naruto

naruto

Senin, 26 November 2012

pendekar kayu harum 138

Episode 138 Ia tertawa, kemudian duduk di tepi jurang itu dengan suara mengejek. “Hi-hi-hik, mau meloncat ke sini? Jangan mimpi, Keng Hong. Selain terlampau jauh, sekali kau terjatuh ke bawah, tubuhmu akan hancur lebur. Tidak mengerikankah? Sayang tubuhmu yang muda dan perkasa , wajahmu yang tampan. Hanya ada satu cara untuk menyeberang melewati jurang ini, yaitu melalui jembatan , dan jembatannya berada di tanganku!" Keng Hong mendengus marah. Gadis ini membual. Mana mungkin jembatan bisa disimpan? "Kau tidak percaya? Inilah jembatannya, berada ditanganku. Kalau kuhendaki mudah saja aku menyeberang ke situ, akan tetapi engkau? Kecuali kalau di pundakmu keluar sayap dan dapat terbang, tak mungkin engkau dapat menyeberang ke sini!" *** "Hemmm, engkau jahat dan curang, Cui Im! Akan tetapi, jangan kau mengira bahwa aku akan membiarkan saja engkau melarikan kitab-kitab itu," kata Keng Hong dan mengertilah dia bahwa di antara kedua tempat ini memang terdapat jembatan yang merupakan penghubung, yaitu yang terbuat daripada sehelai tambang yang kini sudah tergulung dan berada di tangan Cui Im. Tentu tambang itu tadinya terpasang melintang di atas jurang. Setelah menyeberang mempergunakan ginkangnya yang memang sudah mencapai tingkat tinggi, yaitu berjalan di atas tambang, gadis itu lalu melepaskannya dan menggulungnya, tentu ada cara melepaskan yang mudah dari seberang, mungkin kedua ujung tambang itu dipasangi kaitan dan karena kedua tempat itu terdiri dari batu-batu yang kasar dan runcing, mudahlah melemparkan kaitan ke seberang sehingga dapat tercipta jembatan tambang dan dengan menyendal-nyendal dapat pula kaitan di seberang dilepaskan. "Hi-hi-hik, engkau mimpi, Keng Hong.Andaikata kelak engkau dapat mencariku, setelah aku mempelajari lima buah kitab ini, engkau akan bisa berbuat apakah terhadap aku? Pula , engkau tidak akan dapat bertahan lama bertahan di situ, tidak ada bahan makanan tidak ada air dan belum lagi diingat bahwa tokoh itu tentu akan mencarimu. Aku akan pergi meninggalkanmu di situ dan membawa kitab-kitab ini. Sudah ku periksa isinya dan kalau dapat berlatih selama lima tahun saja, di dunia ini tidak akan ada orang yang mampu melawanku!" Keng Hong bukan seorang yang bodoh.Tidak, sebaliknya malah . Dia cerdik sekali dan pikirannya dapat dikerjakan secara cepat menarik kesimpulan-kesimpulan . Mengapa Cui I setelah mengambil jebatan tambang itu tidak lekas pergi malah menantinya di situ? Hanya untuk mengejek? Tak mungkin, seorang yang telah mendapatkan pusaka kitab-kitab yang diinginkan oleh seluruh tokoh kang-ouw tentu merasa terlalu tegang untuk main-main dan mengejek, tentu akan terus pergi melarikan diri dan cepat-cepat mempelajari isi kitab. Akan tetapi Cui Im menantinya di situ. Membual! Ya, gadis itu tentu sengaja membual unutk menutupi kelemahannya ia mengangguk-angguk dan berkata. "Cui Im, siapa percaya bualanmu? Engkau menemui jalan buntu, tidak dapat meninggalkan tempat itu. Jalan keluar hanya melaui lorong ini dan kau terjebak di situ, tidak dapat terus dan tidak dapat kembali. Nah, katakan, apa kehendakmu dariku?" Cui Im terperanjat sekali dan meloncat berdiri. "Eh,eh,eh, bagaimana kau bisa tahu?" Saking kaget dan herannya ia sampai tidak dapat menyimpan rahasianya lagi. Keng Hong tersenyum. "Kalau ada jalan keluar di sebelah situ, tentu engkau takkan menanti hanya untuk bicara denganku. Engkau telah mencuri lima buah kitab dan mungkin dapat kau pelajari di situ sehingga engkau menjadi seorang sakti. Akan tetapi apa gunanya kalau kau tak dapat keluar, menjadi nenek-nenek dan mati kering di situ?" "Aku akan menanti kesempatan, setelah kepandaianku meningkat, aku akan menggunakan jembatan tambang ini menyeberang ke situ dan membunuhmu!" "Ha-ha-ha, bicara sih mudah. Akan tetapi boleh kau coba. Aku tidak bodoh, nona manis. Aku akan selalu waspada dan sekali saja tabang itu kau lontarkan ke sini, akan ku nanti sampai kau enyeberang di tengah-tengah, keudian tabang itu akan ku bikin putus sebelah sini. Wah, tentu lucu sekali melihat kau terbang ke bawah sana." Cui Im membanting-banting kaki. "Keng Hong engkau manusia kejam!" Kemudian suaranya mengandung isak, ketika ia berkata lagi, "Engkau laki-laki yang tidak mengenal budi, tidak tahu dicinta orang! Setelah susah payah aku selalu membayangimu, melindungimu, menyatakan cinta kasihku dengan perbuatan, membiarkan diriku terancam bahaya, membebaskanmu dari tangan musuh-musuhmu, kau..kau..." Akan tetapi Cui Im segera teringat bahwa ia kelepas bicara, akan tetapi terlambat karena Keng Hong sudah meloncat berdiri dan muka pemuda itu menjadi merah sekali. "Cui Im! Jadi...engkaulah orang nya...? Engkaukah yang selama ini membayangiku, membunuh murid wanita Hoa-san-pai, membunuh murid-murid Kong-thong-pai dengan racun? Engkaukah gerangan orangnya??" Cui Im tidak dapat mundur kembali dan baginya sudah kepalang. Tidak perlu lagi kini merahasikan perbuatannya. "Benar ! Akulah orangnya yang melakukan itu semua! Demi cintaku kepadamu, Keng Hong, dengarkah engkau? Demi cintaku kepadau, bukan cinta seperti yang pernah ku rasakan terhadap pria manapun juga. Aku cinta kepadamu, akan tetapi engkau buta!" Jantung Keng Hong berdebar keras. "Jadi engkau yang membunuh Sim Ciang Bi, membunuh murid-murid wanita Kong-thong-pai pula? Mengapa ?" "Tentu saja! Mereka itu berani merayumu, bermain cinta denganmu. Ahhh, betapa sakit hatiku, hampir gila oleh cemburu. Kalau tidak sebesar ini cintaku kepadamu, tentu engkau pun sudah ku bunuh pula!" "Dan ... ketika malam gelap itu..yang datang kepadaku, merayuku penuh cinta kasih.. Engkau pulakah itu?" Episode 139 Cui Im tertawa genit. "Hi-hi-hik, benar aku! Masa engkau tidak mengenal aku? Biarpun aku tidak bicara banyak , apakah engkau tidak mengenal suaraku, tidak mengenal kesedapan keringatku? Hi-hi-hik!" "Cui Im… ! Kenapa kau lakukan itu?" "Kenapa? Karena kau selalu menolakku dan aku sudah amat cinta kepadau. Hatiku perih sekali harus berpura-pura seperti itu..." "Bukan itu maksudku ! Kenapa engkau mengenakan pakaian putih, menggunakan senjata rahasia dan senjata-senjata Biauw Eng? Mengapa engkau menyambar sebagai Biauw Eng ?" "Kenapa? Ah. Biar dia rasakan ! Sumoi berani sekali merampas engkau dari tanganku! Berani dia berlancang mulut menyatakan cinta kasihnya kepadamu, padahal biasanya sumoi menganggap cinta sebagai sebuah pantangan besar! Panas hatiku, dan biar dia tahu rasa, berani merebut cinta kasih kasih sucinya!" Kedua telinga Keng Hong terasa panas dan andai kata Cui Im berada di depannya tentu sudah ditamparnya perempuan itu. Akan tetapi dia menekan kemarahannya dan hatinya menjadi girang sekali. Girang, terharu dan menyesal . Girang karena kini dia mendapat kenyataan bahwa Biauw Eng bukanlah wanita jahat seperti yang diduganya. Biauw Eng suci dan bersih. Terharu karena teringat betapa Biauw Eng melindunginya mati-matian, bahkan mengakui segala perbuatan yang dituduhkan olehnya dengan dasar membela dan melindunginya. Betapa besar dan murni cinta kasih gadis itu kepadanya! Cinta yang amat mengharukan, apalagi kalau dia teringat bahwa gadis itu adalah puteri suhunya! Dan dia menyesal, ia menyesal kepada diri sendiri sehingga mau rasanya dia menampari mukanya sendiri kalau teringat betapa dia menjatuhkan fitnah-fitnah keji terhadap gadis itu, bahkan menangkapnya untuk dibunuh oleh para tokoh kang-ouw. "Cui Im ... mengapa engkau sendiri sekeji itu?" tanyanya dengan suara perlahan. "Keji apa? Mereka yang keji, dan sumoi yang bersalah kepadaku. Demi cintaku kepadamu, aku rela melakukan apa juga. Bahkan sekarang ini aku rela pula mengalah kepadamu, aku ingin berdamai denganmu, Keng Hong." *** Keng Hong menahan kemarahannya. Dalam keadaan seperti ini, dia harus bersabar . Wanita ini berbahaya sekali, selain lihai ilmunya, juga amat cerdik dan banyak akalnya. "Cui Im, engkau pandai membual. Engkau sudah terjebak di tempat itu, maka engkau sengaja hendak membujukku,bukan?" "Manusia sombong, keras kepal engkau! Memang , disini tidak ada jalan keluarnya, akan tetapi setelah kepandaianku meningkat, kiranya tidak sukar mencari jalan keluar, atau kalau perlu menyerbumu ke situ! Bukan karena itu, dan jangan mengira kalau aku akan minta-minta kepadamu. Tidak , biarpun aku terjebak di sini, engkau pun terjebak di situ dan keadaanmu lebih buruk lagi. Engkau tahu? Di sini terdapat persediaan makanan yang akan cukup dimakan sampai bertahun-tahun. Terdapat roti-roti gandum kering yang asin, yang tidak rusak di simpan bertahun-tahun, apalagi disimpan di dalam kamar yang rapat sekali. Di sini terdapat air jernih karena air kali kecil itu lewat di bagian sini. Dan di akhir terowongan menjadi tempat bersarangnya ratusan ribu burung sehingga aku dapat makan telur burung atau menangkap dan makan dagingnya.Sedangkan engkau di situ akan makan dan minum apa? Mencari makan dengan menuruni batu pedang sama saja dengan menyerahkan diri kepada para tosu Kun-lun-pai. Nah, katakan, siapa yang terjebak? Engkau amat membutuhkan aku, atau lebih tepat, tempat ini dan aku. Aku amat membutuhkan engkau untuk membacakan dan menuntun aku mempelajari kitab-kitab ilmu silat..." "Heeeee? Engkau buta huruf?" Merah wajah Cui Im. "Buta sama sekali sih tidak. Kalau hanya membaca dan menulis surat-surat cinta saja aku bisa. Akan tetapi, kitab-kitab ini... terutama sekali kitab dari Siauw -lim-pai, tulisannya seperti cakar bebek dan bahasanya amat kuno, menggunakan sajak-sajak yang sukar dimengerti. Marilah kita berdamai dan saling membantu. Kita berdua dapat dapat hidup di sini mempelajari ilmu dan kelak kita menjadi jago-jago nomor satu di dunia ini, apakah tidak senang dan nikmat?" Keng Hong mengerutkan keningnya. Biarpun amat menggemaskan hatinya, namun harus dia akui bahwa ucapan Cui Im ada benarnya. Kalau memang ransum makanan dan air minum berada di seberang sana, sudah tentu dia amat membutuhkannya. Dan gadis itu juga membutuhkan dia untuk membaca kitab-kitab ilu. Hemmmmm, dengan demikian, tentu saja dalam mempelajari ilmu-ilmu berdua, dia akan lebih menang karena lebih dulu membaca dan mudah saja untuk melewati bagian-bagian penting sehingga tingkat Cui Im akan tetap berada di bawahnya. Dengan demikian ,kelak akan mudahlah menundukkan gadis ini kalau menjadi liar dan jahat. Tidak ada jalan pada saat seperti ini. "Baiklah Cui Im, Tidak ada jalan lain bagi kita berdua selain berdaai dan bekerja sama. Nah, lontarkan ujung tambang itu agar jembatan tambang selalu terbentang!" "Hi-hi-hik, nanti dulu Keng Hong." "Ada apa lagi? Jangan engkau main-main, Cui Im." "Bukan aku yang main-main, melainkan aku khawatir kalu engkau yang akan main-main. Lebih dulu bersumpahlah engkau , Keng Hong, baru aku mau bekerja sama denganmu. Siapa tahu engkau menipuku seperti engkau memberikan Siang-bhok-kiam palsu, hi-hi-hik!" Keng Hong mendongkol sekali. Gadis ini terlalu cerdik, dia harus berhati-hati. Hanya ada satu harapannya, yaitu bahwa Cui Im agaknya benar-benar memcintainya sehingga dia tidak khawatir gadis itu akan tega mencelakainya. Pula, kalau dipikir secara mendalam, amatlah merugikan kalau kitab-kitab peninggalan suhunya itu dibawa pergi oleh Cui Im yang tentu minta bantuan orang-orang lain untuk membacakannya. Dengan demikian, isi kitab-kitab itu akan diketahui orang ke tiga. Lebih baik dia sendiri yang membacakannya daripada orang lain! Episode 140 "Baiklah, Cui Im. Kalau engkau kurang percaya kepadaku, aku akan bersumpah. Harus bersumpah bagaimana?" "Berlututlah dan bersumpahlah demi nama suhumu, Sin-jiu Kiam-ong!" Keng Hong terkejut dan ingin membantah, akan tetapi dia sudah mengenal watak Cui Im Yang keras dan dalam persoalan ereka sekarang ini, kedudukannyalah yang lebih lemah dan tidak menguntungkan. Ia hanya menghela napas panjang untuk bersumpah saja, asal dia memegang sumpahnya, menggunakan nama suhunya juga tidak mengapa. Maka dia lalu berlutut dan mengucapkan kata-kata yang dikehendaki Cui Im. "Teecu bersumpah demi nama suhu Sin-jiu kiam-ong.." "Pertama, engkau tidak akan membunuhku!" “….bahwa teecu tidak akan membunuh Ang-kiam Tok-sian-li Bhe Cui Im" "Kedua, bahwa engkau akan membacakan kitab-kitab ilmu silat dengan sebenarnya dan tidak menipuku!" Celaka ,pikir Keng Hong dalam hatinya. Gadis ini cerdik bukan main! Terpaksa dia mengucapkan kata-kata menurut kehendak Cui Im , "... Bahwa teecu akan membacakan kitab-kitab ilmu silat dengan sebenarnya dan tidak menipunya..." "Ke tiga, bahwa engkau akan menerima aku belajar sambil selesai dan tidak menghalangi bila sewaktu-waktu aku menghentikan pelajaran dan keluar dari tempat ini!" Keng Hong meniru ucapan itu dan hatinya lega ketika Cui Im menyatakan sudah cukup puas. Cepat dia bangkit berdiri dan berkata dengan wajah dan berseri, "Cui Im, lontarkan tabang itu dan aku ingin meninjau tempat di seberang situ!" Cui Im menjadi heran mengapa Keng Hong kelihatan demikian gembira setelah bersumpah. Akan tetapi dia percaya bahwa seorang pemuda seperti Keng Hong ini sekali bersumpah, apalagi demi nama gurunya, sampai mati pun tidak akan sudi melanggar sumpahnya. Maka tanpa ragu-ragu lagi ia lalu melontarkan ujung tambang yang ada besi kaitannya ke seberang. Tepat seperti dugaannya tadi, besi kaitan itu melayang dan mengait batu di seberang sana Cui Im mengait ujung yang satu lagi pada batu di sana. Akan tetapi Keng Hong memeriksa lagi kaitannya, dan setelah mendapat kenyataan bhawa besi itu mengait baik-baik dan kuat-kuat, dia lalu meloncat ke atas tambang dan berlari diatas tambang menuju ke seberang. Diam-diam dia kagum kepada Cui Im. Tadinya gadis itu merasa ngeri ketika mendaki batu pedang, akan tetapi begitu mendapat kitab-kitab itu, gadis itu tidak merasa ngeri untuk berjalan di atas jembatan tabang yang lebih mengerikan lagi. Begitu dia meloncat di daratan seberang, Cui Im menyambutnya dengan bibir mencari-cari bibirnya. Akan tetapi Keng Hong menghindarkan mukanya dan dengan halus mendorong pundak Cui Im. "Keng Hong, mengapa? Bukankah kita sudah menjadi sahabat baik?" "Cui Im, kita bersahabat untuk saling membantu dalam mengejar ilmu disini, dan tentang cinta, ingat, tidak ada disebut-sebut dalam sumpahku tadi!" Kini mengerilah Cui Im mengapa tadi sehabis bersumpah pemuda itu kelihatan lega dan girang. Kiranya dia lupa memasukkan "acara" dan syarat ini ke dalam sumpah itu. Ia menyesal sekali dan mukanya cemberut. *** Keng Hong merasa tidak baik kalau kerja sama itu dimulai dengan tidak menyenangkan hati Cui Im, maka katanya cepat. "Cui Im, engkau akan tahu dari ilmu ilmu dalam kitab-kitab ini bahwa selagi mempelajari ilmu tinggi, hubungan antara pria dan wanita merupakan paling besar. Hal itu akan menghambat kemajuan ! Tunggu dan lihat sendiri saja nanti kalau kita sudah mulai belajar." Ucapan ini menyenangkan hati Cui Im karena ia menganggap bahwa adanya Keng Hong menolak cintanya adalah karena pemuda ini menganggap hal itu sebagai pantangan dalam belajar, jadi bukan karena pemuda itu mambencinya atau tidak membalas cintanya! Masih banyak kesempatan baginya untuk kelak menjatuhkan hati pemuda ini. Dia adalah seorang ahli dalam hal itu. Keng Hong bersama Cui Im lalu memeriksa keadaan di situ dan memang Cui Im tidak membohong. Di situ terdapat bahan-bahan makan-minum seperti yang diceritakan Cui Im tadi dan tidak ada jalan untuk keluar karena ujung terowongan yang dihuni ratusan ribu ekor burung walet itu merupakan dinding yang curam dan tegak lurus, pula amat licin. Demikianlah, mulai hari tu, Keng Hong dan Cui Im mulai membalik-balik lembaran kitab-kitab pelajaran ilmu silat yang tinggi, dan memang tepat pemberitahuan Keng Hong tadi, karena dalam kitab pertama , yaitu kitab I-kiong-hoan-hoat dari Siauw-li-pai, jelas disebutkan bahwa pantangan utama dalam hubungan antara pria dan wanita! Ilmu I-kiong-hoan-hoat adalah semacam ilmu memindahkan jalan darah dari partai Siauw -lim-pai, juga kitab ke dua Siauw-lim-pai, Seng-to-cin-keng adalah ilmu yang khas yang mengajarkan Iweekang, bersamadhi mengatur pernapasan unutk menghimpun sinkang. Setelah melihat sendiri bahwa emang ada pantangan hubungan antara pria dan wanita sewaktu melatih dri dengan ilmu-ilmu itu, Cui Im tidak banyak rewel lagi dan tidak mau menganggu Keng Hong, sungguhpun kadang-kadang ia kelihatan seperti cacing kepanasan dan menderita sekali. Bhe Cui Im yang tadinya menghambakan diri kepada terganggu dorongan nafsu, akan tetapi nafsunya ingin menjadi jagoan wanita nomor satu di dunia ini mengalahkan nafsu berahinya sehingga ia tekun berlatih. Episode 141 Keng Hong sendiri secara diam-diam membaca semua kitab yang berada di situ, akan tetapi karena dia menganggap bahwa apa yang dia dahulu pelajari dari gurunya tidak kalah mutunya, dia hanya membaca kitab-kitab milik partai lain hanya untuk dimengerti isinya dan dikenal sifatnya, pula dia mempunyai rasa segan untuk mencuri ilmu partai lain. Dia hanya membaca dan mengenal, akan tetapi tidak melatih dirinya dengan ilmu-ilmu itu. Kecuali kitab tulisan gurunya sendiri yang ternyata merupakan inti sari daripada ilmu silat Siang-bhok- Kiam-sut dan Ilmu silat San-in-kun-hoat sehingga dia menjadi girang sekali. Ia dapat memperdalam ilmu silatnya yang masih mentah itu dan melatih diri dengan rajin. Biarpun Cui Im juga minta agar dia membacakan kitab ciptaan gurunya, namun dia yakin bahwa tanpa memiliki sinkang seperti yang dia "oper" dari gurunya, dan tanpa memiliki dasar-dasar yang dulu dia pelajari dari Sin-jiu Kia-ong, kepandaian yang didapat oleh Cui Im hanyalah permukaannya atau kulitnya belaka. Namun tentu saja dia tidak mau bicara tentang hal ini bahkan setiap kali ada kesempatan dia memuji kemajuan-kemajuan yang diperoleh gadis itu sehingga Cui Im menjadi girang sekali. Memang harus diakui bahwa Cui Im yang memiliki bakat baik sekali itu kini memperoleh kemajuan pesat. Keng Hong menjadi matang ilmunya. Biarpun yang dia matangkan hanya ilmu silat yang dua macam itu, yaitu San-in-kun-hoat yang terdiri dari delapan jurus pukulan tangan kosong dan Siang- Kiam-sut yang terdiri dari tiga puluh enam jurus, namun kematangannya dan keistiewaan dua ilmu ini mencakup seluruh dasar dan inti ilmu silat yang dikuasai Sin-jiu Kiam-ong, dia kini dapat mainkan ilmu silat itu secara dahsyat. Biarpun hanya delapan jurus, namun ilmu silat San-in-kun-hoat ini cukup untuk membuat dia patut dijuluki Sin-jiu (Kepalan Sakti), sedangkan Siang-bhok Kiam-sut adalah ilmu pedang istiewa yang dapat dikatakan menjadi rajanya ilmu pedang sehingga dia patut pula dijuluki Kiam-ong (Raja Pedang) seperti gurunya! Setelah dia membaca kitab peninggalan suhunya, barulah dia sadar bahwa Ilmu Silat San-in-kun-hoat memiliki segi-segi yang amat hebat, dengan perkembangan yang tak terhitung banyaknya tergantung dari keadaan dan daya khayalnya sendiri sehingga biarpun pada dasarnya hanya mempunyai delapan jurus, namun apabila dikembangkan menjadi jumlah jurus yang tak terhitung banyaknya! Tadinya dia hanya menguasai dasarnya yang dia gerakkan dengan mengandalkan sinkang kuat belaka. Kini dia dapat mainkan setiap jurus dengan kembangan yang tak terhitung banyaknya. Demikian pula dengan Ilmu Pedang Siang-bhok- Kiam-sut, kalau sebelum ini dia hanya menghafal gerakan-gerakan yang tiga puluh enam jurus mengandalkan sinkang dan kecepatan, akan tetapi kini dia dapat menangkap inti sarinya dan dapat mempergunakan Siang-bhok-kiam sedemikian rupa sehingga sinar kehijauan pedang itu cukup untuk merobohkan lawan. Diam-diam dia selalu memperhatikan latihan-latihan yang dilakukan Cui Im dan dia menjadi kagum bukan main. Gadis itu benar-benar hebat, berbakat dan karena tadinya sebagai murid Lam-hai Sin-ni dia telah memiliki tingkat tinggi, kini dengan mudahnya ia melahap semua isi kitab yang berada di situ dan telah hafal akan semua isinya, telah pandai pula mainkan ilu-ilmu itu termasuk ilmu silat yang diciptakan oleh Sin-jiu Kiam-ong sendiri! Cemas-cemas hati Keng Hong kalau melihat ini karena dia maklum bahwa Cui Im sekarang, setelah tiga empat tahun berlatih dengan tekun, jauh bedanya dengan Cui Im dahulu, sungguhpun orangnya masih tetap cantik manis genit. Ilmu kepandaiannya telah meningkat secara hebat sekali. Hanya ada satu hal yang melegakan hati Keng Hong melihat kemajuan Cui Im yang mencemaskan itu, ialah betapa pun gadis itu berlatih dan mencari-cari dalam kitab-kitab yang berada di situ, gadis itu tidak dapat menemukan ilmu Thi-khi-I-beng, dan dalam hal tenaga sinkang, betapa pun gadis itu menghimpun dan berlatih, tidak dapat menandingi tenaga sinkangnya sendiri yang dia terima secara langsung dipindahkan dari tubuh gurunya. Empat tahun telah berlalu dengan cepat sekali karena kedua orang ini tekun belajar dan berlatih sehingga waktu berlalu tanpa terasa oleh mereka. Kini semua kitab telah habis dipelajari Cui Im ! Gadis ini telah memnjadi seorang wanita berusia dua puluh enam tahun yang matang segala-galanya! Cantik jelita, dan dalam pandang matanya yang kini terdapat sinar berapi yang dahulunya tidak ada, sinar berapi yang timbul dari kekuatan sinkangnya ditambah kepercayaannya kepada diri sendiri. Episode 142 Pada suatu hari, pagi-pagi sekali ketika Keng Hong bangun dari tidurnya, dia mendapatkan Cui Im tersenyum-senyum di dekatnya dan dia heran melihat gadis itu mengenakan pakaian yang bersih, agaknya baru kemarin atau malam tadi dicuci, rambutnya digelung indah, wajahnya berseri-seri dan mulutnya tersenyum-senyum. Akan tetapi dengan terkejut Keng Hong melihat adanya pandang mata aneh, pandang mata yang jelas membayangkan nafsu berahi! Kekhawatirannya terbukti ketika bangun duduk tiba-tiba Cui Im menjatuhkan diri duduk di dekatnya, memandang penuh kemesrann dan tertawa-tawa kecil penuh nafsu. "Eh, Cui Im , apa-apaan ini? Engkau mau apa ?" Keng Hong merenggutkan lengannya yang mulai dipegang dengan sentuhan halus mesra oleh gadis itu. "Hi-hi-hik, Keng Hong, betapa rinduku kepadamu. Hampir mati aku menanggung rindu kepadamu, kekasihku. Hampir gila aku mengekang diri, setiap malam kalau engkau sudah tidur memandangimu, teringat masa lalu!" "Cui Im, tidak boleh...." Keng Hong membuang muka menghindarkan ciuman gadis itu dan dia mulai terangsang. Akan tetapi dia teringat betapa gadis ini telah melakukan hal-hal keji, yang menjatuhkan fitnah kepada Biauw Eng. Selama empat tahun ini, ingatan itu selalu menyiksa dirinya dan membuat dia makin menyesal di samping rasa rindu kepada Biauw Eng. Hal ini menimbulkan rasa muak dan bencinya kepada Cui Im sehingga begitu teringat kepada Biauw Eng, lenyaplah rangsangan berahinya terhadap gadis yang membelai dan membujuk rayunya itu. "Jangan berpura-pura alim Keng Hong. Dulu engkau begitu mencintaiku! Dan sekarang aku tidak lagi berlatih menghimpun sinkang, sudah cukup kuat aku, hi-hi-hik, lebih kuat dari guruku sendiri. Ya, kini aku dapat menjagoi di seluruh dunia dan cintaku kepadamu menjadi lebih kuat daripada dulu-dulu karena engkau telah membantuku, kekasihku. Layanilah aku, Keng Hong, dan kita nanti keluar dari sini, menjadi sepasang kekasih, juga sepasang jagoan nomor satu di dunia. Mungkin engkau tidak mendapat banyak kemajuan, akan tetapi jangan khawatir, kepandaianku telah meningkat secara hebat, dan aku siap selalu melindingimu, kekasihku. Marilah..! Cui Im menubruk, merangkul dan menggelutinya. Keng Hong hampir tak dapat menahan gelora darah mudanya ketika di gelut oleh Cui Im yang merayu dan yang makin cantik jelita ini. Akan tetapi dia cepat menekan perasaannya dan berkata. "Engkau telah berlaku keji terhadap Biauw Eng..." Jari-jari tangan yang sedang membelainya itu tiba-tiba terhenti, akan tetapi hanya sebentar, kemudian mengelus-elus lagi, mulut itu menciuminya sekerasnya. "Aiiiih, kekasihku, hal itu kulakukan karena cintaku kepadamu..." Keng Hong sudah menjadi dingin lagi begitu dia teringat Biauw Eng. Ingin dia meronta menggunakan sinkangnya, akan tetapi dia tidak mau memancing keributan dengan Cui Im. Maka dia lalu berkata. "Baiklah, Cui Im. Siapa dapat bertahan mengahadapi kecantikan dan rayuanmu? Akan tetapi, aku... aku hendak mandi dulu…." "Hi-hi-hi, tak usahlah...". "Tidak , nanti saja. Aku perlu mandi dulu!" Keng Hong merenggutkan tubuhnya terlepas dari pelukan gadis itu kemudian dia melompat dan lari menuju ke jembatan tambang. Ia menoleh melihat Cui Im meandangnya dengan mata penuh gairah nafsu berahi. Ia perlu mencari waktu untuk menenteramkan hatimu yang yang terangsang. "Kau tunggulah aku hendak mandi..!" Katanya dan Cui Im tertawa aneh. Cui Im mengertak gigi saking gemasnya ketika melihat Keng Hong lari. Ia maklum bahwa dia telah kehilangan cinta pemuda itu karena Biauw Eng. Hemmm, orang yang tak tahu dicinta, gerutunya dan ia pun bangkit perlahan mengikuti Keng Hong. Dilihatnya pemuda itu meloncat ke atas jembatan tambang dan berlari cepat. Cui Im memperhatikan dan ia dapat melihat bahwa ginkang dari pemuda itu makin hebat saja. Ia pun dapat dengan mudah berlari cepat melalui tambang itu masih bergetar dan bergoyang sedikit. Kini, melihat Keng Hong berlari cepat dan sedikit pun tambang itu tidak bergoyang hatinya menjadi khawatir sekali. Ia mencinta Keng Hong, akan tetapi kalau pemuda itu memiliki kepandaian yang hebat dan membahayakan dirinya sendiri, pemuda itu tidak berhak hidup lagi. "Keng Hong, berhentilah!!" Nada suara panggilan yang mengandung kemarahan ini membuat Keng Hong terkejut dan berhenti di tengah-tengah tambang, kemudian membalikkan tubuhnya menoleh ke arah Cui Im. Gadis itu berdiri di tepi jurang, dekat ujung tambang dan sikapnya membayangkan kemarahan besar. Akan tetapi kemarahannya itu ditutup oleh senyumannya yang lebar. "Keng Hong, engkau bersumpahlah!" "Heeeee?? Apa? Tidak alasan bagiku untuk bersumpah!" "Keng Hong, bersumpahlah bahwa engkau mencintaiku dan akan melayani hasrat cinta kasihku!" Keng Hong menggelengkan kepalanya, "Cui Im, sesungguhnya engkau seorang gadis yang cantik jelita dan sekiranya engkau tidak begitu keji, telah menjadi biang keladi terjadinya semua kekacauan bahkan merusak hati seorang gadis seperti Biauw Eng, sekiranya engkau tidak begitu curang dan tidak menimbulkan rasa muak dan benci di hatiku, agaknya aku akan menerima cintamu dengan penuh kegembiraan."

Tidak ada komentar:

naruto

naruto
naruto

Daftar Blog Saya

naruto

naruto
Powered By Blogger