naruto

naruto

Senin, 26 November 2012

pendekar kayu harum19

Episode 19 "Omitohud...! Kehendak Tuhan terjadi penuh mujisat!" Thian Ti Hwesio mengeluh panjang. "Sin-jiu Kiam-ong! Engkau melanggar janji...!" bentak Sin-to Gi-hiap. Sin-jiu Kiam-ong tertawa, "Siapa melanggar janji? Bukankah kukatakan bahwa aku tidak akan melawan kalau kalian hendak membunuhku di sin? Bukankah akupun tidak pernah melawan kalian tadi dan tidak menghalangi kalau kalian hendak merampas pedang Siang-bhok-kiam? Bukankah kukatakan sebulan yang lalu bahwa yang berhak memiliki Siang-bhok-kiam adalah orang yang berjodoh dengannya? Nah, bocah inilah yang berjodoh dengan aku dan dengan pedang ini. Dan ketahuilah, setelah aku mengangkat murid, tentu saja aku tidak mau mati sekarang. Aku ingin hidup lebih lama lagi untuk mendidiknya, sesuai dengan tugas kewajiban seorang guru! Pergilah kalian, pergilah....!” Sembilan orang itu ragu-ragu dan mereka kecewa serta menyesal sekali. Biarpun Sin-jiu Kiam-ong telah terluka, namun ilmu kepandaiannya yang hebat amat sukar dilawan. Selain itu, mereka sendiripun telah terluka dan kehilangan senjata. Mereka ini adalah orang-orang cerdik. Mereka tahu bahwa Sin-jiu Kiam-ong sudah amat tua, apalagi menderita luka hebat. Kiranya takkan lama lagi usianya. Dan bocah itu jelas belum mengenal ilmu silat sama sekali. Digembleng bagaimana hebatpun, hanya dalam beberapa tahun apa artinya? Akhirnya mereka tentu akan dapat merampas pedang dan kitab-kitab itu, bukan dari tangan Sin-jiu Kiam-ong, melainkan dari tangan ahli warisnya ini! Pada saat itu, bersilir angin halus dan tahu-tahu di situ telah berdiri seorang tosu yang berwajah gagah penuh wibawa. Dia ini bukan lain adalah Kiang Tojin, tokoh Kun-lun-pai yang berilmu tinggi itu. Ketika semua orang yang memandang, ternyata bukan hanya Kiang Tojin yang datang, melainkan banyak sekali tosu-tosu Kun-lun-pai, sedikitnya ada tiga puluh orang, semuanya memegang pedang seperti Kiang Tojin, dan gerakan mereka begitu rapi, tangkas dan ringan sehingga tahu-tahu tempat itu telah dikepung! Kiang Tojin sejenak memandang kepada Keng Hong dengan heran, kemudian dia menjura penuh hormat kepada Sian-jiu Kiam-ong dan berkata, "Mohon maaf kepada Sie-taihiap (pendekar besar she Sie) kalau pinto dan saudara-saudara mengganggu. Akan tetapi, kehadiran banyak sahabat Kang-ouw di Kun-lun-pai masih dapat kami biarkan mengingat bahwa mereka itu adalah tamu-tamu Taihiap, hanya kehadiran tiga Bu-tek Sam-kwi benar-benar tak dapat kami biarkan saja. Tokoh-tokoh datuk hitam macam mereka tidak berhak mengotorkan bumi Kun-lun! Harap Taihiap maklum dan maafkan pinto yang hanya memenuhi perintah suhu." Sin-jiu Kiam-ong tertawa, dan menarik napas panjang. "Thian Seng Cinjin bersikap amat sabar, sungguh patut dipuji." Kemudian dia menoleh ke arah sembilan orang tokoh yang mengganggunya dan berkata, "Kalau kalian sembilan orang masih tidak hendak lekas pergi, aku tidak akan menganggap kalian sebagai tamu lagi dan terserah kepada pihak Kun-lun-pai akan menganggap kalian bagaimana." Kiang Tojin memutar tubuhnya memandang sembilan orang itu, keningnya dikerutkan dan dia berkata, suaranya penuh wibawa dan keren. "Di antara cu-wi (tuan sekalian) terdapat tokoh-tokoh partai persilatan besar, tentu cukup tahu akan kedaulatan tuan rumah. Cu-wi datang tanpa memberi tahu Kun-lun-pai, hal ini berarti pelanggaran kedaulatan dan tidak memandang mata kepada kami. Sungguh kami tidak dapat dikatakan keterlaluan kalau terpaksa mengusir cu-wi.” Sikap Kiang Tojin amat keren dan sembilan orang itu cukup mengenal siapa tosu ini, maklum bahwa selain tingkat ilmu kepandaiannya amat tinggi, juga saudara-saudara Kiang Tojin yang berjumlah tiga puluh orang dan mengurung tempat itu merupakan kekuatan yang tak mungkin dilawan mereka yang sudah terluka. Belum lagi diperhitungkan kalau Thian Seng Cinjin ketua Kun-lun-pai sendiri yang datang! maka dengan menjura dan menggumamkan kata-kata maaf, lalu membalikkan tubuh dan pergi meninggalkan tempat itu. Karena mereka adalah orang-orang pandai, gerakan-gerakan mereka amat cepat sehingga dalam sekejap mata saja tempat itu menjadi sunyi dan bayangan mereka tak tampak lagi. Sin-jiu Kiam-ong lalu berkata kepada Kiang Tojin yang sudah menyimpan kembali pedangnya ditiru oleh saudara-saudaranya yang tetap berdiri menjauh karena mereka itu kesemuanya merupakan tokoh-tokoh yang menghormati si raja pedang yang pernah melepas budi kepada Kun-lun-pai. Hal itu terjadi belasan tahun yang lalu ketika Kun-lun-pai diserbu oleh kaum sesat yang dipimpin oleh seorang datuk kaum sesat yang berilmu tinggi, sehingga Kun-lun-pai mengalami bencana hebat dan terancam kedudukannya. Semua tokoh Kun-lun-pai, termasuk Thian Seng Cinjin, terdesak dan hanya setelah Sin-jiu Kiam-ong yang secara kebetulan mendengar akan serbuan ini lalu datang membantu, maka pihak musuh dapat dihalau dan si datuk sesat tewas di tangan Sin-jiu Kiam-ong dan Thian Seng Cinjin. Sin-jiu Kiam-ong lalu dianggap sebagai penolong dan diperbolehkan menggunakan Kiam-kok-san, tempat yang tadinya dianggap keramat oleh golongan Kun-lun-pai karena dahulu menjadi tempat bertapa sucouw mereka. "Kiang-toyu, harap sampaikan kepada Thian seng Cinjin guru kalian bahwa aku minta perkenannya untuk memperpanjang penggunaan Kiam-kok-san sampai beberapa tahun lagi, atau lebih jelas sampai matiku karena aku ingin menggunakan sisa usiaku untuk menggembleng muridku ini." Sin-jiu Kiam-ong meraba kepala Keng Hong yang sudah berlutut ketika melihat Kiang Tojin dan saudara-saudaranya muncul tadi. Kiang Tojin dan saudara-saudaranya tercengang dan terdengar seruan-seruan kaget dan heran. "Siancai....sungguh luar biasa sekali nasib anak ini.....! Akan tetapi, Taihiap, menyesal bahwa hal itu tidak mungkin dapat dilakukan karena..... karena anak ini adalah orang Kun-lun-pai....!” Sin-jiu Kiam-ong mengerutkan alisnya dan pandang matanya berubah kecewa. Selama hidupnya dia selalu membawa kehendak sendiri dan tidak mempedulikan peraturan orang lain, akan tetapi terhadap Kun-lun-pai dia merasa sungkan dan dia tahu benar bahwa kalau memang anak ini seorang murid Kun-lun-pai, amat tidak baik kalau dia memaksa dan mengambilnya sebagai murid, betapapun sukanya dia terhadap anak ini. Ia lalu menunduk dan bertanya kepada Keng Hong. Episode 20 "Hong-ji (anak Hong), benarkah engkau seorang anak murid Kun-lun-pai?” Keng Hong tadinya terheran, bingung dan juga diam-diam merasa tegang ketika secara tiba-tiba dia diangkat murid Sin-jiu Kiam-ong, dijadikan ahli waris kakek yang luar biasa itu. Namun, perasaan yang aneh sekali membuat hatinya menjadi besar dan bahagia dan timbul tekad di hatinya bahwa dia harus menjadi murid kakek ini, harus menjadi seorang pandai untuk menghadapi manusia-manusia jahat, terutama sekali manusia-manusia munafik yang banyak terdapat memenuhi jagat ini. Kini mendengar prcakapan antara tosu penolongnya dan Sin-jiu Kiam-ong, dia cepat berkata. "Bukan! aku bukan murid Kun-lun-pai! memang aku bekerja menjadi kacung di Kun-lun-pai, akan tetapi aku sama sekali bukan anak muridnya dan sama sekali tidak pernah mempelajari ilmu silat di Kun-lun-pai!” "Kiang Tojin! apa artinya keterangan yang bertentangan ini?" Sin-jiu Kiam-ong menoleh kepada tosu itu dengan pandang mata penuh teguran. "Maaf, harap Taihiap suka mendengarkan penjelasan pinto. Tadi pinto sama sekali tidak mengatakan bahwa Keng Hong adalah anak murid Kun-lun-pai hanya mengatakan bahwa dia adalah orang Kun-lun-pai. Hendaknya Taihiap ketahui bahwa anak ini berasal dari sebuah dusun yang dilanda bencana perampokan, seluruh keluarganya musnah dan secara kebetulan pinto dapat menyelamatkannya dan membawanya ke Kun-lun-pai. Semula kami hendak menjadikannya murid Kun-lun-pai, akan tetapi kami terbentur oleh peraturan baru. Belum lama ini suhu membuat peraturan baru bahwa setiap orang anak murid dari Kun-lun-pai haruslah seorang penganut agama To. Karena Keng Hong tidak mau menjadi calon tosu, maka sampai kini dia berada di Kun-lun-pai selama dua tahun dan bekerja sebagai pembantu. Namun, kami telah menganggapnya sebagai orang sendiri.” "Hemmm, begitukah? kalau begitu, dia bukan anak murid Kun-lun-pai, hanya kacung! tiada halangan bagiku untuk mengambilnya sebagai murid. Eh, Kiang-toyu, apakah engkau berkeberatan kalau dia kuambil murid?” "Mana pinto berani, Taihiap? Hanya saja, hal ini tergantung kepada si bocah sendiri. Keng Hong, pinto telah menyelamatkanmu daripada bencana. Apakah sekarang kau begitu tak ingat budi dan hendak meninggalkan pinto? Apakah benar-benar engkau suka menjadi murid Sin-jiu Kiam-ong?” Keng Hong bangkit berdiri, setelah dia menyaksikan sepak terjang tiga orang manusia iblis dan sembilan orang yang mengaku sebagai tokoh-tokoh kang-ouw, hatinya menjadi dingin terhadap Kun-lun-pai yang tadinya dia junjung tinggi sebagai pusat orang-orang sakti yang budiman. Ia memandang tajam kepada Kiang Tojin lalu berkata. "Totiang, sampai matipun saya tidak akan menyangkal bahwa Totiang telah menolong nyawa saya dan sampai matipun saya akan selalu ingat dan akan berusaha membalas budi Totiang itu. Akan tetapi, apakah budi yang totiang lepas itu mengandung pamrih agar selama hidup saya harus ikut dan menurut segala kehendak Totiang? Apakah totiang hendak merampas kebebasan saya? Totiang, pernah saya membaca ujar-ujar dalam kitab kuno bahwa budi disertai pamrih bukanlah pelepasan budi namanya, melainkan pemberian hutang yang harus di bayar kembali beserta bunga-bunganya! Apakah Totiang menghutangkan budi kepada saya!?” "Ha-ha-ha-ha-ha....!" Sin-jiu Kiam-ong tertawa terpingkal-pingkal dan dia mengelus-elus kepala anak itu. "Bocah, engkau penuh dengan semangat menggelora! Eh, Kiang-toyu, maafkan saya, ya. Agaknya bocah ini sudah ketularan watakku! Sekarang engkau hendak bilang apa lagi, Toyu?” Wajah Kiang Tojin menjadi merah, ia menjadi gemas kepada anak itu karena sesungguhnya tidak ada sedikit pun pamrih di hatinya minta dibalas budi oleh anak itu. Dia tadi berusaha memisahkan Keng Hong dari Sin-jiu Kiam-ong karena sesungguhnya di dalam hatinya dia tidak rela dan tidak suka melihat Keng Hong menjadi murid kakek luar biasa ini. Perasaan ini semata-mata tinmbul karena rasa sayang kepada Keng Hong. Dia mengenal orang macam apa adanya Sin-jiu Kiam-ong, seorang yang semenjak mudanya hanya mengandalkan kepandaian malang melintang, seorang petualang yang tidak segan-segan melakukan segala macam kemaksiatan, pengejar kesenangan pemuas nafsu. Ia ingin melihat Keng Hong menjadi seorang yang baik dan dia mengerti bahwa kalau anak ini menjadi murid si raja pedang, tentu akan mewarisi pula wataknya yang liar dan jiwa petualangnya. Ia menghela nafas dan berkata, "Siancai....hanya Tuhan yang mengetahui isi hati manusia! Taihiap, tidak sekali-kali saya ingin mempengaruhi Keng Hong dan terserahlah kalau memang dia sendiri suka menjadi murid Taihiap. Hanya ada satu hal yang hendaknya diketahui baik oleh Taihiap dan terutama oleh Keng Hong sendiri. Karena dia bukan anak murid Kun-lun-pai, dan tidak ada sangkut pautnya dengan Kun-lun-pai, maka di kelak kemudian hari segala sepak terjangnya tidak ada hubungannya dengan Kun-lun-pai. Taihiap dipersilahkan menempati Kiam-kok-san karena Taihiap merupakan seorang penolong Kun-lun-pai, akan tetapi kelak, kalau Taihiap tidak lagi berada di Kiam-kok-san, tentu saja kami akan melarang Keng Hong berada di wilayah kami. Nah, selamat berpisah, Taihiap, semoga Thian selalu melindungi dan melimpahkan berkahNya.” Tosu itu memberi isyarat kepada saudara-saudaranya dan setelah menjura ke arah Sin-jiu Kiam-ong lalu meninggalkan tempat itu untuk kembali ke puncak dan memberi laporan kepada Thian seng Cinjin. Sin-jiu Kiam-ong tertawa dan memegang tangan Keng Hong diajak mendaki puncak Kiam-kok-san sambil berkata, "Jangan menganggap semua omongan tosu itu, Hong-ji. Mereka itu adalah orang-orang yang terikat, terbelenggu kaki tangannya oleh agamanya, kasihan....! Segala peraturan yang dibuat manusia merupakan belenggu-belenggu yang akan mengikat kaki tangannya sendiri. Eh, namamu memakai huruf Hong, sama dengan namaku. Memang kita berjodoh....auggghhh....!" Kakek itu memegangi dadanya dan kakinya terhuyung. "Eh...kenapa? Suhu..... Suhu terluka...?" Wajah yang menyeringai menahan nyeri itu berseri kembali. "Ah, tidak seberapa hebat. Tahukah engkau bahwa ketika engkau menyebut Kong-kong kepadaku, aku merasa seolah-olah engkau ini cucuku sendiri? Ha-ha-ha! Alangkah lucunya, kawin pun belum pernah, bagaimana bisa punya cucu? Kau lebih tepat menjadi muridku. Hemmm...., akan kuberikan seluruh milikku kepadamu, muridku. Mudah-mudahan saja tidak terlambat. Mari kita naik ke Kiam-kok-san dan engkau harus rajin belajar karena waktunya tidak banyak. Aku...setan laknat tiga iblis itu.... aku terluka, kalau hanya racun saja sudah di punahkan Siang-bhok-kiam, akan tetapi...ah, pukulan mereka merusak isi dadaku yang sudah kurang kuat...! Mudah-mudahan tidak terlambat...."

Tidak ada komentar:

naruto

naruto
naruto

Daftar Blog Saya

naruto

naruto
Powered By Blogger