naruto

naruto

Senin, 26 November 2012

pendekar kayu harum 113

Episode 113 "Pertanyaanmu mengejutkan hati Nona. Kim-kok-san bukanlah sebuah tempat yang dikenal semua orang. Bolehkah aku mengetahui namamu dan keperluannya mencari tempat seperti itu? Perkenalkan, aku she Cia..." "Harap engkau suka berbaik hati menunjukkan jalan itu kalau kau mengetahuinya ..eh, Cia-twako. Namaku adalah Tan Hun Bwee dan tentang keperluanku dengan Kiam-kok-san adalah urusan pribadiku. Kalau engkau mengetahui tempat itu dan dapat menunjukkan jalan untukku, aku akan berterima kasih sekali. Kalau engkau mengetahui, biarlah aku pergi mencari sendiri, tidak perlu terlalu lama disini.." Keng Hong tersenyum. "Aku tahu pula mengapa Nona datang mencari Kiam-kok-san. Bukankah Nona puteri Ketua Hek-houw-piawkiok bernama Tan Kai Sek?" Nona itu terkejut sekali dan tangannya bergerak secara otomatis hendak meraba pedangnya sambil bertanya dengan suara nyaring, "Engkau siapakah?" Apakah engkau murid Kun-lun-pai dan hendak menghalangi aku mencari Kiam-kok-san?" Keng Hong tersenyum, lalu membalikkan tubuh membelakangi nona itu, menghampiri pohon dan duduk kembali di bawah pohon yang teduh. Setelah duduk menghadapi nona itu dia berkata, "Tenanglah, Nona dan tak perlu mencabut pedang itu. Aku bukan murid Kun-lun-pai dan juga tidak akan menghalangi orang. Marilah duduk di sini dan dengarlah dulu kata-kataku, baru ku tunjukkan padamu jalan ke Kiam-kok-san." Tan Hun Bwee, gadis itu, menjadi curiga, akan tetapi karena dia percaya akan kepandaiannya sendiri, dia tidak takut dan menghampiri lalu duduk agak jauh di atas sebuah batu, menghadapi pemuda yang ia dapat menduga tentu bukan orang sembarangan itu. Orang yang tahu akan adanya Kiam-kok-san kiranya bukan sembarangan orang. "Siapakah engkau dan bagaimana engkau dapat mengenal ayahku?" "Sudah kukatakan bahwa aku she Cia dan tentang ayahmu, pernah aku bertemu berkenalan. Aku tahu bahwa ayah dan ibu pernah mendatangi Kiam-kok-san untuk memusuhi Sin-jiu Kiam-ong akan tetapi gagal dan dikalahkan oleh kakek itu. Apakah kedatangan Nona ini ada hubungannya dengan urusan itu?" Kembali gadis itu terkejut dan terheran-heran. Bagaimana pemuda tampan dan halus tutur sapanya ini mengetahui akan hal itu? Ia tidak suka urusan pribadi orang tuanya dibicarakan orang lain, maka ia menjawab singkat, "Dendam besar antara keluarga kami dengan Sin-jiu Kiam-ong adalah urusan pribadi, tidak perlu aku membicarakannya dengan orang lain. Kalau engkau mengetahui jalan ke Kiam-kok-san dan suka menunjukkannya kepadaku, harap katakan sekarang juga." "Nanti dulu, Nona. Mengapa Nona berkeras hendak mendatangi Kiam-kok-san? Kakek berjuluk Sin-jiu Kiam-ong itu telah meninggal dunia, dengan demikiam maka urusan yang ada antara beliau dan orang tua sudah terhapus.." Sepasang alis menjelirit hitam itu bergerak-gerak, indah sekali dalam pandangan Keng Hong , bibir yang merah itu bergerak cepat, "Terhapus bagaimana? Enak saja ! Dia seorang yang amat jahat, seorang manusia sombong dan keji, yang telah menghancurkan kebahagiaan keluarga ayahku!" "Ah, terlalu keras engkau menjatuhkan keputusan, Nona. Aku pun telah mengetahui akan urusan antara Sin-jiu Kiam-ong dan orang tuamu. Bukankah dahulu orang tuamu sebagai piauwsu dari Hek-houw-piauwkiok pernah dirampok oleh kakek itu dan dirampas benda-benda perhiasaan milik seorang pembesar tinggi?" "Bukan itu saja! Bahkan dia berani mengganggu puteri dari menteri..." "Hemmm, bukan menganggu, hanya karena keduanya sama suka. Puteri itu tadinya di tawan dengan maksud dimintakan uang tebusan dan Sin-jiu Kiam-ong melakukan hal ini sebagai pengajaran karena sang menteri adalah seorang pejabat tinggi yang selain korup juga menindas rakyat mengandalkan kekuasaan. Akan tetapi puteri itu jatuh cinta kepada Sin-jiu Kiam-ong sehingga terjadilah hubungan cinta kasih antara mereka. Urusan itu ada sangkut pautnya dengan orang tuamu?" "Piauwkiok ayahku menjadi tercemar namanya, dan menyeret pula nama besar ayahku. Pendeknya, aku tidak terima! Biarpun Sin-jiu Kiam-ong telah menginggal, dia masih berhutang kepada ayahku, dan aku harus mendapatkan kembali harta pusaka yang dia rampok karena itu menjadi hakku, di samping pusaka lainnya yang ditinggalkannya. Aku akan menggeledah Kiam-kok-san!" Keng Hong tersenyum lebar. "Nona, berpikirlah masak-masak. Dendam digerakkan oleh benci, dan siapa yang membenci orang lain berarti membenci diri sendiri. Sin-jiu Kiam-ong telah meninggal dunia, mengapa engkau masih menaruh denda? Padahal, engkau sendiri tidak mempunyai urusan dengan dia, mengenalpun tidak. Perlukah dendam dibawa sanpai menurun dari ayahmu kepadamu? Menurutkan dendam, berarti engkau mengikatkan dirimu dengan tali-temali karma yang amat ruwet, Nona. Bukankah dengan demikian engkau akan menyia-nyiakan waktu hidupmu? Perlukah engkau memenuhi permintaan orang tuamu yang begitu tega menyuruh seorang gadis muda seperti Nona menempuh bahaya besar, hendak mendatangi Kiam-kok-san yang tak dapat didatangi oleh orang-orang sakti di dunia kang-ouw? Orang tuamu benar-benar berpemandangan picik...' "Ayah ibuku telah meninggal dunia..!" "Ah, maaf..... aku tidak tahu..." "Mereka telah meninggal dunia, meninggalkan aku seorang diri. Mereka meninggal karena tekanan batin, karena tidak mampu membalas kepada musuh besar kami. Aku sebagai puterinya harus melanjutkannya, harus dapat merampas kembali benda-benda berharga yang dahulu dirampas Sin-jiu Kiam -ong. Aku akan..eh, engkau ini siapakah yang tahu akan segala hal?" "Tentu saja aku tahu, Sin-jiu Kiam-ong adalah mendiang guruku.." "Bagus..! Ada yang mewakili menerima pembalasan keluarga Tan...!" Sambil berkata demikian, gadis itu sudah meloncat ke belakang dan mencabut pedangnya. Gerakannya cepat sekali maka Keng Hong dapat menduga bahwa tentu gadis itu telah mewarisi ilmu kepandaian ayah bundanya. Ia dia saja, hanya duduk sambil memandangi gadis itu dengan wajah tenang. "Hayo bangkitlah engkau murid Sin-jiu Kiam-ong! Bangkitlah agar segala perhitungan lama dapat dibereskan saat ini!" Gadis itu menodongkan ujung pedangnya ke arah hidung Keng Hong yang masih duduk tenang tak bergerak dari tempatnya. "Mendiang guruku tidak pernah merasa menjadi musuh orang tuamu, apalagi musuhmu, Nona. Dan aku pun tidak pernah merasa menjadi musuh keluarga Tan piauw su, maka bagiku tidak ada perhitungan apa-apa yang harus di bereskan.” Episode 114 Dan aku yakin bahwa seorang gadis perkasa seperti Nona tidak akan membunuh orang yan tidak mau melawannya, apalagi kalau orang itu selama hidupnya tidak pernah ada urusan dengan Nona maupun orang tua Nona. Akan tetapi kalau keliru dugaanku dan ternyata Nona bukan seorang wanita yang berhati keji dan haus darah, boleh saja Nona tusuk dada ini sampai tembus, aku pun tidak akan melawanmu!" Pedang di tangan gadis itu menggigil akan tetapi tidak turun dari depan hidung Keng Hong. "Aku mendengar penuturan orang tuaku bahwa Sin-jiu Kim-ong adalah seorang laki-laki yang bermulut tajam, pandai membujuk dan menipu. Siapa tahu kalu muridnya pun mewarisi kepandaian itu!" Keng Hong bukanlah seorang bodoh yang membiarkan dirinya terancam maut begitu saja sehingga dia mengeluarkan ucapan tadi. Melihat sikap gadis itu, mendengar ucapan-ucapannya, dia merasa yakin bahwa gadis ini tidak ungkin mau membunuhnya begitu saja kalau dia tidak mau melawan, Kini dia tertawa dan menjawab "Nona, biarpun kau buka dada ini, engkau takkan mendapatkan niat buruk dalam hatiku terhadapmu. Aku tidak membujuk, hanya bicara sesungguhnya bahwa aku tidak pernah memusuhiu dan tidak suka bermusuhan denganu karena memang tidak ada sebab yang mengharuskan kita salign berusuhan. Apalagi setelah sekarang suhu tidak ada, juga kedua orang tuamu tidak ada, mengapa kita harus melanjutkan sikap bermusuhan orang tuamu, percayalah bahwa kelak kalau aku berhasil menemukan simpanan suhu, tentu benda-benda itu akan ku kembalikan kepadau. Bukan hanya benda-benda dari orang tuamu, bahkan benda milik semua orang yang pernah diambil suhu akan ku kembalikan. Dengan jalan itu aku hendak menebus semua perbuatan suhu yang telah menimbulkan sikap bermusuhan dari orang-orang gagah terhadap suhu." Ujung pedang yang menodong itu menurun, perlahan-lahan. Lalu tubuh gadis yang menegang itu menjadi agak lemas ketika ia berkata perlahan, seperti mengeluh. "Ah, mengapa engkau tidak mau bangkit melawan saja? Agar terpenuhi kebaktianku kepada orangtuaku. Mengapa engkau tidak menjadi murid berbakti dari gurumu dan mempertahankan nama gurumu dengan menghadapi musuhnya?" Keng Hong menggelengkan kepala. "Engkau keliru dalam mengartikan sikap berbakti, Nona. Melanjutkan perbuatan orang tua baru dapat dikatkan berbakti kalau perbuatan itu sendiri benar. Akan tetapi kalau perbuatan itu tidak benar, maka kewajiban seorang berbakti adalah membetulkan perbuatan itu, tidak melanjutkannya. Mengerti engkau, Nona?" Gadis itu menunduk, perlahan-lahan menyimpan kembali pedangnya. "Biarpun aku tidak suka mengakui, namun aku percaya kepadamu." Tiba-tiba Keng Hong mengangkat muka memandang ke kanan dan terdengarlah suara. "Siancai..! Bocah keparat ini sama sekali tidak boleh dipercaya!" Tan Hun Bwee cepat memutar tubuh memandang ke arah suara itu dan tahu-tahu di situ muncul dua tosu yang usianya sekitar lima puluh tahun. Mereka ini bukan lain adalah Lian Ci Tojin dan Sian Ti Tojin, dua orang tokoh Kun-lun-pai untuk mencari dan menangkap Keng Hong yang menipu Kun-lun-pai dengan menyerahkan pedang Siang-bhok-kiam palsu. Melihat dua orang tosu ini, Keng Hong terkejut dan cepat dia maju, menjatuhkan diri berlutut. "Kiranya Ji-wi Totiang yang datang, harap menerima penghormatan teecu,” katanya penuh hormat. Sejak kecil Keng Hong hidup di Kun-lun-pai dan tak pernah dia kehilangan rasa terima kasihnya dengan kepada Kun-lun-pai, terutama kepada Kiang Tojin yang telah menolong nyawanya dan telah memeliharanya. Dua orang tosu ini adalah adik seperguruan Kiang Tojin, tentu saja dia bersikap amat hormat. "Cia Keng Hong! Tahukah engkau akan dosamu terhadap Kun-lun-pai?" bentak Sian Ti Tojin sambil menggerakkan ujung lengan nya yang panjang dan sikapnya keren. "Teecu telah banyak menerima budi kebaikan Kun-lun-pai dan belum sempat membalasnya. Hal itu sudah merupakan dosa." "Tak usah memutar lidah!" bentak Lian Ci Tojin yangseperti suhengnya, amat marah kalau mengingat betapa Kun-lun-pai sampai bentrok antara saudara sendiri, dan betapa Kun-lun-pai didatangi banyak tokoh-tokoh kang-ouw yang menganggu. Apalagi kalau teringat akan penipuan pedang palsu. "Engkau telah menipu kami, menipu guru kami dengan menyerahkan pedang Siang-bhok-kiam palsu.Apakah kau hendak menyangkal dosa besar ini?" Keng Hong menundukkan mukanya dalam keadaan masih berlutut. 'Teecu tidak menyangkal, dan memang hal itu benar telah teecu lakukan. Teecu bersedia untuk menghadap Kiang Tojin dan para locianpwe di Kun-lun-pai untuk mohon pengampunan atas perbuatan teecu yang tidak patut itu." "Enak saja kau bicara tentang minta ampun setelah kekacauan yang kau ciptakan di Kun-lun-pai!" bentak Sian Ti Tojin sambil melangkah maju dan tangan kirinya menampar. “Plakk!” Pipi kanan Keng Hong ditamparnya keras sekali sehingga tubuh pemuda itu terguncang miring dan hampir roboh. “Kalau kami tidak menerima perintah untuk menangkapmu hidup-hidup dan menyeretmu ke depan kaki suhu, tentu sekarang juga pinto membunuhmu, bocah keparat!” ucapan ini keluar dari mulut Lian Ci Tojin yang juga menggerakkan tangan ke depan, menampar pipi kiri Keng Hong. "Plakkk!" Tamparan ini lebih keras lagi, sesuai dengan watak Lian Ci Tojin yang berangasan, apalagi karena tosu ini amat benci kepada Kiang Tojin sehingga kemarahannya dia timpakan kepada anak yang dipungut dan ditolong oleh Kiang Tojin itu. Kembali tubuh Keng Hong terguncang dan dari kedua ujung bibirnya menitik darah. Episode 115 "Pendeta-pendeta berhati kejam!" Tiba-tiba Tan Hun Bwee memaki dan meloncat ke depan. "Kalian sungguh tak tahu malu, memukul orang yang sama sekali tidak mau melawan." Lian Ci Tojin dan suhengnya mengangkat muka memandang gadis itu. Lian Ci Tojin tersenyum dan mengejek. "Cia Keng Hong, apakah engkau sudah mewarisi watak mata keranjang suhumu dan gadis ini menjadi seorang di antara pacarmu?" "Lian Ci totiang harap jangan bicara sembarangan. Nona ini adalah seorang gadis terhormat adalah puteri Tan-piauwsu dan sama sekali bukan pacar teecu.." "Tosu bau, mulutmu busuk!" Tan Hun Hwee sudah tak dapat menahan kemarahannya dan pedangnya dia sudah dia cabut dan secepatnya kilat dia menyerang Lian Ci Tojin. Akan tetapi dengan mudah Lian Ci Tojin mengelak. Tosu ini adalah murid ke lima dari ketua Kun-lun-pai, tentu saja merupakan seorang di antara tokoh-tokoh Kun-lun-pai yang termasuk golongan atas. "Hemmm, kalau bukan pacar bocah keparat ini, setidaknya tentu mata-mata musuh yang hendak menyelidiki Kun-lun-pai. Mengakulah, mau apa kau datang ke wilayah Kun-lun-pai?" bentak tosu itu. "Tosu keparat, tosu palsu, lihat pedang!" Tan Hun Bwee sudah menyerang lagi dan ternyata gadis ini memiliki ilmu pedang yang cukup lihai sehingga kembali Lian Ci Tojin terpaksa meloncat ke belakang mengelak sambil meraba punggungnya dan di lain saat pedangnya sudah berada di tangan. "Engkau hendak menggunakan kekerasan? Baik, majulah!" Ketika gadis itu menyerang lagi, Lian Ci Tojin sudah menggerakkan pula pedangnya menangkis dan mereka segera bertanding dengan hebat. "Sute, jangan membunuh orang!" Sian Ti Tojin memperingatkan sutenya. "Ha-ha-ha, menghadapi bocah seperti ini, masa perlu membunuhnya, Suheng? Dia harus ditangkap, mungkin dia mata-mata musuh yang berbahaya." Tan Hun Bwee boleh jadi lihai dan jarang terdapat seorang gadis muda memiliki keahlian bermain pedang seperti dia, akan tetapi berhadapan dengan seorang tokoh besar Kun-lun-pai seperti Lian Ci Tojin, ia masih kalah jauh. Setelah bertanding mati-matian selama tiga puluh jurus, dalam pertemuan pedang, Lian Ci Tojin mengerahkan tenaganya dan gadis itu berteriak kaget, pedangnya terlepas dari pegangan dan sempat ia mengelak, tangan kiri tosu itu telah menotok pundaknya, membuat ia roboh lemas tak dapat berkutik lagi! "Ha-ha-ha, bocah-bocah sekarang banyak yang tak tahu diri, seperti bocah keparat Keng Hong ini dan gadis galak ini. Suheng, keadaan gadis ini amat mencurigakan, dia datang bersama Keng Hong, siapa tahu di belakangnya ada orang-orang lain. Biar dia kubawa dulu menghadap suhu agar diselidiki. Harap Suheng mengantar Keng Hong ke atas, menyusul." Sian Ti Tojin hanya mengangguk sambil berkata kepada Keng Hong., "Hayo berdiri dan ikut dengan pinto ke puncak Kun-lun-pai." Keng Hong tadi hanya menonton saja ketika nona Tan bertanding melawan Lian Ci Tojin. Hatinya gelisah tidak karuan, akan tetapi bagaimana dia dapat turun tangan melindungi nona itu atau mencegah Liaan Ci Tojin? Kalau dia melakukaan hal ini berarti bahwa dosanya terhadap Kun-lun-pai akan menjadi bertambah. Apalagi dia dapat melihat bahwa tosu itu tidak akan membunuh Tan Hun Bwee, dan hanya akan menangkapnya dan membawanya ke Kun-lun-pai untuk diselidiki. Kalau memang gadis itu tidak bersalah, dan benar hanya ingin mencari pusaka di Kiam-kok-san, dia percaya akan kebijaksaan para pimpinan Kun-lun-pai yang tentu akan membebaskannya. Akan tetapi pada saat dia hendak bangkit memenuhi permintaan atau perintah Sian Ti Tojin dan mengerling ke arah Tan Hun Bwee yang sudah tertotok, dia melihat Lian Ci Tojin secara kasar dan sembarangan mengempit tubuh gadis itu dan dibawa pergi. Pada saat itu dia melihat sinar mata Lian Ci Tojin dan jantungnya berdebar tidak karuan. Ia berusaha menekan-nekan debar jantungnya, akan tetapi tidak berhasil sehingga ketika dia bangkit berdiri, kakinya gemetar dan mukanya menjadi berubah dan keningnya berkerut. Melihat ini, Sian Ti Tojin mengira bahwa pemuda ini hendak menbangkang. Ia sudah maklum akan kelihaian bocah ini yang memiliki ilmu aneh, pernah menggegerkan Kun-lun-pai. Tentu saja dia tidak takut dan merasa dapat mengatasi bocah ini karena dia tahu bahwa Keng Hong hanya memiliki tenaga sedot mujijat itu sedangkan dalam hal ilmu silat, pemuda ini masih rendah ilmunya. Adapun tentang ilmu sedot itu, setelah dahulu Keng Hong menggegerkan Kun-lun-pai, suhunya telah menberi penjelasan kepada para murid, dan kini sudah tahu bagaimana caranya menolong diri sendiri apabila dia kena "disedot". Betapapun juga, dia tidak menghendaki pemuda ini membangkang sehingga dia tidak usah menpergunakan kekerasan. "Cia Keng Kong, mengapa kau? Apakah kau hendak membangkang?" Keng Hong tadinya memandang ke arah bayangan Lian Ci Tojin yang membawa lari Hun Bwee dan kini bayangan itu telah lenyap di tikungan lereng. Ia menghela nafas panjang dan memutar tubuuhnya mneghadapi Sian Ti Tojin adalah murid ke dua dari Thian Seng Cinjin ketua Kun-lun-pai, sehingga dalam hal ilmu silat, tosu ini hanya berada di bawah suhengnya yang tertua, yaitu Kiang Tojin. "Totiang, mengapa Totiang membiarkan Lian Ci Tojin membawa pergi nona Tan? Mengapa tidak bersama-sama saja?" "Hemmm, engkau lancang sekali. Ada sangkut pautnya apakah denganmu? Sute hendak membawa gadis itu lebih dulu karena menaruh curiga kepadanya. Sebetulnya apakah keperluannya berada di tempat ini bersamamu?" "Totiang, dia itu orang baik-baik, tidak ada kesalahan terhadap Kun-lun-pai. Dia sengaja datang ke sini untuk mencari Kim-kok-san." Episode 116 "Apa? Mengapa?' "Dia adalah puteri dari Tan- piauwsu yang dahulu pernah bermusuhan dengan mendiang suhu. Ada bebrapa buah barang berharga dari ayah ibunya dirampas suhu dan dia hendak mencari barang-barang itu.Dia sama sekali tidak beraksud buruk terhadap Kun-lun-pai. Mengapa ditangkap?" Sian Ti Tojin menggeleng kepala. "Tidak bermaksud buruk akan tetapi dia menyerang sute. Sudahlah, kalau memang dia tidak bersalah, tentu akan dibebaskan kembali. Mari kita naik menghadap suhu dan jangan banyak tingkah agar pinto tidak perlu menggunakan kekerasan terhadapmu." Keng Hong menghela napas panjang dan melangkah pergi diikuti kakek itu dari belakang. Akan tetapi baru beberapa ratus langkah, dia berhenti lagi. "Totiang...." "Kenapa kau berhenti? Hayo jalan terus." "Totiang, hati saya merasa tidak enak sekali. Amat berbahaya nona Tan dibawa pergi Lian Ci Tojin. Tidakkah Totiang dapat melihat betapa sinar mata Lian Ci Tojin berapi-api? Adakah patut dia mengempit tubuh seorang gadis? Lebih baik kita susul dia." "Ah, engkau benar-benar kurang ajar dan patut dipukul, Keng Hong. Berani benar engkau mengeluarkan fitnahan-fitnahan menghina sute. Kami adalah tosu-tosu yang menyucikan diri dan batin, masa terhadap seorang wanita akan timbul pikiran kotor seperti mendiang suhumu? Uhhh, sekali lagi kau mengeluarkan ucapan seperti itu, terpaksa akan pinto pukul sebagai hajaran.” Kembali Keng Hong menghela napas lalu berjalan lagi. Ia menganggap bahwa alasan tosu tua ini benar. Masa Lian Ci Tojin akan melakukan hal yang amat rendah terhadap gadis itu? Bukankah para tosu Kun-lun-pai. Bukan sembarangan tosu melainkan tosu murid langsung Thian Seng Cinjin! Kembali sinar mata Lian Ci Tojin yang ditangkapnya ketika tosu itu mengempit tubuh Hun Bwee menggoda hatinya. Betapapun percaya dia akan alasan Sian Ti Tojin tadi, namun sinar mata itu! Seperti mata orang kehausan melihat air, mata orang melihat makanan , mata seekor anjing melihat daging, mata yang penuh memancarkan nafsu berahi! Kalau benar seperti yang dikhawatirkannya, celakalah nasib Hun Bwee di tangan tosu itu yang sudah begitu baik kepadanya, jelas tampak kebaikannya ketika gadis itu membelanya melihat dia dipukuli kedua orang tosu Kun-lun-pai. Betapa beraninya membelanya dari dua orang tosu yang lihai! Gadis yang berwatak pendekar, gagah perkasa. Dan kini terancam bahaya yang lebih hebat daripada maut bagi seorang gadis! "Totiang , terpakasa teecu harus menyusul non Tan..." "Cia Keng Hong, berhenti! Kalau tidak, terpaksa kupukul kau!" Namun Keng Hong sudah meloncat pergi hendak mengejar Lian Ci Tojin. "Keng Hong, kalau tidak berhenti, pinto memukulmu!" Kembali teriakan Sian Ti Tojin menggema dibelakangnya dan tosu itu telah mengejarnya. Keng Hong berpikir cepat. Kalau dia menggunakan ginkangnya, dia hanya akan menang sedikit karena para tosu Kun-lun-pai tentu saja memiliki ginkang yang hebat. Dan kalau dikejar-kejar, bagaimana dia dapat mencari Hun Bwee? Setelah berpikir, dia lalu berlari terus, sengaja memperlambat larinya. “Peringatan terakhir, Keng Hong. Berhentilah!” Keng Hong berlari terus. “Siancai! Pinto terpaksa memukulmu!” Angin pukulan dahsyat menyambar dari belakang. Keng Hong cepat membalikkan tubuhnya, mengerahkan sinkangnya ke lengan dan menangkis pukulan itu terus mendorong ke samping. “Dukk!!” Tubuh Sian Ti Tojin terpental ke belakang seperti disambar angin yang amat kuat sehingga dia berseru kaget. Untung bahwa dia telah memiliki lweekang yang amat kuat sehingga dia dapat mencegah tubuhnya terbanting, namun dia merasa betapa tenaga lweekang yang amat kuat sehingga dia dapat mencegah tubuhnya terbanting, naun dia merasa betapa tenaga lweekang dalam pukulannya tadi membalik dan membuat dadanya sesak. Ia tahu bahwa kalau dia mengerahkan tenaga lagi, dia akan terluka, maka cepat dia duduk bersila mengumpulkan hawa murni untuk memulihkan keadaanya dan tentu saja dia harus membiarkan pemuda yang luar biasa itu pergi. Keng Hong berlari terus secepatnya. Memang dia telah melakukan hal yang membuat hatinya menjadi makin tidak enak terhadap Kun-lun-pai akan tetapi karena dia hanya menangkis dan yang memukul adalah Sian Ti Tojin, dia menekan kekhawatirannya. Mengejar dan menolong Tan Hun Bwee lebih penting lagi. Ia tadi melihat bayangan Lian Ci Tojin yang membawa lari nona itu naik ke atas, maka kini diaapun mengejar, belum juga dia dapat menyusul. Hatinya menjadi penasaran dan gelisah. Dari sebuah puncak dia telah dapat mmelihat dinding tinggi dari Kun-lun-pai dan tidak tampak bayangan tosu itu. Kalau Lian Ci Tojin membawa Hun Bwee ke Kun-lun-pai, dia tidak usah khawatir. Akan tetapi dia merasa curiga dan menduga bahwa tentu nona itu tidak dibawa ke sana. Maka dia lalu membelok dan kembali menuruni puncak, lalu mencoba untuk mencari ke dalam sebuah sebuah hutan besar yang berada di lereng. Kalau tosu itu yang sinar matanya penuh nafsu berniat melakukan kekejian, tidak ada tempat yang lebih baik daripada dalam hutan itu. Setibanya di dalam hutan, dia mencari-cari. Keadaan dalam hutan sunyi senyap. Episode 117 Tiba-tiba keng Hong menghentikan langkahnya dan membungkuk, mengambil sehelai pita sutera hijau yang berbau harum. Agaknya pita rambut atau pita pelindung leher dan tak salah lagi, warna hijau muda ini menyatakan bahwa pita ini milik Tan Hun Bwee. Tentu orangnya berada tak jauh dari tempat ini. Hatinya makin tidak enak dan berdebar. "Tan -siocia (nona Tan )..!" ia memanggil. Tiada jawaban. Ia meneliti dan akhirnya melihat tapak kaki di atas tanah yang agak basah. Namun cukup baginya. Kaki itu menuju ke arah serumpun alang-alang atau rumput tinggi di sebelah kirinya. Cepat dia menerobos semak-semak itu dan akhirnya dia melihat Tan Hun Bwee menggeletak di atas rumput, tersembunyi di balik semak-semak yang tebal. Gadis itu dalam keadaan pingsan, agaknya tertotok dan melihat keadaan pakaiannya, hati Keng Hong seperti di tusuk pisau. Gadis ini telah diperkosa! Dengan hati penuh iba, dia membereskan pakaian itu sedapat mungkin, kemudian dia mengurut tengkuk dan punggung Tan Hun Bwee. Gadis itu mengeluh, membuka matanya dan berteriak kaget sambil meloncat berdiri. Sepasang mata yang tajam itu sejenak menunduk, meneliti keadaan dirinya, kemudian wajah itu diangkat memandang Keng Hong, pucat sekali dan matanya liar. "Kau....kau..laki laki jahat..apa yang telah kau perbuat atas diriku....?" Air mata deras mengalir di sepasang pipi yang makin pucat dan mata itu makin beringas. "Tenanglah, Nona. Aku mendapatkan Nona menggeletak di sini, dan....." "Bohong! Engkau telah melakukan kekejian kepadaku! Aihhhhh, engkau murid Sin-jiu Kiam-ong...., keparat busuk!" Hun Bwee tiba-tiba menerkam ke depan dan menyerang Keng Hong dengan pukulan ke arah dada pemuda itu. Saking kaget dan menyesal menyaksikan kesalahfahaan ini, Keng Hong sampai tidak sempat mengelak. Akan tetapi begitu dadanya terpukul, otomatis sinkang di tubuhnya bergerak. "Dukkkk...!" Dan tubuh gadis itu terjengkang roboh sendiri. "Aah, Nona, sungguh mati, aku tidak..." "Laki-laki jahanam! Pengecut hina dina! Sudah berani berbuat tidak berani bertangung jawab, malah menyangkal keparat!" kembali Hun Bwee membuat gadis ini lemah, selain berduka dan malu, juga air matanya membuat kedua matanya sukar melihat. Serangan-serangannya ngawur dan asal pukul saja. Keng Hong merasa kasihan, akan tetapi juga bingung menghadapi gadis yang mengamuk tidak karuan itu. Akhirnya dia berhasil menangkap kedua pergelangan tangan gadis itu sehingga tak dapat bergerak lagi, lalu berkata. "Dengarlah Nona, akau tidak melakukan sesuatu kepadamu, kudapati engkau telah menggeletak pingsan disini.." "Bohong! Bohong...!" Gadis itu meronta-ronta sehingga terpaksa Keng Hong melepaskan pegangannya. Karena maklum bahwa terhadap pemuda ini dia tidak akan dapat menang, gadis itu lalu membalikkan tubuh dan lari-lari dari tempat itu sambil menangis terisak-isak, meninggalkan Keng Hong yang berdiri bengong. Setelah bayangan gadis itu lenyap, Kenghong menunduk, melihat ke tempat di mana seorang tosu Kun-lun-pai yang terhormat melakukan perbuatan biadab yang sama sekali tidak terhormat. Ia mengeluarkan pita hijau yang tadi dia masukkan saku, memandang pita itu dan berkata perlahan. "Lian Ci Tojin.... akan tiba saatnya engkau menyesali perbuatanu yang terkutuk ini..." Tak lama kemudian dia mengantongi pita hijau itu kembali dan meninggalkan tempat itu, berjalan dengan kepala tunduk menuju ke Kun-lun-pai. Hatinya makin berduka karena kembali dia menjadi korban perbuatan jahat orang lain yang ditimpakan kepadanya. Berkali-kali Biauw Eng melakukan pembunuhan- pembunuhan keji dan selalu dialah yang menanggung akibatnya, dan kini dia merasa yakin bahwa Lian Ci Tojin telah memperkosa Tan Hun Bwee dalam keadaan pingsan dan akibatnya dia pula yang dituduh oleh gadis itu! “Suhu, mengapa nasib teecu tidak sebaik nasib suhu yang selalu mengalami kegembiraan? Apakah karena teecu masih terlalu bodoh dan perlu menyempurnakan ilmu peninggalan suhu?" Demikian keluh hatinya terhadap mendiang gurunya. Biarpun Keng Hong hidup, namun dia belum banyak pengalaman dan jiwanya belum matang, sehingga dia pula bahwa senang maupun susah bukan datang dari luar melainkan akibat terhadap segala yang menimpa hidupnya. Seorang yang sudah matang seperti Sin-jiu Kiam-ong, tentu akan menerima segala yang menimpa hidupnya. Seorang yang sudah matang seperti Sin-jiu Kiam-ong, tentu akan menerima segala macam derita hidup dengan tertawa geli dan seolah-olah menyaksikan sebuah lelucon. "Lian Ci Tojin, engkau benar-benar lebih jahat daripada seorang jai-hwa-cat (penjahat pemerkosa wanita). Seorang jai-hwa cat melakukan kejahatannya dengan berterang, sebaliknya engkau bersebunyi dalam kependetaan. Alangkah hina dan jahat engkau!" Begitu teringat akan tosu itu, di dalam hatinya Keng Hong memaki-maki. Kemudian dia teringat kepada Biauw Eng dan sedetik timbul rasa rindu yang membuat kedua kakinya lemas. Akan tetapi begitu mengingat perbuatan-perbuatan Biauw Eng, dia memaki-maki pula di dalam hatinya. "Aku benci kepadamu! Kau perempuan hina, kejam, curang! Tak tahu malu engkau, aku tidak cinta kepadamu, melainkan benci...benci...!" Keng Hong menghentikan langkahnya dan terpaksa menutupkan kedua tangan di depan muka karena biarpun mulutnya menyebutkan benci sampai berulang kali, namun dia maklum bahwa di dalam hatinya dia tak pernah dapat membenci Biauw Eng! Episode 118 Keng Hong berlari terus secepatnya dengan hati tertekan dan wajah muram. Kalau menurutkan hatinya, ingin dia langsung saja naik ke Kiam-kok-san untuk menjauhkan diri daripada segala urusan dunia yangmenimbulkan kepahitan. Akan tetapi dia harus mentaati kesadaraannya bahwa dia harus lebih dulu menghadap Kiang Tojin dan mohon maaf akan kedosaannya telah menipu tosu itu dengan menyerahkan Siang-bhok-kiam palsu. Tosu itu adalah penolongnya, dan semua tosu di Kun-lun-pai telah bersikap baik kepadanya ketika dia masih kecil. Kalau dia tidak pergi menghadap, tentu selamanya dia akan menyesal dan berdosa. Biarlah dia akan menanggung segala akibatnya. Apapun yang akan terjadi , akan dia hadapi dan kalau perlu dia aka membela diri di depan semua tosu bahwa dialah sesungguhnya satu-satunya manusia yan berhak memiliki Siang-bhok-kiam sehingga dia terpaksa menipu mereka, menyerahkan pedang kayu yang palsu. Bahkan peristiwa itu akan dapat merupakan tamparan bagi tokoh-tokoh sakti dunia kang-ouw yang amat tamak, secara tak bermalu memperebutkan benda milik orang lain! Biarpun hatinya tertekan oleh semua peristiwa yang dialami, oleh kekecewaan melihat perbuatan Biauw Eng, oleh kemarahan karena perbuatan Lian Ci Tojin, namun dengan penuh semangat Keng Hong mendaki lereng yang menuju ke puncak di mana berdiri markas Kun-lun-pai dengan megahnya. Puncak itu masih jauh, masih membutuhkan perjalanan setengah hari pun dindingnya sudah tapak dari lereng. Ketika melalui sebuah tikungan, tiba-tiba Keng Hong berhenti dan matanya memandang terbelalak ke depan. Maklum dia bahwa nyawanya terancam bahaya maut ketika dia mengenal orang-orang yang telah menghadangnya di tengah jalan itu. Pertama-tama dia mengenal Sim Lai Sek, pemuda remaja adik mendiang Sim Ciang Bi yang terbunuh oleh Biauw Eng. Sim Lai Sek berdiri dengan muka merah saking marahnya, berdampingan dengan dua orang kakek yang dikenal Keng Hong sebagai tokoh-tokoh Hoa-san, yaitu Hoa-san Siang-sin-kiam yang amat lihai! Di samping tiga orang Hoa-san-pai ini, dia melihat empat orang tosu tua yang bersikap angker penuh wibawa dan yang belum pernah dikenalnya. Karena belum mengenal empat orang tosu tua itu, maka perhatiannya tertarik kepada dua orang yang lain yang berdiri dengan alis berdiri saking marahnya. Mereka berdua ini bukan lain adalah Kim-to Lai Ban wakil ketua Tiat-ciang -pang dan seorang laki-laki tua yang mukanya licin seperti muka anak-anak, akan tetapi sepasang matanya bundar seperti mata ikan bandeng raksasa! Melihat sikap kakek bermuka halus itu Keng Hong menjadi berdebar dan menduga bahwa agaknya dia itu adalah ketua Tiat-ciang-pang! Memang dugaannya benar. Laki-laki tua yang datang bersama Kim-to Lai ban itu bukan lain adalah Ouw Beng Kok, pangcu (ketua) dari Tiat-ciang-pang. Kakek yang hebat ini tangan kirinya merupakan tangan kiri palsu terbuat daripada logam kehijauan yang mengerikan sekali, seperti cakar iblis! Adapun empat orang tosu tua yang tidak di kenal keng Hong itupun bukan orang-orang sembarangan, melainkan empat orang di antara Kong-thong Ngo-lojin, tokoh-tokoh utama Kong-thong-pai! Keng hong menenangkan hatinya lalu menjura dengan hormat kepada semua orang sambil berkata, "Para Locianpwe berada di sini apakah sengaja menghadang saya dan ada urusan apakah? Eh, adik Sim Lai Sek juga berada di sini? Apakah kau baik-baik saja?" "Manusia keparat! Siapa sudi menjadi adikmu? Engkau telah mencemarkan kehormatan ciciku kemudian masih tega membunuhnya! Nah, untuk perbuatanmu yang terkutuk itulah aku datang bersama Ji-wi Supek untuk membunuhmu!" bentak Sim Lai Sek penuh kebencian. "Celaka, bocah ini lebih jahat dari pada gurunya, Sin -jiu Kiam -ong. Patut dilenyapkan dari muka bumi!" kata Coa Kiu orang tertua dari Hoa-san Siang-sin-kiam. Keng Hong mengangguk-angguk. "Cukup sudah kuketahui maksud Ji-wi Locianpwe dari Hoa-san-pai yang hendak membunuhku berdasarkan fitnah memperkosa dan membunuh. Bagaimana dengan para Locianpwe yang lain? Ada urusan apakah?" Sikap Keng Hong tenang saja karena memang sesungguhnya dia tidak merasa berdosa terhadap orang-orang ini. Sikapnya ini mengingatkan semua tokoh kepada sikap Sin-jiu Kiam-ong dan membuat mereka makin marah. "Lai-pangcu, aku menyesal sekali akan peristiwa yang terjadi antara kita, dan Lai-pangcu sebagai seorang tua yang berkedudukan tinggi telah memaksaku sehingga terjadi bentrokan dan jatuh korban. Sejak semula sudah kunyatakan bahwa aku tidak bermusuhan dan tidak ingin bermusuhan dengan Tiat-ciang-pang. Mengapa sekarang Lai-pangcu datang lagi menghadang perjalankanku?" "Bocah iblis! Engkau mengandalkan ilmu iblis membunah murid-murid Tiat-ciang-pang, masih banyak bicara lagi? Kami datang untuk membinasakanmu!" jawab Kim-to Lai ban, sedangkan Ouw Beng Kok, ketua Tiat-ciang-pang masih berdiri memandang penuh keheranan. Hampir saja dia tidak bisa percaya bahwa bocah ini yang telah merobohkan banyak anak muridnya dan bahkan hampir saja membunuh Lai Ban, sutenya! "Sunggah sayang bahwa omongan Siauw bin Kun-cu mengenai Tiat-ciang-pang tepat sekali, bukan hanya mengandalkan Tiat-ciang (Tangan Besi), bahkan memiliki Tiat-sim (Hati Besi) pula. Dan bagaimana dengan para Locinpwe ini? Apakah para Totiang ini juga hendak mencariku?" Ia memandang ke arah empat orang tosu yang bersikap galak dan sejak tadi memandangnya dengan sinar mata tajam. Tosu tertua di antara Kong-thong Ngo-lojin adalah seorang kakek tinggi kurus bermata buta sebelah kiri, memegang tongkat bambunya, ditudingkan ke arah Keng Hong sambil berkata. “Cia Keng Hong, engkau telah membunuh sute termuda kami dan sepuluh orang murid kami, sekarang terpaksa kami orang-orang tua dari Kong-thong-pai melupakan malu dan harus mencabut nyawa seorang muda yang berbahaya seperti engkau!" Keng Hong terkejut. Kiranya empat orang ini adalah para suheng dari Kok Cin Cu yang terkenal dengan sebutan Kong-thong Ngo-lojin! Wah, sekali ini dia menghadapi ancaman lawan berat, orang-orang yang memiliki kepandaian tinggi! Betapa mungkin dia dapat melawan mereka? Akan tetapi, kalau tidak dapat melawan dan membela diri dengan mulut. Dia tidak merasa bersalah, maka sebelum mereka turun tangan, dia harus membela diri, menyatakan kebersihannya. Episode 119 "Aku telah mendengar semua tuduhan, akan tetapi cu-wi Locianpwe sesungguhnya telah keliru menjatuhkan tuduhan-tuduhan palsu. Tuduhan yang tidak benar berarti fitnah, merupakan hal yang keji melebihi pembunuhan. Aku tidak bersalah. Pertama-tama tuduhan dari Hoa-san-pai yang mengatakan bahwa aku telah meemperkosa dan membunuh nona Sim Ciang Bi. Memang benar ada hubungan cinta antara aku dan mendiang nona Sim, akan tetapi bukan perkosaan. Adapun kematian nona itu yang berada dalam pelukanku bukanlah karena aku yang membunuhnya!" "Aku melihat dengan mata kepala sendiri engkau masih berani menyangkal?" bentak Sim Lai Sek setengah menjerit. "Apakah engkau melihat aku membunuh, adik Sim Lai Sek?" tanya Keng Hong dengan sikap tenang. "Aku melihat engkau...engkau ..memperkosanya... kemudian melihat dia mati di pelukanmu. Siapa lagi kalau bukan engkau atau perempuan iblis temanmu yang yang membunuhnya?" "Kesaksianmu lemah. Aku tidak memperkosanya dan tidak pula membunuhnya. Sekarang tuduhan dari Tiat -ciang-pang. Ketika itu aku membantu nona Sim dari desakan orang-orang Tiat-ciang-pang. Aku tidak beraksud membunuhi anak buah Tiat-ciang-pang, kemudian datang Lai pangcu yang memaksaku dengan kekerasan sehingga terjadi bentrok dan di dalam pertempuran jatuh pula korban di fihak Tiat-ciang-pang. Jelas bahwa bukan aku sengaja memusuhi Tiat-ciang-pang karena aku hanya membela diri. Hal ini disaksikan oleh seorang Locianpwe yang patut dipercaya, yaitu Siauw-bin Kuncu Locianpwe." "Bocah berilmu iblis! Engkau berbahaya sekali, memiliki ilmu iblis, tukang merayu wanita, pandai memutar lidah. Engkau sudah selayaknya dilenyapkan dari muka bumi agar jangan membikin kotor dunia!" bentak Kim-to Lai Ban marah. "Terserah wawasan Ji-pangcu dan Tiat-ciang-pang. Sekarang urusan dengan Kong-thong-pai yang menuduh aku membunuh Kok Cin Cu totiang dan sepuluh orang muridnya. Bagaimana aku dapat mebunuh seorang lihai seperti Kok Cin Cu totiang? Ada orang lain yang membunuh, akan tetapi bukan aku. Adapun pertempuran sepuluh orang anak murid Kong-thong-pai yang tewas dalam pertempuran yang sudah sewajarnya dan sebagian..." "Sebagian lagi kau bunuh dalam kuil setelah kau perkosa dua orang murid wanita!" bentak Kok Seng Cu, tosu ke empat dari Kong-thong Ngo-lojin. Keng Hong terkejut dan menduga bagaimana tosu ini tahu akan hubungannya dengan Kiu Bwee Ceng dan Tang Swat Si? Dia tidak tahu bahwa empat orang tokoh Kong-thong-pai ini menerima pemberitahuan dari coretan yang dilakukan dengan tusuk konde bungan bwe yang ditinggalkan menancap di pondok setelah melakukan coretan peberitahuan bahwa Kiu Bwee Ceng dan Tang Swat Si telah diperkosa oleh murid Sin-jiu Kiam-ong dan bahwa kedua orang gadis itu bersama para saudara seperguruannya telah dibunuh pula. "Aku tidak memperkosa, kami berhubungan secara suka sama suka dan aku tidak membunuh siapa-siapa.." "Manusia keji!" Kok Sian Cu, orang pertama dari Kong-thong Ngo-lojin sudah tak dapat menahan kesabarannya lagi. Tubuhnya bergerak maju mengirim pukulan ke arah ubun-ubun kepala Keng Hong. Sebuah pukulan maut yang didahului angin pukulan dahsyat sekali. Keng Hong terkejut dan cepat dia mengelak dengan jalan meloncat ke kiri dan mengangkat tangan menjaga kepalanya. Akan tetapi, dari sebelah kiri pundaknya disambar lagi oleh hantaman tangan yang lebih ampuh lagi daripada pukulan pertama tadi, terbuat daripada logam. Hebat bukan main datangnya pukulan ini karena Ouw Beng Kok dijuluki Tiat-ciang (Tangan Besi), bahkan mendirikan perkumpulan Tiat-ciang-pang adalah karena kehebatan tangan kirinya yang palsu inilah. Tangan itu bukan terbuat dari besi sebarangan, melainkan besi yang mengandung racun hebat, dan karena ketua Tiat-ciang-pang ini memiliki lweekang yang amat kuat maka pukulannya benar-benar merupakan pukulan maut yang sukar dihindarkan. Untung bagi Keng Hong bahwa sebelum suhunya meninggal dunia, kakek sakti itu telah "mengoperkan " hawa sinkang mujijat ke dalam tubuh muridnya sehingga otomatis Keng Hong memiliki sinkang kuat sekali seperti mendiang suhunya dan tanpa dia sadari pula dia telah memiliki ginkang yang membuat tubuhnya seolah-olah dapat bergerak di luar kesadarannya. Datangnya pukulan Ouw Beng Kok cepat, namun tubuh pemuda itu lebih cepat lagi, membuang diri ke belakang lalu bergulingan menjauhi lawan. Orang-orang yang menyerangnya adalah orang-orang yang berkedudukan tinggi, sedikit banyak merasa malu dan sungkan untuk menggeroyok seorang pemuda, maka mereka itu begitu menyerang dan luput , merasa sungkan untuk mendesak, membiarkan orang lain yang lebih dekat untuk turun tangan. "Bukk..!" Ketika tubuh Keng Hong sedang bergulingan, kaki Kok Liong Cu, tosu ke dua dari Kong-thong Ngo-lojin ini selain ilmu pukulan Ang-liong-jiauw-kang yang dimiliki oleh mereka berlima, juga terkenal lihai dalam ilmu tendangannya. Datangnya tendangan cepat dan tak terduga sehingga tubuh Keng Hong terlempar ketika dicium ujung sepatunya. Keng Hong merasa napasnya seolah-olah berhenti, namun dengan pengerahan sinking dia dapat melindungi tubuh dan tidak terluka, hanya merasa nyeri di punggung. Ia melompat bangun lagi hanya untuk menghadapi sinar berkeredepan menyambar dari depan dibarengi bentakan Coa Bu orang kedua dari Hos-san Siang-sin-kiam yang menusukkan pedangnya sambil membentak. "Bocah iblis, mampuslah!" Keng Hong kaget bukan main, cepat dia membuang diri lagi ke kanan menghindarkan diri dari sambaran pedang. Sinar pedang itu menyeleweng lewat dan membabat rumput sehingga rumput-rumput itu terbabat habis tanpa tergerak, menandakan betapa tajam dan lihainya pedang kakek ini! Keng Hong sudah meloncat bangun lagi, wajahnya pucat, napasnya terengah dan ketika dia mengerling, kiranya dia sudah dikurung!

Tidak ada komentar:

naruto

naruto
naruto

Daftar Blog Saya

naruto

naruto
Powered By Blogger