya, apa kau tidak tahu? Suamimu, laki-laki mata keranjang gila wanita ini, mencinta Yan Cu, apa kau berpura-pura tidak tahu?" "Cui Im, tidak perlu banyak cakap lagi. Kami tahu siapa engkau dan dapat menduga apa yang telah kau lakukan terhadap Cong San dan Yan Cu. Kami datang untuk membasmi kau dan kaki tanganmu, dan sekali ini kami tidak mau bekerja kepalang tanggung!" Jawab Biauw Eng. "Cui Im, sekali ini aku tidak akan sudi mengampunimu lagi!" kata pula Keng Hong. "Eh, eh, eh, laki-laki tampan, apa kau lupa betapa kita bersama menikmati malam itu? Apa kau lupa bahwa akulah gurumu dalam soal asmara? hemmmm, jantungku masih berdebar dan semua bulu di tubuhku masih meremang karena berahi kalau kuingat malam kita dahulu itu. Engkau pun cinta kepadaku, cinta tubuhku, mana engkau akan tega membunuhku?" "Cui Im, perempuan tak tahu malu! majulah menerima kematian!" Keng Hong berteriak marah sekali, mukanya menjadi merah karena dia diingatkan akan pengalamannya yang amat memalukan dahulu. Cui Im memberi isyarat kepada Mo-kiam Siauw-ong. Mantu kepala daerah ini lalu mengangguk kepada lima orang pembantunya yang cepat meloncat bangun sambil mengeluarkan tanda dengan suitan. Dari kanan kiri muncullah dua puluh orang dari empat penjuru yang segera bergerak dengan teratur di bawah pimpinan lima orang itu, mengurung Keng Hong dan Biauw Eng dengan membentuk sebuah lingkaran luas dalam jarak enam meter dari kedua orang suami isteri sakti itu. Keng Hong dan Biauw Eng menggerakan kaki, berdiri mengadu punggung, bersikap tenang, bahkan Biauw Eng yang sudah memegang sabuk sutera putih di tangannya itu memandang kepada Cui Im sambil tersenyum mengejek, seolah-olah mentertawakan bekas sucinya itu yang menggunakan orang-orang yang dipandangnya rendah dan tiada gunanya itu. Keng Hong juga bersikap tenang, masih belum mencabut pedang Siang-bhok-kiam karena kalau hanya menghadapi pengurungan dua puluh lima orang itu saja, apalagi dia dibantu isterinya, kiranya tidak perlu mengeluarkan pedang pusakanya itu. Lima orang itu memberi isyarat dengan tangan kepada dua puluh orang anak buah mereka yang berjalan mengitari Keng Hong dan isterinya. Tiba-tiba tampak sinar hitam menggelapkan cahaya lampu yang menerangi ruangan itu dan ternyata dua puluh lima orang itu kini semua telah mencabut sebatang cambuk hitam yang panjangnya tidak kurang dari lima meter! Tahulah Keng Hong dan Biauw Eng bahwa para pengeroyok itu hendak menyerang mereka dari jarak jauh, mengandalkan senjata mereka yang panjang. Diam-diam suami isteri ini tertawa. Betapa tololnya Cui Im! Biarpun kelihatannya cerdik, mengeroyok dari jarak jauh, dua puluh lima orang ini akan dapat berbuat apakah terhadap mereka? Dengan sikap tenang dan pandang mata mentertawakan, Keng Hong dan Biauw Eng tetap berdiri tanpa bergerak, bahkan kini Baiuw Eng dengan muka membayangkan kesebalan, menyelipkan sabuk suteranya di pinggang, seolah-olah ia hendak menunjukan kepada Cui Im bahwa dia tidak perlu lagi menggunakan senjata menghadapi ancaman dua puluh lima orang pengeroyok itu. Serangan itu tiba-tiba seperti telah disangka oleh suami isteri ini. Didahului oleh ledakan-ledakan seperti suara halilintar menyambung-nyambung, lalu tampak sinar hitam meluncur dari sekeliling tubuh mereka, datanglah serangan ujung cambuk bertubi-tubi ke arah tubuh mereka. Sikap Keng Hong dan Biauw Eng masih tenang, namun kedua tangan mereka sudah bergerak menyambut dengan kecepatan yang sukar diikuti pandangan mata. Tiba-tiba tampak cahaya putih bergulung di depan Biauw Eng, sedangkan Keng Hong menggerakan kedua tangan seperti seorang kanak-kanak menangkapi kupu-kupu dan...... sekian banyak cambuk itu sebagian tergulung oleh sabuk sutera Biauw Eng, dan sebagian besar lagi ujungnya sudah tergenggam di kedua tangan Keng Hong. hampir berbareng suami isteri ini membuat gerakan, gerakan yang berbeda, bahkan berlawanan karena kalau Biauw Eng menarik sabuk suteranya dengan pengerahan tenaga, sebaliknya Keng Hong melepaskan ujung-ujung sabuk yang menegang karena ditarik oleh pihak pengeroyok. Akan tetapi akibatnya hebat sekali. Mereka yang cambuknya tertarik oleh Biauw Eng, ada yang sampai terguling-guling dan terseret, ada yang putus cambuknya dan ada yang terpaksa melepaskan gagang cambuk karena kulit tangan mereka terkupas! Adapun mereka yang ujung cambuknya dilepas oleh Keng Hong, ada yang mengelak dari sambaran cambuk sendiri sampai jatuh bangu, akan tetapi ada pula yang terpukul cambuk sendiri pada mukanya sehingga kehilangan bukit hidung atau daun telinga. Teriakan-teriakan kesakitan terdengar dan tentu saja pengepungan dua puluh lima orang itu menjadi kacau-balau. "Bhe Cui Im, majulah sendiri! Apa gunanya memaksa tikus-tikus tiada guna ini?" Biauw Eng berseru mengejek. *** Akan tetapi, lima orang pembantu Mo-kiam Siauw-ong itu menjadi marah sekali dan tentu saja malu bahwa mereka dan anak buah mereka yang diandalkan tuan rumah ternyata dalam segebrakan saja telah kocar-kacir. Mereka meneriakkan aba-aba dan para anak buah mereka telah siap lagi, bahkan yang kehilangan cambuk sudah mengganti cambuknya. Lima orang itu memutar cambuk mereka sehingga terdengar suara bersuitan. Kemudian cambuk mereka menyambar, bukan ke arah Keng Hong dan Biauw Eng yang memandang heran dan geli, melainkan cambuk-cambuk itu menyambar ke arah api lilin di sudut-sudut ruangan dan....... ujung cambuk itu terbakar dengan cepat dan mudah. Api menjalar dari ujung cambuk sampai hampir ke gagang, tanda bahwa cambuk mereka itu memang mengandung bahan bakar yang amat peka. Kini lima orang itu memutar-mutar "cambuk api" mereka dan anak buah mereka pun memutar cambuk ke arah cambuk api pemimpin-pemimpin mereka dan terbakarlah semua cambuk yang kini menjadi dua puluh lima buah banyaknya! Episode 429 Keng Hong dan Biauw Eng terkejut sekali ketika dua puluh lima batang api itu menerjang mereka dengan cahaya api yang menyilaukan mata. Ini hebat, pikir mereka. Mereka tidak takut akan kekuatan cambuk yang menyerang, namun berhadapan dengan api yang setidaknya akan dapat membakar pakaian dan rambut, amatlah berbahaya! Agaknya Cui Im dapat melihat kekagetan mereka maka terdengarlah suara ketawanya yang melengking di antara sinar api yang kini seperti membakar seluruh ruangan itu, mendatangkan bayangan-bayangan hitam merah seperti pemandangan di neraka! Cambuk-cambuk api itu datang dan Biauw Eng cepat mempergunakan ginkangnya, melesat dan bergerak menyelinap di antara cambuk-cambuk api yang datang menyambar. Gerakan ringan dan cepat sekali dan diam-diam nyonya muda ini bersyukur bahwa dia mentaati perintah suaminya, menyerahkan Giok Keng kepada Cong san. Andaikata tadi harus menghadapi serangan cambuk-cambuk api ini dengan menggendong anaknya, ihhhhh, ia bergidik ngeri karena maklum bahwa anaknya terancam hebat oleh lidah-lidah api! Keng Hong menjadi marah. Dia harus memuji kehebatan barisan cambuk api ini dan kelihatan Cui Im mengatur siasat. Menghadapi api, tentu saja pedang Siang-bhok-kaim tak dapat dia pergunakan. Pedangnya terbuat daripada kayu dan tentu saja kayu takut akan api. Kalau pedangnya terbakar, hal itu merupakan malapetaka hebat. Juga tentu saja isterinya tidak dapat mempergunakan sabuk suteranya karena sabuk itu pun tentu akan terbakar kalau bertemu dengan cambuk yang bernyala-nyala. Para anak buah Cui Im yang menonton menjadi terbelalak, kagum dan tegang. Cambuk-cambuk api yang bergulung-gulung itu amat indah di waktu malam, akan tetapi lebih mengagumkan lagi adalah berkelebatnya bayangan Biauw Eng yang menyelinap ke sana-sini melalui gulungan-gulungan sinar menyala itu. Adapun Keng Hong masih berdiri tegak, tidak mempergunakan ginkang seperti isterinya, tidak mengelakan melainkan mengunakan kedua tangannya mendorong ke depan dan kanan kiri, namun angin pukulan kedua tangannya cukup kuat untuk membuat cambuk-cambuk api yang datang menyambar itu terpental kembali. "Eng-moi, kita robohkan mereka dengan totokan-totokan!" Tiba-tiba keng Hong berseru dan dia pun kini berkelebat meniru isterinya, menggunakan langkah kaki yang aneh dan tubuhnya menyelinap di antara gulungan sinar, kedua tangannya dengan jari-jari terbuka menerjang ke kanan kiri. Biauw Eng juga masih berkelebat, akan tetapi kini tampak sinar putih sabuk suteranya meluncur ke kanan kiri seperti seekor ular hidup yang menyelinap di antara keroyokan sinar api bergulung-gulung. Terdengarlah pekik susul-menyusul dibarengi robohnya beberapa orang. Dengan tendangan kaki, suami isteri yang sakti ini melempar-lemparkan tubuh para pengeroyok sehingga bertumpuk-tumpuk dan dengan dorongan pukulan yang mengandung sinkang amat kuatnya, Keng Hong membuat cambuk api itu terbang membalik dan menimpa tumpukan tubuh yang telah tertotok dan tak mampu bergerak. Terjadilah hal yang amat mengerikan. Dua puluh lima orang itu, termasuk pimpinan barisan, malang melintang bertumpuk-tumpuk dan dibakar hidup-hidup oleh cambuk api mereka sendiri. Pakaian dan rambut mereka mulai terbakar dan tercium bau hangus dan sangit. Cui Im mengeluarkan pekik kemarahan. Sambil memerintahkan anak buahnya untuk menggunakan air menyiram api dan menolong mereka yang terbakar hidup-hidup, dia bersama Go-bi Thai-houw dan Mo-kiam Siauw-ong sudah menerjang maju dengan senjata di tangan. Mula-mula Cui Im yang licik itu menyerang bekas sumoinya, Biauw Eng. Dia mengira bahwa tingkat kepandaiannya yang jauh lebih tinggi itu akan dapat merobohkan Biauw Eng dalam beberapa gebrakan saja. Akan tetapi alangkah kagetnya ketika ia melihat gerakan Biauw Eng jauh lebih hebat daripada dahulu, maka tahulah dia bahwa Baiuw Eng telah menerima latihan dari Keng Hong sehingga bukan saja langkah kakinya amat aneh dan gerakannya amat gesit, juga ketika sabuk sutera itu menangkis pedang merahnya, ia merasa betapa tenaga bekas sumoinya itu kuat sekali. Ujung sabuk melibat ujung pedang merah, terjadi saling betot dan terdengar Keng Hong berkata, "Eng-moi, lepaskan!" Untung Biauw Eng cepat mengundurkan sabuk dan melepaskan libatan, kalau tidak, tentu sabuknya akan putus. Keng Hong yang tadinya diserang Go-bi Thai-houw, kini mencelat ke dekat Cui Im dan mendesak wanita itu dengan sinar pedang Siang-bhok-kiam sehingga wanita itu terpaksa melompat mundur saking hebatnya serangan ini. Go-bi Thai-houw yang maklum betapa lihainya Keng Hong, sudah menerjang maju dengan sepasang kebutannya sehingga dalam detik-detik berikutnya, Keng Hong sudah dikeroyok dua oleh Go-bi Thai-houw dan Cui Im. Namun pendekar sakti ini memutar Siang-bhok-kiam sedemikian rupa sehingga tidak saja tubuhnya terlindung oleh sinar hijau Siang-bhok-kiam, akan tetapi juga dari gulungan ini secara tiba-tiba dan aneh mencuat sinar-sinar yang menyambar ke arah kedua orang pengeroyoknya, diseling sambaran angin pukulan tangan kirinya yang amat kuat. Pertandingan ini hebat dan seru bukan main karena mereka semua mengerahkan seluruh kepandaian untuk saling membunuh! Sementara itu, setelah suaminya menggantikannya untuk menghadapi Cui Im yang lihai, Biauw Eng menerima serbuan Mo-kiam Siauw-ong yang menyerangnya dengan ngawur dan dengan hati tidak tenang karena tadinya mantu kepala daerah ini bermaksud hanya membantu saja, lebih mengandalkan kepandaian Go-bi Thai-houw dan Cui Im. Siapa sangka, semua bantuan kawan-kawannya tiada guna, dan kini kedua orang wanita yang diandalkan itu mengeroyok Keng Hong sedangkan dia sendiri terpaksa menghadapi nyonya muda yang amat lihai seorang diri saja! Biarpun dia sudah memutar pedangnya dan mengeluarkan semua ilmu yang dahulu dia pelajari dari ketiga orang kakek iblis Thian-te Samlo-mo, namun, menghadapi sinar putih sabuk sutera Biauw Eng, dia benar-benar merasa bingung dan terdesak hebat. Kemanapun pedangnya bergerak, selalu bertemu dengan sinar putih yang halus lembut namun amat kuat itu, dan beberapa kali hampir saja pedangnya kena terampas. "Majuuuuuu.......! Keroyok......!!" Tiba-tiba Mo-kiam Siauw-ong yang merasa kewalahan itu bergerak dan belasan orang anak buahnya, yaitu para perwira pengawal, maju dengan senjata di tangan. Namun sekali Biauw Eng mengeluarkan lengking tinggi dan sinar sabuk suteranya membuat gerakan melengkung dan menyambar ke sekeliling tubuhnya, robohlah enam orang pembantu Mo-kiam Siauw-ong it *** Mo-kiam Siauw-ong terkejut dan marah , ketika melihat Biauw Eng yang memutar sabuk itu agak miring tubuhnya, dia cepat menubruk dan menusukkan pedangnya dari samping ke arah dada. Biauw Eng dapat melihat gerakan ini dan dapat mendengar suara angin tusukan, maka dengan tenang namun cepat sekali dia mengembangkan lengannya, membiarkan pedang meluncur melalui bawah lenganya, kemudian tanpa membalikkan tubuhnya, ujung sabuk suteranya menyambar ke belakang dan gerakan tiba-tiba ini tak dapat dielakkan lagi oleh Mo-kiam Siauw-ong dengan tepat. Biarpun dia telah miringkan kepala sehingga ujung sabuk itu tidak menotok ubun-ubun kepalanya, namun lengannya tersabat dan dia memekik keras, tubuhnya terhuyung dan dia roboh terguling! Untung baginya bahwa anak buahnya cepat menubruk Biauw Eng dengan senjata mereka sehingga wanita itu tidak sempat mengirim serangan maut, sebaliknya Biauw Eng lalu mengelebatkan sabuk suteranya dan robohlah empat orang pengeroyok. Akan tetapi Mo-kiam Siauw-ong sempat diseret pergi menjauh oleh anak buahnya dan dia mengeluh kesakitan sambil memegangi lehernya yang membengkak! Episode 430 Go-bi Thai-houw dan Cui Im bukan merupakan lawan yang lunak bagi Keng Hong. Kini Cui Im lebih lihai daripada dalam pertemuan terakhir dahulu ketika Cui Im menyerbu ke Cin-ling-san. Cui Im telah digembleng oleh Go-bi Thai-houw dan kedua orang wanita iblis itu mengeroyok Keng Hong dengan kebencian meluap dan nafsu membunuh terkandung dalam setiap serangan. Betapapun juga, dengan ilmunya yang tinggi, terutama gaya bertahan dari ilmunya Thai-kek Sin-kun, pendekar sakti ini sama sekali tidak terdesak, bahkan membuat dua orang lawannya terpaksa harus bersikap hati-hati sekali karena sedikit saja terkena Siang-bhok-kiam yang penuh dengan getaran hawa sinkang mujijat itu, celakalah mereka. Karena tidak ada lagi pengeroyok berani mendekatinya, Biauw Eng lalu menerjang maju membantu suaminya dan tentu saja terjangan nyonya muda yang lihai ini membuat Cui Im dan Go-bi Thai-houw menjadi makin terdesak hebat. Cui Im mulai menjadi gelisah dan beberapa kali ia menengok ke belakang, bukan untuk mencari jalan lari, melainkan dia mencari-cari Cong San. Akhirnya setelah bentrokan antara pedangnya dan Siang-bhok-kiam membuat terhuyung ke belakang, dia tidak dapat menahannya lagi dan berseru, "Yap-sicu, di mana engkau?" "Aku di sini!!" Yap Cong San tiba-tiba muncul dari balik pintu, memondong anak perempuan kecil. "Bantulah kami!" Cui Im berseru dan melompat dekat Cong San, kemudian secara tiba-tiba pedang merahnya menyambar ke arah kepala Cong San! Cong San terkejut sekali, tidak mengira bahwa iblis betina itu menyerangnya, maka cepat dia mengelak, akan tetapi ternyata serangan itu hanya pancingan belaka karena di lain saat, anak perempuan di gendongannya telah terampas oleh Cui Im, Cong San berdiri melongo dan alisnya berkerut. "Mengapa kau tidak membantu kami?" Cui Im menegur, kemudian ia mengangkat anak itu tinggi-tinggi ke atas dan berteriak, "Keng Hong! Biauw Eng! Menyerahlah, kalau tidak anak kalian akan kupenggal lehernya!" Pedang merah ditempelkan di leher anak itu yang tiba-tiba menangis nyaring. "Cui Im, iblis keji........!!" Keng Hong berteriak. "Cong San, kau manusia terkutuk!" Keng Hong hendak mengamuk, akan tetapi lengannya disentuh isterinya. "Cui Im, kami menyerah, akan tetapi jangan menggangu anakku!" Biauw Eng berkata, suaranya menggetar penuh kecemasan biarpun sikapnya tetap tenang. "Hi-hi-hik! Siapa mau ganggu anakmu? Subo, harap suka lumpuhkan mereka!" Go-bi Thai-houw tertawa-tawa, dan kedua kebutannya berkelebat ke arah Keng Hong dan Biauw Eng. Tentu saja kalau mereka menghendaki, mereka dapat menghindarkan diri, akan tetapi setelah anak mereka berada di tangan Cui Im, mereka tidak berani berkutik dan robohlah mereka dengan tubuh lemas dan lumpuh tertotok ujung kebutan Go-bi Thai-houw yang amat lihai itu. "Ringkus dan belenggu mereka kuat-kuat!" Cui Im memerintah, Mo-kiam Siauw-ong yang sudah marah sekali meloncat maju. Lehernya masih bengkak, akan tetapi kedua tangannya masih dapat bergerak leluasa dan tenaganya masih besar untuk mengikat tubuh Keng Hong dan Biauw Eng dengan erat, bahkan dia tidak melepaskan kesempatan itu untuk menggerayangi tubuh Biauw Eng secara kurang ajar dengan maksud menghina. Namun Biauw Eng mematikan rasa dan Keng Hong juga memusatkan semua panca indria untuk menghadapi saat yang amat gawat itu. "Yap Cong San, tidak kusangka sama sekali bahwa seorang pendekar murid Siauw-lim-pai yang gagah perkasa dan berwatak pendekar seperti engkau telah tersesat begini jauh. Engkau menipu kami dan ternyata engkau bersekutu dengan iblis betina ini!" Keng Hong berkata, matanya mencorong memandang ke arah Cong San. Akan tetapi Cong San sama sekali tidak merasa kikuk atau malu, bahkan dia membalas dengan pedang mata penuh kebencian, kemudian dia melangkah maju dan menendang kepala Keng Hong yang rebah terlentang di atas lantai. "Jangan bunuh dulu!" Cui Im berteriak. Cong San mengurangi tenaga dan tendangannya hanya membuat bibir Keng Hong berdarah. "Yap Cong San, manusia pengecut tak tahu malu!!" Biauw Eng memaki sinar matanya seolah-olah hendak menghancurkan kepala bekas sahabat itu. "Begitukah sikap seorang laki-laki sejati? Menghina orang yang telah menyerah! Kalau tidak engkau yang menggunakan siasat keji dan busuk tak tahu malu, kami berdua akan membasmi kalian semua, termasuk engkau, manusia berwatak anjing!" Cong San memandang Biauw Eng dan menghela napas. "Aku kasihan kepadamu, Biauw Eng. Bukan aku yang berwatak anjing, melainkan suamimu inilah! Dialah manusia anjing, wataknya seperti anjing, biarpun telah diberi makan kenyang di rumah, kalau keluar, ada tahi pun akan dimakannya! Bukan aku yang menghina suamimu, akan tetapi manusia yang bernama Cia Keng Hong inilah yang telah menghinaku. Bukan hanya menghina, dia malah menghancurkan kebahagiaan hidupku, dan tanpa kauketahui, telah menghancurkan pula kebahagiaan hidupmu." "Ahhh, engkau manusia buta! Kukira engkau masih tetap gila, demikan gila oleh cemburu sehingga engkau tidak segang menipu kami. Engkau demikian gila sehingga tidak hanya mencelakakan kami, juga membikin sengsara isterimu yang amat mencintamu, dan mencelakakan pula anak kami!" Biauw Eng menjerit penuh kemarahan. "Engkaulah yang buta, Biauw Eng. Suamimu seorang laki-laki hina, seorang suami yang menyeleweng dan tidak setia, seorang sahabat yang palsu dan laknat, dan engkau masih membelanya! Dialah yang merusak kehormatan dan kebahagiaan isteriku dan aku, maka dengan jalan apa pun aku harus dapat membalas dendamku, harus dapat membunuh seperti orang membunuh seekor anjing yang menjijikan!" "Yap Cong San, jangan menambah dosamu dengan maki-makian keji." Keng Hong berkata tenang. "Isteriku benar, engkau bermata seperti buta. Engkau menjadi gila dan buta oleh cemburu kosong terhadap isterimu dan aku. Engkau menduga bahwa aku dan sumoi bermain gila, berzina. Padahal aku hanya mencinta isteriku seorang, dan isterimu hanya mencinta engkau suaminya! Betapa keji fitnah yang kaulontarkan kepadaku, terutama kepada sumoi. Aiiiihhhh, betapa inginku menghajarmu, menyeretmu ke depan sumoi dan menciumi kakinya mohon pengampunan!" *** Melihat pembantahan itu, Cui Im hanya tersenyum dan saling pandang dengan Go-bi Thai-houw. Mereka merasa bangga sekali menyaksikan hasil daripada siasat mereka yang dilaksanakan dengan penuh kesabaran dan kecerdikan. Kini diam-diam mereka menikmati hasil itu dan merasa amat gembira. Sedemikian hebat rasa benci di hati Cui Im terhadap Keng Hong dan Biauw Eng sehingga selain ingin menyaksikan kedua orang ini mati di tangannya, juga dia merasa gembira kalau sebelum dibunuh mereka itu menderita tekanan-tekanan batin lebih dulu dan bertengkar dengan bekas sahabat terbaik!

Tidak ada komentar:

naruto

naruto
naruto

Daftar Blog Saya

naruto

naruto
Powered By Blogger