naruto

naruto

Senin, 26 November 2012

pendekar kayu harum 86

Episode 86 Ketika mereka berdua melakukan perjalanan sampai di dusun Ciang-chung, kecantikan wajah Ciang Bi menimbulkan urusan besar. di sebuah dusun lain yang tak jauh dari Ciang-chung tinggal seorang kepala kampung yang menjadi raja kecil di dusun itu, bahkan kekuasaan dan pengaruhnya sampai menjalar ke dusun-dusun lain di dekatnya, termasuk Ciang-chung karena kepala-kepala kampung lain dusun tidak ada yang berani menentangnya. Kepala dusun ini bernama Bong-chung-cu (Lurah Bong) dan mempunyai seorang putera tunggal bernama Bong-cit yang terkenal jahat, mata keranjang dan suka membawa kehendak sendiri mengandalkan kedudukan ayahnya dan mengandalkan kekuatan pasukan tukang pukulnya yang terdiri dari buaya-buaya darat yang pandai ilmu silat. Ketika Bong Cit mendengar akan kecantikan seorang gadis bersama adiknya yang memasuki dusun itu, segera bersama anak buahnya Bong Cit mengejar ke Ciang-chung, menemui gadis cantik itu dan menggodanya dengan ucapan-ucapan yang tidak sopan. Tentu saja Ciang Bi dan adiknya menjadi marah dan menghajar para tukang pukul itu sehingga mereka bersama majikan muda mereka lari tunggang-langgang. Akan tetapi, tidak lama kemudian datang lagi pasukan tukang pukul yang lebih banyak jumlahnya, lalu mengeroyok Ciang Bi dan adiknya. Pasukan tukang pukul ini ternyata cukup kuat sehingga hampir saja Ciang Bi dan adiknya celaka kalau saja tidak muncul Keng Hong yang menghajar mereka.. "Demikianlah, Twako. Sungguh aku merasa malu sekali bahwa biarpun ayah telah mengirim aku dan adikku belajar selama lima tahun di Hoa-san-pai, ternyata baru pertama kali bertemu dengan penjahat saja sudah hampir celaka. Masih baik nasibku dapat bertemu dengan seorang pendekar gagah perkasa seperti engkau. Kalau saja kepandaianku setinggi kepandaianmu, tentu akan kucari jahanam Bong Cit itu dan kulenyapkan dari dunia. Manusia macam dia itu merupakan ancaman bagi keselamatan gadis-gadis di kampung sekeliling tempat itu." Keng Hong mengangguk-angguk. "Aku tidak dapat terlalu menyalahkan dia." "Apa maksudmu?" "Siapa orangnya yang takkan tergila-gila melihat engkau, Bi-moi. Engkau terlalu cantik jelita dan manis, membuat hati pria menjadi jungkir balik!" Tiba-tiba wajah yang cantik itu menjadi merah sekali, bibir yang mungil itu tersenyum ditahan, matanya mengerling malu-malu. "Ihhh, engkau juga.... mata keranjang dan...... dan kurang ajar .....? Sukar dipercaya.....!" Keng Hong tertawa lirih dan menggeleng-geleng kepalanya, pandang matanya secara jujur menatap wajah itu dengan kekaguman. "Apakah artinya mata keranjang, Bi-moi? Menurut mendiang suhu, wanita itu seperti bunga yang indah. Wanita mana yang tidak selalu berusaha untuk mempercantik diri? Untuk apa semua usaha itu? Tentu aga kelihatan cantik dan menimbulkan rasa kagum di hati pria. dan sudah menjadi hak setiap orang pria untuk mengagumi kecantika wanita. Semua pria tentu saja suka melihat kecantikan wanita, kecuali mereka yang munafik, kalau ada wanita cantik pura-pura menundukan muka padahal matanya mengerling! Di lahirnya tidak pura-pura tidak suka akan tetapi diam-diam merindukannya! Semua pria suka akan wanita cantik, sedikitnya suka memandang dengan kagum seperti orang mengagumi setangkai bunga yang cantik dan indah. Semua wanita suka untuk dikagumi pandang mata pria, biarpun banyak yang berpura-pura marah dan membenci. Padahal disudut hatinya, Wanita mana yang tidak suka dipandang dengan kagum? Tentang kurang ajar, harap jangan keliru sangka, Bi-moi. Pria yang mana saja boleh memandang kagum akan kecantikan wanita yang mana saja, akan tetapi kalau melakukan perbuatan yang lebih daripada ini, yaitu ingin mengganggu dengan perbuatan, barulah jahat dan tidak baik. Seperti juga setiap orang boleh mengagumi setangkai bunga, akan tetapi untuk berlancang tangan untuk memetiknya adalah perbuatan tidak benar karena bunga itu tentu ada yang memilikinya. Kalau aku menyatakan dengan sejujurnya apa yang terpikir olehku, itu bukan kurang ajar namanya, Bi-moi. Aku memandangmu dengan kagum karena memang hatiku kagum akan kecantikanmu, aku menyatakannya dengan mulut bahwa engkau cantik jelita dan manis, bukan berarti kurang ajar." Makin merah wajah Ciang Bi dan gadis itu menunduk. akan tetapi ia tidak marah, bahkan jantungnya berdebar karena..... girang! Memang tepat sekali ucapan yang didengarnya. Dia suka akan pujian mengenai kecantikannya, apalagi kalau pujian itu keluar dari mulut seorang pemuda yang dikaguminya! Kalau dia sampaui bermusuh dengan Bong Cit adalah karena pemuda she Bong itu mengeluarkan kata-kata kotor dan kemudian hendak menangkapnya. "Kau.... kau terlalu jujur dan blak-blakan, Twako......" akhirnya dengan lirih Ciang Bi berkata. "kau membikin aku menjadi..... menjadi malu...." Keng Hong tertawa dan memandang wajah yang ayu itu. Sinar merah api ungun membuat bentuk wajah itu menjadi gemilang dan tampak jelas garis-garisnya, seperti garis-garis daun bunga mawar dengan lekuk-lengkungnya yang tak lebih tak kurang, tepat dan cocok, serasi pada tempatnya, membuat mata tidak bosannya memandang dan mengaguminya. "Salah siapakah, Bi-moi? Salahkah mata ini kalau melihat wajah yang cantik dan indah, sedap dipandang tak membosankan? Ataukah pemilik wajah itu sendiri yang salah mengapa wajahnya cantik? Kalau salah mataku, biarlah mulai sekarang aku akan meramkan mata kalau bicara dan berhadapan denganmu agar aku jangan dapat melihat wajahmu! Sebaliknya, kalau salah wajahmu mengapa begitu cantik, biarlah mulai sekarang kau menutupi wajahmu dengan saputangan atau dengan kedok yang buruk agar mataku tidak dapat mengagumimu. Bagaimana?" Gadis itu tersenyum lebar, menekan diri agar tidak tertawa terkekeh, dan pandang matanya bersinar-sinar ditujukan kepada wajah pemuda yang makin menarik hatinya itu. pemuda yang perkasa, yang telah menyelamatkan nyawanya dan nyawa adiknya, yang ramah-tamah, yang telah melepas budi namun selalu merendahkan diri, yang amat tampan dan memiliki sepasang mata yang seolah-olah dapat menembus dadanya dan menjenguk isi hatinya, yang kini bahkan memuji-mujinya dengan kata-kata merayu-rayunya! "Wah......., Hong-ko...... engkau benar-benar pandai merayu hati! Hong-ko.....' apakah sesungguhkah....... kau menganggap aku cantik dan....... dan apakah engkau,.......... suka kepadaku?" Gadis itu memberanikan diri mengeluarkan pertanyaan ini yang keluar dari lubuk hatinya, dan dia diberanikan oleh sikap dan kata-kata Keng Hong yang selalu terbuka dan jujur blak-blakan itu. Episode 87 Keng Hong tersenyum lebar. "Pria yang manakah di dunia ini yang tidak akan merayu wanita cantik seperti seekor kumbang menari-nari dan menyanyi di atas setangkai bunga? Kaum cendekiawan, kaum sastrawan selalu merayu segala keindahan dengan kata-kata indah yang dirangkai dalam bentuk sajak-sajak sehingga terciptalah sajak-sajak abadi yang menyanjung keindahan bunga dan kecantikan wanita! Tentu saja aku merayumu dengan kata-kata indah sedapatku, Bi-moi, karena memang engkau cantik dan patut menerima rayuan dan sanjungan pria yang manapun juga di dunia ini. Kau bertanya apakah aku suka kepadamu? Aduh, Bi-moi, perlukah ditanya lagi? Tiada seekor pun kupu-kupu atau kumbang yang tidak suka akan kembang! Tiada seorang pun pria yang tidak suka akan seorang wanita cantik, kecuali kalau pria itu tidak normal atau....... banci!" Gadis itu kembali menekan perutnya karena geli, akan tetapi mulutnya bertanya, "Banci? Apakah itu? Manusia atau binatang?" Keng Hong menggelengkan kepalanya. Semua ucapan yang keluar dari mulutnya tadi hanyalah tiruan saja dari ucapan suhunya dan dia sendiri pun tidak tahu apa itu yang disebut banci. Maka dia pun hanya mencontoh jawaban suhunya ketika dia bertanya tentang banci. "Banci itu bisa manusia bisa binatang, akan tetapi yang pasti dia itu bukan pria dan bukan pula wanita, atau boleh juga disebut bahwa dia itu dapat menjadi pria maupun wanita!" "Eh....., aku menjadi bingung. Bagaimana sih jelasnya?" "Jelasnya...... aku sendiri pun tidak tahu karena selama hidupku belum pernah aku bertemu dengan seorang banci!" "Engkau belum menjawab pertanyaanku, Hong-ko, apakah engkau suka kepadaku?" "Sudah kukatakan tadi, mana ada kumbang tidak suka akan kembang?" "Engkau bukan kumbang!" "Hanya kiasan, Bi-moi, kuumpamakan diriku seekor kumbang dan engkau setangkai kembang. Kumbang takan pernah jemu untuk berdendang memuji kecantikan kembang, takkan jemu-jemu membelai dan menciumnya......" Wajah Ciang Bi menjadi makin merah, kepalanya menunduk, jantung berdebar keras dan jari-jari tangannya menggigil. Keng Hong yang melihat jari tangannya mengigil itu, jari-jari tangan yang kecil dan bentuknya meruncing, dengan kuku-kuku jari yang halus bersih terpelihara, tanpa disadarinya telah menggeser duduknya mendekat, kmudian dengan hati-hati dia memegang tangan itu. "Tanganmu gemetar, Moi-moi...... dan agak dingin. Mengapa?" Memang ada getaran keluar dari tangan Ciang Bi, getaran sebagai akibat denyut jantungnya, juga akibat perasaannya. Dia merasa berbahagia, terharu dan juga...... takut! Semua perasaan ini bergelut dengan rasa suka di hatinya, memdatangkan kemesraan sehingga tanpa disadarinya pula jari tangannya membalas sentuhan pemuda itu dan jari-jari tangan mereka saling meremas. "Hong-ko...... kalau kau menjadi kumbangnya.......aku suka menjadi kembangnya......." Suara Ciang Bi juga gemetar, napasnya agak terengah karena hatinya berguncang. Keng Hong tersenyum girang, lalu dengan tangan kirinya ia meraba ragu yang halus itu, mengangkat muka cantik itu sehingga mereka berpandangan dan dia bertanya. "Bi-moi cintakah engkau kepadaku?" Pertanyaan yang langsung seperti tusukan sebatang pedang yang meruncing. Suhunya dahulu selalu menceritakan segala pengalamannya di waktu muda diselingi nasihat-nasihat tentang wanita. Nasihat yang dia masih ingat dan kini dia praktekan terhadap Ciang Bi adalah begini : "Jangan sekali-kali memaksa wanita untuk melayani cintamu dan jangan sekali-kali jatuh cinta karena sekali jatuh, engkau akan terikat dan kesengsaraan akan timbul. Lebih baik tanya terus terang apakah wanita itu mencintaimu dan jangan menolak cinta kasih wanita, kalau engkau tertarik kepadanya tentu aja!" Nasehat inilah yang teringat oleh Keng Hong ketika dia secara tiba-tiba mengajukan pertanyaan yang langsung itu kepada Ciang Bi. Tentu saja gadis itu menjadi malu sekali untuk menjawab. Namun karena hati Ciang Bi sudah terpikat, baik oleh ketampanan wajah, kelihaian, maupun budi bahasa pemuda itu, ia makin menunduk dan menjawab lirih seperti bisikan, "Dengan seluruh jiwa ragaku, Koko....." Tangan mereka makin erat saling meremas dan terdengar Keng Hong berkata, juga secara blak-blakan, "Juga masih mencintaku biarpun aku kelak tak mungkin kelak menjadi suamimu?" Ciang Bi mengangkat mukanya menandang, wajahnya menjadi pucat, akan tetapi kemudian menjadi merah kembali dan ia menjawab, "Apa kaukira sikapku ini merupakan perangkap untuk menjebak seorang calon suami?" Keng Hong tertawa, menarik lengan gadis itu yang dengan lemas menurut saja sehingga rebah dalam pelukan pemuda yang amat dikaguminya itu. Keng Hong sebetulnya adalah seorang pemuda yang baru berusia delapan belas tahun masih hijau dan bvelum ada pengalaman sama sekali mengenai pergaulan dengan wanita. Akan tetapi, sebagai murid Sin-jiu Kiam-ong Sie Cun Hong, seorang "jagoan" besar, bukan hanya mengenai ilmu silat akan tetapi juga mengenai ilmu menjatuhkan hati wanita, sedikit banyak Keng Hong ketularan penyakit itu. Sering kali suhunya bercerita tentang petualangan-petualangan cintanya di masa muda, bahkan memberinya nasihat-nasihat tentang wanita, mengajarkan "tehnik-tehnik" merayu wanita, sehingga biarpun pada dasarnya Keng Hong tidak berbakat menjadi seorang laki-laki mata keranjang dan hidung belang, namun watak suhunya menular dan dia menjadi seorang pemuda yang lebih berani menghadapi wanita daripada pemuda-pemuda lain sebaya dengannya. Apalagi setelah dia berjumpa dengan Ang-kiam Tok-sian-li Bhi Cui Im dan remajanya gugur oleh wanita cabul yang cantik itu, pengalaman ini menambah keberaniannya menghadapi Ciang Bi. Hanya ada satu hal yang menguntungkan bagi batin Keng Hong, yaitu bahwa dia amat taat kepada pesan-pesan suhunya sehingga betapapun terpupuk dan bangkit selera dan nafsunya untuk berdekatan dan bermain cinta dengan wanita, namun seperti suhunya, memaksa dan memperkosa wanita merupakan pantangan mutlak baginya. Kalau ada wanita suka kepadanya, dia akan melayaninya. Akan tetapi betapapun cantik seorang wanita dan betapapun tertarik hatinya, kalau wanita itu tidak suka kepadanya, dia tidak akan menyentuh seujung rambutnya.Ketaatan ini menguntungkan Keng Hong sendiri dan para wanita, karena andaikata tidak, tentu dia akan tersesat menjadi seorang jai-hwa-cat (penjahat pemetik bunga) atau tukang pemerkosa wanita yang berbahaya sekali! Episode 88 Mendengar jawaban gadis itu, Keng Hong tertawa, merangkul lehernya dan menundukan muka. Mereka berciuman dan biarpun keduanya belum berpengalaman dalam bermain cinta, namun karena didorong hati yang mencinta, mereka berciuman mesra. "Hong-ko...." Ciang Bi merintih, tubuhnya mengetar, semua bulu di tubuhnya meremang ketika kedua lengannya merayap seperti ular melingkari leher pemuda perkasa yang menjatuhkan hatinya itu. "Bi-moi...... engkau jelita sekali......" Keng Hong juga berbisik di dekat telinga gadis itu dan kembali mereka berdekapan dan berciuman mesra. Cinta adalah perasaan yang dimiliki oleh setiap mahluk di dunia, setiap mahluk yang hidup wajar sesuai dengan kodrat dan kekuasaan alam. Cinta bukan merupakan sesuatu yang kotor dan bukan merupakan hal yang tak patut dibicarakan. Sebaliknya daripada itu! Cinta antara pria dan wanita adalah hal yang amat wajar, merupakan anugrah dari Tuhan, merupakan dorongan alamiah yang tak dapat dibantah, bahkan tak dapat dihindarkan dan tak dapat dibuang karena cinta ini pula yang membuat manusia masih berlangsung ada di dunia ini, berkembang biak dan mencipta generasi demi generasi. Karenanya, cinta adalah bersih dan murni, tidak kotor dan bukannya tidak patut dibicarakan, bahkan seharusnya dibicarakan agar tidak disalah gunakan. Biarpun cinta antaralawan kelamin merupakan kodrat dan dimiliki oleh setiap mahluk, dari yang terkecil sampai yang terbesar, namun karena manusia adalah mahluk yang berakhlak dan berakal budi, maka tidaklah dapat disamakan dengan mahluk lain yang dalam hal cinta kasih semata-mata menurut dorongan kodrat belaka. Cinta antara pria dan wanita diciptakan oleh kodrat dan pembawaan yang sudah ada pada setiap mahluk yaitu daya tarik yang ada di antara lawan kelamin. Tanpa diberi tahu, tanpa membaca buku, jika masanya sudah tiba sesuai dengan usianya, seorang pemuda akan tertarik melihat seorang pemudi, dan sebaliknya. Rasa tertarik ini menimbulkan suka yang disebut cinta, kasih atau asmara. Tidak berhenti sampai di situ saja. Cinta antara pria dan wanita yang normal diikuti oleh bangkitnya nafsu berahi yang wajar, diikuti pula oleh hubungan kelamin yang juga sudah wajar. Segala macam mahluk di dunia ini, kecuali manusia, akan melakukan hal ini, yaitu saling tertarik dan saling mendekati, menurut nafsu berahi melakukan hubungan kelamin. Adakah seorang pun dapat mengatakan bahwa perkembangan dan perbuatan itu kotor dan tidak patut ? Sama sekali tidak! Akan tetapi, sekali lagi ditekankan bahwa manusia bukanlah sembarangan mahluk! Tanpa berunding lebih dulu, manusia seluruh dunia ini telah membangun dan mendirikan mercu suar di antara segala mahluk yang disebut peradaban yang melahirkan prikemanusiaan! Prikemanusiaan inilah yang melahirkan hukum-hukum yang dibuat oleh manusia sendiri, disesuaikan dengan rasa, dengan kebiasaan, dan dengan kepercayaan golongan masing-masing. Lahir pula hukum-hukum susila yang melarang pria dan wanita melakukan hubungan kelamin di luar pengesahan hukum. Terciptalah istilah-istilah dan sebutan bagi perbuatan-perbuatan yang melanggar garis yang ditentukan ini, misalnya perjinaan, perkosaan dan lain-lain. Cintanya itu sendiri, nafsu berahinya itu sendiri, dan hubungan kelamin itu sendiri tetap brsih dan murni, bukanlah hal yang tidak patut. Hanya perbuatan melanggar garis hukum itulah yang tidak patut, karena sudah tahu ada garis tetap dilanggar sehingga tentu saja menimbulkan pertentangan-pertentangan. Keng Hong adalah seorang pemuda yang kurang pengalaman. Dia bertumbuh menjadi dewasa dalam asuhan seorang aneh seperti Sin-jiu Kiam-ong yang menjadi gurunya. Dan semenjak dia masih muda, Sin-jiu Kiam-ong sudah meninggalkan dan tidak lagi mengindahkan gari-garis hukum buatan manusia ini. Dia melakukan apa saja yang dia anggap benar, biarpun itu melanggar hukum manusia dan sebaliknya dia tidak akan melakukan hal yang dianggapnya tidak benar, biarpun hal itu dibenarkan hukum. Maka timbulah perbuatan-perbuatannya yang menggemparkan karena tidak cocok dengan hukum manusia lain, permainan cinta dengan banyak wanita yang tertarik oleh ketampanandan kegagahannya, pencurian-pencurian dan perampasan-perampasan benda-benda pusaka, pertolongan-pertolongan tanpa melihat bulu, dan pertentangan-pertentangan lain yang mengakibatkan dia dimusuhi orang-orang gagah sedunia! Watak aneh Sin-jiu Kiam-ong yang pada hakekatnya seorang pendekar yang sakti dan berjiwa besar itu hanyalah akibat. Akibat dari kepatahan hati. Di waktu masih muda, baru berusia dua puluh dua tahun dan baru saja menikah dua tahun dengan seorang wanita yang cantik jelita, masih belum mempunyai keturunan, pada suatu malam pendekar muda yang sakti ini, yang baru pulang dari perantauan selama sebulan, menemukan istrinya yang tercinta itu sedang melakukan hubungan kelamin dengan seorang pria lain, sahabat baiknya sendiri! Tadinya Sin-jiu Kian-ong Sie Cun Hong marah sekali dan hampir saja dia meloncat masuk dan serta-merta membunuh istrinya dan sahabatnya itu, yang dalam keadaan seperti itu tidak tahu bahwa perbuatan mereka ditonton oleh Sie Cun Hong yang mengintai di luar jendela kamar. Akan tetapi tiba-tiba pkiran yang aneh menyelinap dalam benaknya. Kekecewaan dan pukulan batin yang amat hebat agaknya telah membuat jalan pikirannya Sie Cun Hong menjadi tidak normal, tidak lumrah seperti manusia biasa, bahkan menjadi berlawanan dengan pendapat umum! Pada saat itu, timbul pendapat dihatinya bahwa tidak perlu dia marah karena kalau istrinya sampai mau melakukan hubungan kelamin dengan pria lain, tentu ini didasari hati suka kepada si pria itu. Mengapa dia akan melarang orang yang mencinta? Kedua orang itu, biarpun istrinya dan sahabatnya namun tetap orang, saling mencinta dan menumpahkan rasa cinta mereka dalam hubungan kelamin. Mengapa dia harus marah dan membunuh mereka? Sie Cun Hong tertawa, suara ketawanya meninggi dan melengking sehingga mengejutkan istrinya dan sahabatnya yang sudah mengakhiri perbuatan mereka. Isterinya terkejut setengah mati, juga sahabatnya, sehingga kedua orang ini dengan tubuh menggigil menjatuhkan diri berlutut di atas lantai dan memejamkan mata, siap menanti datangnya maut karena mereka kenal suara ketawanya di luar jendela itu turun tangan, mereka berdua takkan dapat tertolong lagi. Akan tetapi Sie Cun Hong tidak pernah lagi memasuki kamarnya itu, bahkan tidak pernah lagi berjumpa dengan bekas isterinya dan bekas sahabatnya. Peristiwa itulah yang menjadi sebab munculnya seorang pendekar aneh yang menggegerkan dunia persilatan. Sie Cun Hong melakukan hal-hal yang bagi manusia biasa dianggap jahat dan keji, tidak lumrah dan dia dikutuk oleh banyak tokoh kang-ouw. Bermain cinta dengan wanita manapun juga, bahkan wanita-wanita yang telah menjadi isteri orang lain, kalau dasarnya suka sama suka, dia tidak segan melakukannya. Banyak sekali wanita yang tergila-gila kepadanya karena memang di waktu mudanya Sie Cun Hong merupakan seorang pria yang gagah perkasa dan tampan. Episode 89 Kini Sie Cun Hong sudah tidak ada lagi akan tetapi dia mewariskan seluruh miliknya kepada murid tunggalnya, yaitu Cia Keng Hong. Seluruh sinkangnya dia berikan, seluruh pusakanya dia tinggalkan untuk muridnya, bahkan sebagian wataknya dia wariskan sehingga kini, dalam usia delapan belas tahun, Keng Hong telah melayani nafsu berahi Ang-kiam Tok-sian-li Bhe Cui Im, dan sekarang, untuk kedua kalinya dia bermain cinta dengan seorang gadis Hoa-san-pai yang mengaguminya dan jatuh hati kepaadnya. Kalau gurunya tidak peduli akan hukum susila karena pernah patah hati menyaksikan isterinya berjina dengan sahabatnya, adalah Keng Hong melakukan hal itu semata-mata karena dia menganggap hal itu wajar dan benar, sesuai dengan nasehat-nasehat mendiang gurunya! Dia tidak memperkosa, dia tidak memaksa, dia dan Ciang Bi sama-sama mau, cocok sudah dengan pesan suhunya, maka tentu saja hal itu sudah benar dan baik! Sim Ciang Bi, gadis remaja yang dikuasai nafsu berahinya sendiri, sudah seperti mabuk dan buta bahwa dia telah melakukan pelanggaran garis hukum. Lupa bahwa garis hukum susila itu diadakan oleh manusia semata-mata untuk melindungi dan membela nasib hidup dan kebahagiaan wanita. Lupa bahwa hubungan kelamin di luar pernikahan, si wanitalah yang akan menanggung akibat-akibat pahit getir, bahkan yang akan dapat menyeretnya kelembah kesengsaraan, mungkin ke lembah kehinaan. Manusia tidak dapat membebaskan diri daripada hukum-hukum manusia yang sudah tersusun dan bertumpuk ribuan tahun lamanya. Apalagi, dalam hukuman kelamin, alam sendiri sudah menjatuhkan kodrat bahwa si wanitalah yang akan menderita akibatnya, yaitu kehamilan. Setiap orang gadis yang bijaksana, yang sadar betapa satu kali saja salah langkah melanggar garis hukum kesusilaan ini dapat mengakibatkan malapetaka sepanjang hidup, akan selau pandai mengekang nafsu , pandai menjaga diri tidak terseret oleh gelombang yang memabukan, tentu akan menjaga kesusilaan dan kehormatanya yang dia junjung lebih tinggi dan berharga daripada nyawa! Kehilangan nyawa hanya berarti mati. Akan tetapi kehilangan kehormatan sebagai gadis ternoda, berarti akan hidup terhina oleh manusia-manusia lain yang sudah melekatkan batinnya pada hukum. Dua orang yang tenggelam dalam lautan kasih asmara itu tidak sadar bahwa Sim Lai Sek menjulurkan kepalanya keluar dari gubuk. Pemuda remaja ini pada tengah malam terbangun dari tidurnya dan menggerakan tubuh, menjenguk keluar gubuk.Dapat dibayangkan betapa terkejut hatinya ketika dia menyaksikan keadaan cicinya dan penolong mereka itu di atas rumput, di dekat api ungun. Sejenak dia terbelalak, mukanya berubah mereh, akan tetapi dia lalu menarik diri lagi rebah di dalam gubuk, napasnya agak terengah dan diam-diam dia menangis, berdoa semoga cicinya yang telah tersesat itu akan menjadi isteri yang sah dari Cia Keng Hong. Mengingat ini, lenyaplah kemarahan dan kedukaannya, terganti rasa girang karena dia memang suka sekali dan kagum kepada penolongnya yang demikian gagah perkasa. Kalau dia dapat mempunyai Cihu (kakak ipar) seperti itu, alangkah senangnya dan dia akan memperdalam ilmu silatnya, belajar dari cihunya. Kelegaan hati inilah yang membuat Lai Sek tertidur kembali, lupa akan perutnya yang lapar. Lewat tengah malam, Keng Hong tertidur nyenyak, sedangkan Ciang Bi pulas pula di atas dadanya. Mereka tidur berdekapan, pipi Ciang Bi terletak di atas dada Keng Hong, rambut gadis itu terurai lepas menutupi dada, leher dan sebagian muka Keng Hong. Mereka berdua tidur dengan nikmat, karena badan lelah hati bahagia, sehingga tidak sadar dan tidak tahu bahwa tak jauh dari tempat itu tampak sepasang mata yang bening dan jeli memandang ke arah mereka dengan sinar berkilat-kilat. Muklut yang manis dengan bibir merah itu bergerak- gerak, tampak giginya berderet rapi putih seperti mutiara. Kemudian, tangan yang halus itu merogoh kantong dalam baju, mengambil sesuatu, tangan digerakan dan sinar putih meluncur ke arah Ciang Bi yang masih tidur pulas berbantal dada Keng Hong Jerit melengking yang keluar dari mulut Ciang Bi adalah jerit kematian, dan bayangan putih itu berkelebat cepat sekali, lenyap ditelan kegelapan malam. Keng Hong tersentak bangun, otomatis lengannya memeluk leher Ciang Bi. Dapat dibayangkan betapa kagetnya ketika tangannya menjadi basah oleh darah yang mengucur keluar dari pelipis itu! Di bawah sinar api unggun yang masih menyala sedikit, dia memandang dan kerongkongannya serasa dicekek ketika dia melihat sebuah benda bulat berduri menancap di pelipis gadis itu. Senjata rahasia Biauw Eng yang tadi telah menolongnya merobohkan pengeroyokan para penjahat. Kini sebuah di antara senjata rahasia itu menancap di pelipis kiri Ciang Bi, merenggut nyawa dari tubuh yang masih hangat itu. "Biauw Eng......!" Seruan Keng Hong ini seperti jerit tangis dan setelah dia merebahkan tubuh yang masih hangat dan tak bernyawa lagi itu di atas tanah bertilam rumput yang juga hangat dan rebah semua karena tindihan tubuh mereka berdua semalam, dia meloncat dan mencari-cari dengan pandang matanya. Namun keadaan di sekeliling tempat itu sunyi dan agak gelap. Ia maklum bahwa akan percuma saja dia mencari Biauw Eng. Maka dia lalu berlutut lagi dan memeluk tubuh gadis yang semalam telah menyerahkan segala-galanya kepadanya dengan penuh kasih sayang, penuh kemesraan dan kehangatan. "Ciang Bi...... ahhh, Bi-moi.......!" Keng Hong teringat akan sikap gadis ini semalam dan dengan hati penuh keharuan dia menundukan muka dan mencium mulut mayat itu yang semalam membisikan kata-kata cinta kepadanya. "Cici.......! Cia-taihiap, ada apakah........??" Sim Lai Sek melompat keluar dari gubuk, matanya yang masih mengantuk itu belum dapat melihat jelas, hanya dia tadi terbangun mendengar jerit cicinya. Keng Hong mengangkat mukanya dan dua titik air mata menetes turun. Kini Lai Sek dapat melihat pelipis cicinya dan melihat pula darah membasahi leher dan baju, melihat bahwa tubuh cicinya telah lemas tak bernyawa. "Cici.......!!" Ia menubruk, berlutut dan menangis, memanggil-manggil nama cicinya. Keng Hong hanya memandang dengan penuh keharuan lalu memegang pundak pemuda itu sambil berkata halus. "Dia....... sudah mati........" Tiba-tiba Lai Sek meloncat bangun. Tangan Keng Hong yang menyentuh pundaknya itu terasa olehnya seperti serangan seekor ular berbisa. Episode 90 "Kau.....! kau....... telah membunuh cici.......! kau........ telah berpura-pura menjadi pendekar berbudi yang menolong kami, merayu cici, memperkosanya..... kemudian membunuhnya.......!" Sim Lai Sek menerjang maju dengan pukulan tangannya ke arah kepala Keng Hong, akan tetapi sekali tangkis, tubuhnya terpelanting ke atas tanah. Akan tetapi dia bangkit kembali dengan kemarahan meluap. "Sabar dan tenanglah, siauwte. bukan aku yang mmbunuhnya. Lihat, pelipisnya terluka oleh senjata rahasia........." "Aku tahu! Senjata rahasia ini adalah senjata rahasia wanita yang menolongmu. Dia tentu sahabatmu, atau...... kekasihmu! Tentu dia melihat engkau merayu dan memperkosa cici, lalu dia membunuh cici. Sama saja, berarti engkau yang telah membunuh ciciku, keparat!" Lai Sek menerjang lagi dan Keng Hong terpaksa meloncat pergi. Ia tidak dapat membantah lagi karena omongan atau tuduhan itu mendekati kenyataan. Hanya dia tidak merasa memperkosa Ciang Bi dan baru sekarang dia tahu bahwa agaknya pemuda remaja ini malam tadi telah melihat dia bermain cinta dengan Ciang Bi! Memang dugaan itu tidak salah. Dia sendiri merasa yakin kini bahwa Biauw Eng membunuh Ciang Bi karena cemburu. Bukankah puteri Lam-hai Sin-ni itu terang-terangan menyatakan bahwa gadis itu mencintainya? agaknya Biauw Eng terus mengikutinya, membantunya merobohkan para pengeroyok dan tadi melihat dia bermain cinta dengan Ciang Bi, lalu datang pada saat dia pulas dan membunuh Ciang Bi. Memang bukan dia yang membunuh, namun sudah jelas gadis ini tewas karena dia! "Siauwte, aku menyesal sekali......... akan tetapi demi Tuhan, aku tidak bermaksud mencelakakannya. Bukan aku yang membunuhnya dan...... sekiranya aku tidak sedang tidur pulas, tentu aku dapat melindunginya....... akan tetapi.........." "Laki-laki laknat! Jai-hwa-cat! Setelah memperkosa cici, engkau bisa saja bicara seenakmu! Engkau suah mempunayi kekasih yang bersenjata bola putih itu! Akan tetapi engkau masih merayu enciku! Hayo katakan, apakah engkau berniat mengawini enciku? Apakah engkau berniat mengambil dia sebagai isteri?" Keng Hong menghela napas dan menggeleng kepala. Urusan ini amat pelih dan tidak boleh dia main-main dan membohong. "Tidak, kami memang saling suka dan hubungan cinta kami dilakukan dengan kesadaran kami berdua, dan aku sudah menjelaskan kepada Bi-moi bahwa aku tidak dapat menjadi suaminya......." "Keparat! Jahanam! Sudah kuduga seperti itu! Kalau aku tahu tentu malam tadi sudah kuremukan kepalamu!" Lai Sek kembali berteriak-teriak dan menerjang maju. Keng Hong merasa bingung dan berduka sekali. Ia maklum bahwa tidak mungkin dia dapat menenangkan dan menyabarkan hati pemuda yang sedang diamuk kemarahan dan kesedihan itu, maka dia lalu meloncat jauh dan melarikan diri, pergi dari tempat itu. Jalan satu-satunya yang paling baik hanyalah menjauhkan diri pada saat seperti itu. Perhitungannya memang tepat. Setelah maklum bahwa tak mungkin mengejar Keng Hong yang tingkat kepandaiannya jauh lebih tinggi, Lai Sek kembali berlutut dan menangisi jenazah kakaknya dengan sedih. Setengah malam dia menangis sampai matahari muncul dan penduduk dusun pergi ke sawah ladang. Para penduduk terheran dan terkejut, apalagi setelah mendengar dari pemuda itu bahwa kaka perempuan pemuda itu terbunuh oleh penjahat malam tadi. Mereka menaruh kasihan dan beramai-ramai mereka itu membantu Lai Sek mengurus jenazah Ciang Bi dan menguburnya di tanah pekuburan dusun itu secara sederhana. Pada keesokan harinya, ketika malam sedang gelap, sesosok bayangan hitam datang ke dalam tanah kuburan itu dan berlutut di depan gundukan tanah yang masih baru. Bayangan ini menangis dan dia bukan lain adalah Keng Hong! Sampai semalam dia berkabung dengan penuh kedukaan di depan kuburan itu, dan baru pada keesokan harinya dia meninggalkan kuburan baru itu, pergi secepatnya meninggalkan dusun di mana Ciang Bi dimakamkan, meninggalkanya akan tetapi membawa pergi kenangan sedih yang takkan pernah dapat terlupakan. Hatinya penuh kedukaan, bukan semata karena kematian Ciang Bi, akan tetapi yang lebih daripada itu, adalah karena kekejaman Biauw Eng! Ia suka kepada Biauw Eng, perasaan suka yang aneh dan berbeda kalau dibandingkan dengan rasa suka kepada wanita lain seperti kepadaCui Im dan Ciang Bi, suka bukan semata karena kecantikan gadis puteri Lam-hai Sin-ni itu, melainkan karena pribadinya, dan mungkin sekali karena dia mengingat bahwa gadis itu adalah puteri suhunya, puteri Sin-jiu Kiam-ong! Inilah agaknya yang membuat dia merasa suka kepada gadis itu, dan kini kenyataan betapa puteri suhunya itu berhati kejam seperti iblis, membunuh Ciang Bi yang sama sekali tidak berdosa, benar-benar mendatangkan rasa duka di hatinya di samping rasa marah terhadap Biauw Eng. Keng Hong melakukan perjalanan cepat, tujuannya adalah Kun-lun-san karena dia ingin kembali ke Kiam-kok-san, yaitu puncak dimana terdapat batu pedang temapt suhunya menggemblengnya selama lima tahun. Dia harus pergi ke sana, mengambil pdang Siang-bhok-kiam yang memang dia sembunyikan di puncak Kiam-kok-san! Ketika dia turun gunung setelah tidak berhasil mencari rahasia penyimpanan barang-barang pusaka gurunya, dia maklum akan bahayanya kalau dia membawa Siang-bhok-kiam turun gunung, maka dia lalu membuat sebuah pedang tiruan, pedang dari kayu harum pula yang dia dapatkan di puncak, pedang yang mirip dengan Siang-bhok-kiam. Ia menyembunyikan pedang Siang-bhok-kiam tulen dibalik tumpukan batu karang dan membawa turun pedang palsu. Tepat seperti yang telah diduganya, begitu turun gunung pedangnya menimbulkan keributan dan terpaksa dia menyerahkan pedang palsu itu kepada Kiang Tojin! Kini, pedang tulen masih berada di puncak Kiam-kok-san. Setelah mengalami bnayak hal yang amat tidak enak, bertemu dengan orang-orang pandai yang memusuhinya, dia tahu bahwa dia harus kembali ke sana, harus menggembleng dirinya seperti yang dipesankan suhunya. Ia harus dapat menemukan kitab-kitab peninggalan suhunya, memperdalam ilmunya agar dia dapat menjaga diri kalau berhadapan dengan tokoh-tokoh dunia kang-auw, baik para datuk hitam maupun para datuk putih! Seminggu setelah dia meninggalkan dusun di mana terdapat kuburan Ciang Bi dia telah tiba di kaki Pegunungan Bayangkara yang menyambung dengan Pegunungan Kun-lun-san, setelah dia berhasil melewati Pegunungan Min-san. Namun untuk sampai di tempat markas Kun-lun-pai, masih amat jauh dan sedikitnya dia harus melakukan perjalanan naik turun gunung selama setengah bulan.

Tidak ada komentar:

naruto

naruto
naruto

Daftar Blog Saya

naruto

naruto
Powered By Blogger