naruto

naruto

Senin, 26 November 2012

pendekar kayu harum 149

Episode 149 "Dia? Eh, dia guru pinto.." Keng Hong menjadi marah mendengar bahwa Kiang Tojin, tokoh utama di Kun-lun-pai sesudah Thian Seng Cinjin dihukum di Kun-lun-pai. Mendengar jawaban-jawaban singkat ini, dia lalu menggerakkan tangannya dan dicengkeramnya pundak tosu itu. "Jangan main-main. Hayo lekas ceritakan siapa gurumu itu!" "Aduhhh…. Ampun..., guru pinto adalah Sian Ti Tojin.." "Aahhhh..!" Keng Hong teringat kepada dua orang tosu itu, Sian Ti Tojin dan Lian Ci Tojin. "Hayo cepat ceritakan apa yang telah terjadi! Ceritakan seluruhnya kalau kau tidak ingin semua tulangmu kupatahkan!" Keng Hong mengancam. "Ah, Keng Hong. eh, Taihiap…. Kasihanilah pinto, tidak ingatkah engkau betapa dahulu aku baik sekali kepadamu….?" Keng Hong tidak ingat lagi kepada tosu ini karena tosu Kun-lun-pai amat banyak, akan tetapi harus dia akui bahwa dahulu ketika dia menjadi kacung di Kun-lun-pai, semua tosu bersikap baik kepadanya. "Aku tidak akan mengganggumu asal saja kau suka bercerita sejujurnya tentang apa yang telah terjadi setelah Thian Seng Cinjin meninggal dunia dan apa yang menyebabkan Kiang Tojin sampai dihukum." Sambil menahan rasa nyeri di tubuhnya, tosu itu lalu bercerita, "Setelah kakek guru meninggal dunia setahun yang lalu, terjadilah perebutan kedudukan ketua di antara tujuh orang muridnya. Terutama sekali yang berebut adalah Kiang Tojin di satu fihak dan suhu Sian TI Tojin bersama susiok Lian Ci Tojin di lain fihak. Empat orang paman guru yang lain berfihak kepada suhu, karena menurut anggapan semua murid Kun-lun-pai, Kiang-supek terlampau keras dan bengis terhadap anak murid Kun-lun-pai!" "Hemmm, kurasa Kiang Tojin berada di fihak yang benar karena beliau adalah murid tertua, bahkan tadinya mewakili Thian Seng Cinjin. Aku yakin pula Kiang Tojin tidak akan kalah, biarpun menghadapi enam orang sutenya." "Memang tadinya tidak kalah. Perebutan kedudukan itu menjadi pertandingan dan tidak seorang pun di antara suhu dan para susiok dapat mengalahkan Kiang-supek yaang amat lihai, akan tetapi." "Akan tetapi apa? Hayo lanjutkan!" "Selagi suhu dan para sutenya terdesak oleh Kiang-supek, tiba-tiba muncul Ang-kiam Bu-tek..." "Apa? Bagaimana? Teruskan..!" Kali ini Keng Hong benar-benar terkejut sekali mendengar munculnya Cui Im di Kun-lun-pai. "Wanita cantik jelita itu sungguh hebat! Hebat bukan main! Tidak hanya hebat kecantikannya, hebat bentuk tubuhnya, akan tetapi hebat pula ilmu pedangnya sehingga Kiang-supek terluka begitu dia turun tangan membantu suhu dan para susiok. Kiang-supek terluka dan terpaksa menyerah, lalu dihukum dan suhu diangkat menjadi ketua Kun-lun-pai, sedangkan Lian Ci susiok amat beruntung, selain menjadi wakil ketua juga agaknya dapat bersahabat baik sekali dengan wanita yang seperti bidadari itu." "Katakan mengapa wanita itu mebantu suhumu menentang Kiang Tojin." "Ketika itu dia memaki-maki Kiang-supek, mengatakan bahwa beberapa tahun yang lalu Kiang-supek pernah menangkapnya dan hal itu dianggap penghinaan maka dia datang membalas dendam dan merobohkan Kiang-supek. Dia hebat sekali dan." Akan tetapi tubuh Keng Hong sudah berkelebat lenyap dari depan tosu itu yang saking kagum dan herannya sampai melongo, lupa akan rasa nyeri tubuhnya. Akan tetapi setelah keheranannya mereda, kaki tangannya yang patah tulangnya itu senut-senut, rasa nyeri menyusup tulang sumsum sehingga dia merintih-rntih lalu merangkak karena tak dapat berjalan. Keng Hong yang menjadi amat marah mendengar betapa Kiang Tojin dirobohkan Cui Im yang membantu tosu-tosu sesat macam Lian Ci Tojin dan Sian Ti Tojin, berlari cepat sekali mendaki puncak menuju ke dinding Kun-lun-pai yang sudah dekat dari tempat itu. Dia harus menolong Kiang Tojin, apapun yang terjadi, sebagai pembalasan atas segala kebaikan Kiang Tojin kepadanya. Karena kini ginkang yang dimiliki Keng Hong sudah mencapi tingkat tinggi sekali, maka tak lama kemudian dia telah tiba di pintu gerbang dinding tebal Kun-lun-pai yang terjaga oleh beberapa orang tosu. Munculnya Keng Hong menggegerkan para tosu yang segera mengenal pemuda berpakaian putih ini, dan cepat nmereka bersiap untuk menyerang sedangkan seorang penjaga cepat-cepat lari masuk untuk menyampaikan pelaporan mengenai munculnya pemuda yang sudah dikabarkan mati itu. "Totiang sekalian, aku datang bukan untuk memusuhi Kun-lun-pai, aku hanya ingin bertemu dan bicara dengan Sian Ti Tojin dan Lian Ci Tojin!" Keng Hong berkata dengan suara nyaring. "Kamu tunggu di luar! Tidak boleh kamu masuk mengotorkan dan mencemarkan lantai Kun-lun-pai dengan kakimu yang kotor!" bentak seorang tosu. Keng Hong memandang ke arah kedua kakinya yang tak bersepatu dan memang kotor, lalu dia menjawab, "Kaki kotor mudah saja dibersihkan dengan air, Totiang. Akan tetapi hati yang kotor sukar dicuci bersih! Apalagi kalau orang itu tidak merasa betapa kotor hatinya!" "Wah, masih saja amat sombong bocah ini!" teriak para tosu yang tetap melarang Keng Hong melewati pintu gerbang Mereka sudah berbaris menghadang di pintu dengan senjata mereka ditodongkan, siap untuk menyerang apabila Keng Hong memaksa. Diam-dia pemuda itu mengeluh. Betapa banyaknya perubahan pada partai Kun-lun-pai yang tadinya merupakan partai besar itu, merupakan temapat bertapa para tosu yang kasar dan galak ini, kelakuan tosu yang dia patahkan tulang kakinya, lebih pantas menjadi kelakuan dan sikap anak buah perampok! Dalam waktu lima tahun saja, alangkah banyaknya perubahan terjadi di Kun-lun-pai. Keng Hong menjadi makin penasaran dan dia berkata dengan suara tegas, "Totiang sekalian, Keng Hong bukanlah seorang yang tak mengenal budi dan aku telah berhutang budi diantara semua tosu di Kun-lun-pai, terutama sekali kepada Kiang Tojin aku berhutang budi. Ku harap Totiang sekalian suka melaporkan kepada Sian To Tojin dan Lian Ci Tojin karena aku hendak bicara dengan mereka. Aku tidak ingin menggunakan kekerasan terhadap Kun-lun-pai, akan tetapi kalau Totiang sekalian mencegah aku dengan kekerasan, apa boleh buat, aku akan memaksa masuk!" Episode 150 Dengan pandang matanya yang tajam Keng Hong dapat melihat bahwa yang bersikap keras dan memandang kepadanya dengan sinar mata menentang hanya beberapa orang saja, sedangkan yang lain-lain ketika dia menyebut nama Kiang Tojin sudah menundukkan pandang mata mereka seolah-olah mereka menyimpan atau menyembunyikan perasaan hati mereka. Namun Keng Hong sudah awas dan maklum bahwa sebagian besar para tosu yang menjadi anak murid Kun-lun-pai ini masih setia kepada Kiang Tojin, hanya karena mereka bertekun dan takut kepada ketua dan wakilnya yang baru, terutama kepada Sian Ti Tojin yang merupakan orang ke dua sesudah Kiang Tojin, maka mereka terpaksa tunduk kepada perintah kedua orang tosu yang memegang pimpinan baru di Kun-lun-pai itu. Keng Hong sudah bersiap-siap untuk menggunakan kepandaiannya merobohkan mereka yang bersikap keras dan melewati mereka yang pandang matanya ragu-ragu, dan para tosu itu pun sudah siap mengeroyoknya. Tiba-tiba terdengar bentakan nyaring. "Mundurlah kalian semua!" Semua tosu merangkapkan kedua tangan dan mundur ke kanan kiri, memberi jalan orang yang meneriakkan perintah itu. Tampak oleh Keng Hong dua orang tosu dan dia menahan ketawanya. Geli dan mengkal hatinya melihat lagak dua orang tosu yang dikenalnya sebagai Sian Ti Tojin dan Lian Ci Tojin ini, yang berjalan dengan dada membusung, sedangkan di belakang kedua orang ini tampak empat orang tosu tokoh Kun-lun-pai murid Thian Seng Cinjin. Kalau tidak ada Kiang Tojin, maka Sian Ti Tojin sebagai murid kedua dari Thian Seng Cinjin memang merupakan tokoh tertua dan terpandai. Akan tetapi Lian Ci Tojin hanya merupakan murid ke lima. Mengapa Sian Ti Tojin memilih dia sebagai wakil ketua, tidak sute-sutenya yang menjadi murid ke tiga dan ke empat? Hal ini mudah dimengerti melihat keakraban mereka dan kecocokan mereka dalam menghadapi KiangTojin pada waktu-waktu yang lalu. Sian Ti Tojin memakai pakaian kebesaran ketua Kun-lun-pai, dengan jubah pendeta bersulam benang perak, kepalanya memakai pelindung kepala yang indah dan membuat wajahnya tampak angker. Tangannya memegang sebatang tongkat yang dikenal oleh Keng Hong sebagai tongkat milik Thian Seng Cinjin, yang agaknya menjadi tanda pangkat ketua Kun-lun-pai! Adapun Lian ci Tojin membuat hati Keng Hong lebih panas lagi. Tosu ini berpakaian indah dan juga tersulam benang perak dan yang menggelikan adalah rambutnya yang licin mengkilap oleh minyak, wajahnya terpelihara seperti wajah seorang pria muda pesolek, di punggungnya tergantung sebatang pedang yang gagangnya terukir indah. Kedua orang tosu ini memandang Keng Hong dengan sinar mata penuh selidik. Sedangkan sikap empat orang tosu lainnya masih biasa saja, namun mereka mengerutakan kening dan siap mempertahankan Kun-lun-pai jika pemuda ini kembali hendak mendatangkan kekacauan. "Cia Keng Hong, kiranya engkau yang datang menghadap?" berkata Sian Ti Tojin dengan suara halus. "Kami bersyukur kepada Thian bahwa engkau ternyata masih hidup, tidak mati seperti disangka semua orang!" Keng Hong menjawab dengan hornat, "Terima kasih atas kebaikan totiang." "Keng Hong, engkau pernah menjadi kacung Kun-lun-pai.Suheng kini menjadi ketua Kun-lun-pai, sepatutnya engkau memberi hormat dan menyebutnya locianpwe," kata Lian Ci Tojin. Keng Hong diam-diam dapat membedakan watak kedua orang ini. Sian Ti Tojin memperlihatkan sikap halus lembut, sikap yang sepatutnya dimiliki seorang ketua partai besar. Namun sikap Lian Ci Tojin membayangkan kekerasan dan suka membanggakan kekerasan dan suka membanggakan kekuasaan. "Tidak mengapa, memang orang muda kurang pengalaman dan kurang pengertian tentang tatacara. Cia Keng Hong, ada keperluan apakah engkau muncul di sini? Apakah engkau datang untuk mohon maaf atas kelakuanmu dahulu yang membikin kacau dan rugi nama besar Kun-lun-pai? Ataukah engkau akan menebus kesalahan menipu kami dengan memberikan pedang palsu dan kini hendak menyerahkan Siang-bhok-kiam yang tulen?" suara Sian Ti Tojin tetap halus dan sikapnya tenang sekali. "Tidak sama sekali, Totiang." Keng Hong tetap menyebut totiang kepada ketua baru yang di dalam hatinya tidak dia akui ini sambil melirik ke arah Lian Ci Tojin. Yang mulai merah mukanya. "Aku datang untuk menghadap Kiang Tojin. Di manakah Kiang Tojin? Harap suka mohon beliau keluar untuk menerima aku datang menghadap beliau." Cara Keng Hong bicara jelas membayangkan bahwa kita menempatkan Kiang Tojin ditingkat lebih tinggi daripada Sian Ti Tojin yang kini menjadi ketua. Hal ini dirasakan oleh semua tosu dan mereka semua memandang dengan hati tegang. "Cia keng Hong! Kiang Tojin tidak dapat menemuimu pada saat ini. Semua urusan yang hendak kau kemukakan boleh kau sampaikan kepada pinto sebagai ketua Kun-lun-pai," kata Sian Ti Tojin. "Kenapa Kiang Tojin tidak dapat menemuiku? Apakah beliau sakit? Aku mendengar berita bahwa Thian Seng Cinjin locianpwe telah meninggal dunia. Sepanjang pengetahuanku, bukankah Kiang Tojin dahulu dan menjadi calon ketua Kun-lun-pai?" "Cia Keng Hong! Engkau tetap bocah lancang seperti dahulu! Siapakah engkau ini yang usil dan hendak mencampuri urusan dalam Kun-lun-pai? Keng Hong menjawab dengan hormat, "Terima kasih atas kebaikan Totiang." "Hemm, Lian Ci Totiang, memang aku tetap bocah yang dulu, dan kalau perlu, penting juga bersikap lancang. Aku tidak mencampuri urusan dalam Kun-lun-pai. Setelah kini Thian Seng Cinjin meninggal, mengapa beliau tidak menjadi ketua,bahkan tidak diperbolehkan menemuiku? Apakah beliau telah menjadi orang yang tidak bebas lagi? Apakah beliau kalian hukum?" Para tosu memandang pemuda itu dengan mata terbelalak. Lian Ci Tojin dan Sian Ti Tojin sejenak saling bertukar pandang, kemudian Sian Ti Tojin mengetukkan tongkatnya pada tanah dengan lagak seorang ketua yang kehilangan kesabaran, akan tetapi suaranya tetap halus. "Cia keng Hong, engkau bukan anak murid Kun-lun-pai dan sesungguhnya tidak berhak untuk mengetahui urusan dalam Kun-lun-pai. Akan tetapi mengingat bahwa engkau adalah bekas kacung kami, dan mengingat hubungan antara engkau dan Kiang-suheng, baiklah kau ketahui urusan dalam yang semestinya menjadi rahasia perkumpulan kami. Setelah suhu meninggal, terjadilah perbedaan pendapat antara Kiang-suheng dan kami. Seperti sudah lazim, perbedaan pendapat dalam penggantian ketua ini diselesaikan dengan cara kami, yaitu menguji kepandaian. Dia yang paling pandai berhak menjadi ketua. Karena Kiang-suheng menggunakan kekerasan, kami bertanding, pinto menang dan menjadi ketua sedangkan Kiang-suheng karena berdosa telah memancing keributan dan pertentangan antara saudara sendiri, diwajibkan menebus dosa di ruangan.." Sampai di sini Sian Ti Tojin berhenti, merasa sudah terlalu banyak bicara. Episode 151 Di ruangan menebus dosa atau ruangan hukuman! Aku sudah tahu, Sian Ti Tojin, dan aku tahu pula bahwa ruangan itu disediakan bagi para tosu yang telah melakukan pelanggaran, baik pelanggaran, baik pelanggaran hukuman perikemanusiaan. Para tosu yang memperkosa gadis orang dan yang bersekutu dengan orang lain untuk menjatuhkan saudara sendiri pun termasuk pelanggaran-pelanggaran yang harus dihukum, bukan?" Ucapan Keng Hong ini membuat wajah para tosu anak murid Kun-lun-pai menjadi pucat. Sian Ti Tojin menggerakkan kepala ke belakang dan matanya menyinarkan kemarahan yang tak tertutupinya lagi. " “Bocah lancang mulut! Apa maksudmu?" Keng Hong tersenyum ketika melihat ke arah Lian Ci Tojin dan melihat tosu ini pucat mukanya dan meraba gagang pedang di punggung, lalu berkata, "Aku tidak bermaksud mencampuri urusan Kun-lun-pai. Aku tidak peduli apakah Kiang Tojin kalian hukum atau kalian apakan asal saja memang sudah semestinya demikian dan tidak ada yang yang melanggar kebenaran dan keadilan. Aku datang hanya untuk bertemu dengan KiangTojin." "Bocah sinting, minggat kau dari sini!" bentak Lian Ci Tojin sambil menyerang pedangnya, ditusukkan ke arah dada Keng Hong dengan gerakan cepat dan kuat sekali. Dia tidak takut menghadapi Keng Hong karena selama lima tahun ini dia dan terutama suhengnya telah menggembleng diri agar kuat mempertahankan kedudukan mereka sebagai ketua dan wakil ketua Kun-lun-pai. "Hemmm, gerakanmu cukup baik, akan tetapi kurang isi karena kau kotori dengan watak dengki, kejam dan penuh kebencian, Lian Ci Tojin," kata Keng Hong sambil mengelak dengan amat mudahnya. Dia tidak banyak bergerak hanya miringkan tubuh tanpa mengubah kedudukan kedua kakinya. Melihat betapa tusukannya hanya lewat saja di dekat dada Keng Hong, Lian Ci Tojin membalikkan pergelangan tangannya dan kini pedang itu membabat turun memenggal atau membacok ke arah pinggang. "Plakkk!" Keng Hong melangkah mundur dan mengangkat kakinya, menampar pedang itu dari samping dengan tendangan kakinya. Kelihatannya perlahan saja dia menendang, namun pedang itu hampir terlepas dari pegangan Lian Ci Tojin yang ikut terpental dan berputar setengah lingkaran. Ketika dia memandang, Keng Hong telah meloncat jauh melampaui kepala para tosu. "Kejar dia! Jangan perbolehkan dia masuk! Bentak Sian Ti Tojin yang meloncat pula dengan gerakan cepat sekali, seperti melayang melampaui kepala anak buahnya. Akan tetapi dia tercelik karena Keng Hong tidak terus meloncat ke dalam, melainkan menyambar balok atap dan mengayun tubuhnya mencelat ke atas genteng. "Ha-ha-ha, Sian Ti Tojin, engkau sudah pucat ketakutan, khawatir rahasiamu terbuka. Haa-ha-ha, betapa memalukan rahasia itu. Engkau merampas kedudukan ketua dari tangan suhengmu sendiri, sama sekali bukan mengandalkan kepandaian, sama sekali bukan karena engkau lebih lihai daripada Kiang Tojin, melainkan karena engkau dibantu oleh seorang tokoh kaum sesat, dibantu oleh Ang-kiam Tok Sian-li Bhe Cui Im yang dahulu menjadi murid Lam-hai Sin-ni dan yang kini memakai julukan Ang-kiam Bu-tek. Eh, Lian Ci Tojin, bukankah engkau telah menjadi sahabat baiknya? Dia manis sekali, bukan? Apakah engkau suka mencium tahi lalat merah di tubuhnya? Ha-ha-ha!" Entah bagaimana, dalam kemarahannya ini Keng Hong tidak menyadari bahwa dia bersikap gembira dan nakal, tidak menyadari bahwa kini dia telah bersikap persis seperti sikap Sin-jia Kiam-ong di waktu muda. Dia ingat bahwa di tubuh Cui Im terdapat sebuah tahi lalat merah, maka dia sengaja mengejek Lian Ci Tojin yang dia dapat menyangka tentu melayani gadis cantik dan lihai itu dalam bermain asmara, karena biarpun usianya sudah empat puluh lima puluh lebih, mungkin lima puluh tahun, tosu ini termasuk seorang pria yang gagah dan tampan. Apalagai kalau dia ingat betapa Lian Ci Tojin kurang kuat menahan nafsunya sehingga sampai hati melakukan pemerkosaan terhadap seorang, yaitu Tan Hun Bwee. "Binatang kurang ajar!" Lian Ci Tojin dalam kemarahannya karena terdorong malu, membuat gerakan dengan kedua kakinya, memutar tubuh dan kedua lengan kemudian secara tiba-tiba sekali tangan kanannya sudah melontarkan pedangnya yang meluncur seperti anak panah, lebih cepat lagi malah, menuju ke perut Keng Hong. Pedang itu berubah menjadi sinar terang saking lajunya, dan mengeluarkan suara berdesing. Keng Hong setelah mempelajari kitab Thai kek Sin-kun peninggalan Thai Kek Couwsu yang merupakan inti sari ilmu silat Kun-lun-pai, mengenal gerakan itu, dan cepat dia melompat ke samping sambil menyambar pedang itu dengan kedua jari tangan telunjuk dan jari tengah, mengepitnya, kemudian meloncat turun kembali. Enam orang murid thian Seng Cinjin terkejut dan melongo. Yang diperlihatkan Keng hong dalam menyambut pedang yang disambitkan tadi adalah jurus Yan-cu-phok-li (Burung Walet Menyambar Ikan), jurus yang khusus dalam ilmu silat Kun-lun-pai untuk menghadapi serangan yang khusus pula, yaitu penyambitan pedang yang disebut jurus terakhir Sin-lion-hian -bwe (Naga Sakti Mengulur Buntut). "Hemmm, Lian Ci Tojin, betapapun kejam dan ganas hatimu, namun jurus Sin-liong-hian-bwe ini masih jauh dari pada sempurna. Melontar pedang menuju sasaran barulah tepat kalau pencurahan perhatian memusat pada satu titik, akan tetapi pikiranmu sudah banyak bercabang, di antaranya bercabang pada kedudukan, pada kemewahan, dan terutama sekali bercabang kepada kulit kuning wajah cantik! Kau lihatlah baik-baik dan baru tahu bahwa sesungguhnya Sin-liong-hian-bwe dari Kun-lun-pai amatlah lihainya!" Keng Hong yang berada di atas genteng itu menggerakkan kedua kakinya dan tubuhnya berputar seperti yang dilakukan Lian Ci Tojin tadi, kemudian dia melontarkan pedang yang ditangkapnya tadi ke arah Lian Ci Tojin. Pedang itu meluncur bagaikan kilat menyambar, tidak mengeluarkan bunyi akan tetapi justeru tidak berbunyi inilah yang amat lihai. Dapat menyambitkan pedang sedemikian cepatnya tanpa pedang itu mengeluarkan bunyi, benar-benar merupakan kemahiran dan tingkat yang terlalu tinggi bagi para murid Thian Seng Cinjin. Lian Ci Tojin kaget bukan main. "Celaka …!" serunya dan dia cepat menggunakan gerakan yan-su-phok-hi untuk menghindarkan diri. Ia meloncat, membalik dan tangannya bergerak, bukan untuk menjepit pedang karena kecepatan pedang itu membuat tosu ini jerih untuk menjepitnya dengan dua jari tangan, maka sebagai gantinya dia menggebut pedang itu dengan itu menyambar terlalu cepat dan ketika dia kebut dengan ujung lengan bajunya Akan tetapi pedang itu menyambar terlalu cepat dan ketika dia kebut dengan ujung lengan baju, masih meluncur terus bahkan ujung lengan bajunya yang buntung. Episode 152 "Aihhh...!" Lian Ci Tojin menjadi pucat melihat pedang itu tadi telah menyambar dan membabat putus segumpal rambutnya dan kini rambut segumpal bersama kain dengan lengan baju sepotong yang tadi terbabat dan menyangkut pada gagang pedang, tampak di atas tanah, tertikam pedang yang amblas sampai ke gagangnya ke dalam tanah! Gegerlah para tosu menyaksikan hal ini, terutama sekali enam orang pimpinan Kun-lun-pai menjadi pucat mukanya. Mereka maklum bahwa pemuda itu kini telah menjadi orang yang lihai sekali dan amatlah berbahaya bagi Sian Ti Tojin dan Lian Ci Tojin kalau tidak segera dibinasakan. "Kejar! Kepung! Bunuh!" Sian Ti Tojin berseru keras dan semua tosu yang mentaati perintahnya telah mengepung tempat itu dan siap untuk meloncat naik ke atas genteng mengeroyok Keng Hong "Heh, para tosu Kun-lun-pai, dengarlah baik-baik!" Keng Hong berteriak dan karena pemuda ini menggunakan tenaga khikang, maka suaranya menggetarkan jantung semua tosu, terasuk tokoh-tokohnya sehingga mereka terkejut sekali, bahkan beberapa orang anak murid Kun-lun-pai yang masih belum kuat benar sinkangnya, kedua kaki mereka menjadi lemas dan mereka roboh terguling begitu mendengar suara Keng Hong yang mengandung getaran khikang yang amat kuatnya itu. "Menurut aturan sesungguhnya Kiang Tojin yang patut menjadi ketua Kun-lun-pai, selain beliau adalah murid tertua mendiang Thian Seng Cinjin, juga memiliki tingkat kepandaian tertinggi dan mempunyai pula sifat-sifat yang berdisiplin , bijaksana, berpemandangan luas. Akan tetapi kedudukan ketua telah dirampas oleh Sian Ti Tojin secara curang, yaitu menggunakan bantuan seorang iblis betina golongan sesat. Kalau kalian insyaf, demi menjaga nama besar Kun-lun-pai, bebaskan Kiang Tojin dan angkat beliau sebagai ketua! Aku tidak ingin mencampuri urusan Kun-lun-pai, hanya memberi nasihat mengingat bahwa aku pernah hidup di sini. Sekarang, aku ingin berjumpa dan bicara dengan Kiang Tojin. !" Dari atas genteng Keng Hong dapat melihat jelas betapa pada wajah sebagian besar para tosu Kun-lun-pai tampak keraguan dan bahkan persetujuan dengan anjurannya itu, maka berisiklah keadaan di bawah itu karena para tosu saling berbisik-bisik. "Diam semua! Siapa hendak memberontak akan kubunuh dengan tongkatku ini!" Sian Ti Tojin membentak dan diamlah para tosu itu. "Hayo kalian membantu pinto menangkap dan membunuh pengacau Kun-lun-pai itu!" Para tosu kembali menjadi berisik sekali dan mereka itu, seperti rombongan semut diganggu bersiap untuk mengeroyok Keng Hong. *** "Tahan semua..!" Tiba-tiba terdengar nyaring dan sesosok tubuh berkelebat naik ke atas genteng. Tahu-tahu Kiang Tojin telah berdiri di depan Keng Hong! "Cia Keng Hong, engkau pengacau terbesar di dunia! Mau apa engkau hendak berjumpa dengan pinto? Masih ada muka untuk bicara dengan pinto? Bicara apa lagi?" Kiang Tojin membentak Keng Hong dengan sikap keren dan mata memancarkan kemarahan. Keng Hong memandang tosu penolongnya itu dan hatinya terharu. Pakaian tosu ini kumal dan robek-robek, rambut kusut, wajahnya pucat dan tubuhnya kurus sekali. Kedua lengannya diborgol pada pergelangan tangan. Yang masih tetap tampak bersemangat bahkan kini lebih tajam sinarnya adalah sepasang mata kakek ini. Keng Hong cepat menjura dengan penuh hormat dan menjawab. "Totiang, mohon maaf atas kelancangan saya.Akan tetapi saya mendengar bahwa Totiang dicurangi, bahkan dihukum dan saya datang dengan maksud membantu.." "Pinto tidak membutuhkan bantuanmu, Keng Hong. Dan tentang urusan kedudukan ketua Kun-lun-pai, tongkat ketua telah di tangan suteku Sian Ti Tojin, juga urusan dalam Kun-lun-pai. Engkau tidak berhak..." "Kalau saya tidak berhak mencampuri, mengapa Ang-kiam Bu-tek mencampurinya dan membantu mereka yang merampas kedudukan Totiang?" Tiba-tiba sepasang mata itu menjadi makin bersinar marah. "Perempuan itu! Tidak menyebutnya masih tidak mengapa, akan tetapi setelah menyebutnya, betapa... tidak punya malu engkau, Cia keng Hong!" "Eh, apakah maksud Totiang ?" Tosu tua itu memandang Keng Hong dengan kepala dikedikkan ke belakang matanya memandang setengah terkatup dan cuping hidungnya bergetar. "Cia Keng Hong, engkau menolak permintaan banyak tokoh kang-ouw gagah perkasa yang menginginkan pusaka peninggalan Sin-jiu Kiam-ong. Andaikata engkau mengkhianati gurumu dan menyerahkan pusaka itu kepada para tokoh kang-ouw yang akan mempergunakan untuk perjuangan membela kebenaran dan keadilan, itu sih masih tidak mengapa. Akan tetapi engkau telah menyerahkan pusaka gurumu kepada seorang wanita seperti murid Lam-hai Sin-ni! Cia Keng Hong , kemana larinya kesadaran dan kebijaksanaanmu?" "Saya tidak menyerahkan ,melainkan dia yang telah mencurinya. Kiang-totiang, mengapa Totiang membiarkan pengaruh jahat menyelundup ke Kun-lun-pai? Apakah sudah tepat kalau Totiang mengalah dan menerima dihukum begitu saja dan membiarkan Kun-lun-pai melalui jalan yang menuju ke arah penyelewengan? Apakah pertanggungan jawab Totiang terhadap Kun-lun-pai, terhadap Thai Kek Couwsu pendiri Kun-lun-pai? Kemana larinya kesetiaan Totiang terhadap Kun-lun-pai?" "Cia Keng hong, tutup mulutmu dan jangan mencampuri urusan Kun-lun-pai. Pinto sudah dikalahkan, tongkat ketua telah dirampas, mau berkata apa lagi? Biarlah, ini adalah urusan pribadi pinto sendiri!" Episode 153 "Demikian pula, urusan peninggalan harta pusaka suhu adalah urusan pribadi saya, Totiang. Tidak perlu orang lain memusingkannya. Sekarang, saya pun tidak mau mencampuri urusan Totiang dengan Kun-lun-pai, akan tetapi saya ingin menyampaikan pesan Thai Kek Couwsu kepada Totiang." "Iiiihhhh...!!!" Terdengar seruan-seruan kaget dari para tosu di bawah genteng. "Keng Hong, apa yang kau katakan ini? Keng Hong, bocah yang sejak dahulu pinto anggap sebagai putera sendiri. Ah, benarkah engkau begini kejam, selain selalu mendatangkan rasa kecewa, kini malah berani menggunakan nama Couwsu untuk main-main di depan pinto?" Kiang Tojin memandang dengan muka sedih dan suara gemetar. Keng Hong terharu sekali dan menjatuhkan diri berlutut. "Tidak, Totiang, saya mana berani mempermainkan Totiang yang saya junjung tinggi dan yang tak pernah saya lupakan budi Totiang yang amat besar terhadap saya? Saya telah menemukan rangka Thai kek Couwsu, bahkan saya telah menyempurnakannya dengan membakar rangkanya dan menyebarkan abunya di atas lereng batu pedang." "Siancai.. siancai.. siancai...!" Terdengar Kiang Tojin dan para tosu berdoa sambil menundukkan kepala. "Cia Keng Hong, untuk kesekian kalinya pinto percaya akan segala keteranganmu ini. Bangkitlah dan katakanlah apa yang kau maksudkan dengan menyampaikan pesan Couwsu kami kepada pinto tadi." Keng Hong bangkit berdiri dan mengeluarkan kitab kuno peninggalan Thai Kek Couwsu, dipegangnya dengan suara lantang. "Saya mendapatkan kitab pusaka peninggalan Thai Kek Couwsu ini di atas meja dekat rangka Thai Kek Couwsu dan karena di situ terdapat pesan agar kitab pusaka ini diserahkan kepada calon ketua yang baik dari Kun-lun-pai , maka saya anggap bahwa Kiang Tojin seoranglah yang berhak menerimanya!" "Bocah jahat, berani engkau mengacau Kun-lun-pai? Serahkan kitab itu kepada pinto!" teriak Sian Ti Tojin dan tubuh ketua baru Kun-lun-pai ini meloncat naik ke atas genteng dengan cepat sekali dan berada di atas kepala Keng Hong, kemudian tubuh itu membalik dan menukik membuat salto, tongkatnya ke bawah dan meluncur dalam penyerangannya, menusuk ubun-ubun Keng Hong, sedangkan tangan kirinya meraih ke depan merampas kitab,. Melihat betapa sutenya menggunakan jurus maut dengan ilmu tongkatnya ini, Kiang Tojin berseru terkejut, "Sute..!" "Aha, Sian Ti Tojin, masa sebagai ketua Kun-lun-pai, jurusmu Hek-liong-lo-hai hanya seperti ini? Jauh kurang sempurna..!" Keng Hong berkata cepat ketika menyaksikan gerakan serangan ketua Kun-lun-pai itu. Ia tidak mengelak, malah merendahkan tubuhnya sampai berjongkok dan menanti sampai tongkat itu dekat di atas ubun-ubunnya. Baru dia cepat-cepat miringkan pundak dan kepala, secepat kilat tangan kirinya menyambar ujung tongkat, dibetot terus ke bawah lalu dikempit sedangkan kaki kanannya secara tiba-tiba menendang perut Sian Ti Tojin! Kakek ini terkejut, mempertahankan tongkatnya berarti perutnya akan tertendang dan dia mengenal jurus yang lihai ini dan tahu pula bahwa pemuda ini memiliki sinkang yang luar biasa sekali. Menurut peraturan, tongkat pegangan ketua yang merupakan "tongkat komando" sama harganya dengan nyawa si ketua, sama sekali tidak boleh terampas lawan. Tentu saja Sian Ti tojin sebagai ketua baru Kun-lun-pai, juga amat sayang kepada tongkatnya itu, akan tetapi ternyata menghadapi bahaya maut, tosu ini lebih sayang nyawanya daripada tongkatnya. Hal ini terbukti ketika dia melepaskan tongkatnya untuk menyelamatkan diri dengan meloncat ke belakang. Akan tetapi gerakannya kurang cepat dan ujung kaki Keng Hong masih saja menendang paha Sian Ti Tojin sehingga kakek ini berteriak nyaring dan tubuhnya terlempar ke bawah genteng. Untung kepandaiannya cukup tinggi sehingga dia dapat berjungkir balik dan tidak sampai terbanting. Pada saat yang hampir bersamaan tadi, Lian Ci Tojin juga melayang naik sambil membawa pedangnya yang sudah dia cabut dari atas tanah. Ia pun menggunakan pedang itu menyerang Keng Hong dengan bacokan dahsyat, tepat pada saat Keng Hong habis menendang roboh Sian Ti Tojin. "Ngo-sute (adik kelima), sungguh keterlaluan engkau!" Kiang Tojin berkata dan sebelum Keng Hong bergerak menyambut serangan Lian Ci Tojin, Kiang Tojin sudah mengangkat kedua tangannya yang terbelenggu dan menyambut sambaran pedang itu. "Cring-tranggggg..! Auhhh!" Tubuh Lian Ci Tojin juga terlempar ke bawah gentang, pedangnya terlepas dari pegangan ketika bertemu dua kali dengan baja belenggu dan dia roboh oleh tendangan Kiang Tojin yang gerakannya sama dengan gerakan Keng Hong merobohkan Sian Ti Tojin tadi! "Cia Keng Hong, bagaimana engkau dapat mengenal Hek-liong-lo-hai tadi dan dapat mainkan jurus Hui-eng-coan-in (Garuda Terbang menerjang Awan) tadi? Kedua jurus itu adalah jurus-jurus simpanan tingkat tinggi dari Kun-lun-pai!" tegur Kiang Tojin, lebih merasa kagum akan kesempurnaan gerakan Keng Hong yang bahkan melebihi gerakannya sendiri itu daripada marah dan penasaran. Keng Hong kembali menyodorkan kitab pusaka itu dengan kedua tangannya kepada Kiang Tojin. "Maaf, Totiang, saya bukan sengaja mencuri dan tidak akan saya berani membuka rahasia ilmu-ilmu itu kepada orang lain. Saya mendapatkannya dari sini, dan terimalah pusaka peninggalan Thai Kek Couwsu ini! Dan karena Sian To Tojin telah begitu baik hati untuk menyerahkan tongkat ketua kepada Totiang, sebaiknya Totiang menerimanya sekalian!" Kiang Tojin tertegun, seperti orang terpesona dia memandang ke arah kitab, suaranya gemetar dan kedua kakinya menggigil ketika dia bertanya lirih, "Keng Hong, bersumpahlah. Benarkah kitab itu peninggalan Couwsu?" "Saya bersumpah demi kehormatan saya, Totiang." Episode 154 Mendengar ini, Kiang Tojin menerima kitab dengan kedua tangan, membukanya dan membaca huruf-huruf indah di halaman pertama: THAI-KEK-SIN-KUN INI DICIPTA UNTUK CALON-CALON KETUA KUN-LUN-PAI. Wajah Kiang Tojin makin berseri ketika dia membuka-buka kitab itu, kemudian mengangkat tinggi-tinggi kitab itu di atas kepalanya, menghadapi semua tosu di bawah genteng dan berteriak, "Para murid Kun-lun-pai! Kitab ini benar-benar peninggalan Couwsu kita! Marilah kita menghaturkan terima kasih kepada Couwsu!" Kiang Tojin ,menjatuhkan diri berlutut dan semua tosu di bawah genteng pun lalu menjatuhkan diri berlutut di atas tanah! "Teecu sekalian menghaturkan syukur dan terima kasih atas budi kecintaan Couwsu yang telah meninggalkan kitab teecu sekalian. *** Teecu bersumpah untuk menjunjung tinggi peninggalan Couwsu dan mencamkan semua ajaran Couwsu!" Wajah Kiang Tojin berseri-seri dan matanya bersinar ketika dia bangkit berdiri lagi. Dengan lantang dia berkata, "Engkau benar, Keng Hong. Kesulitan-kesulitan dan urusan-urusan pribadi harus disingkirkan dan dikesampingkan jika menghadapi urusan perkumpulan! Kun-lun-pai perlu dibangun, perlu diperkuat dan karena couwsu berkenan meninggalkan pusaka ini kepada pinto, maka pinto berhak menjadi ketua! Juga tongkat ketua, berkat ketangkasanmu, telah dapat dirampas kembali. Siapakah di antara para saudara yang tidak setuju kalau pinto menjadi ketua Kun-lun-pai?" Tak seorang pun di antara para tosu berani mengeluarkan suara, bahkan empat orang tosu yang menjadi adik-adik seperguruan Kiang Tojin, memandang kepada kakek seperguruan tertua itu dengan sinar mata penuh harapan. Kemudian semua tosu mengerling ke arah Sian Ti Tojin dan Lian Ci Tojin yang berdiri dengan muka pucat. "Cia Keng Hong, selama hidup pinto takkan melupakan perbuatanmu ini dan sekali waktu pinto akan membalas dendam ini!" bentak Lian Ci Tojin sambil mengertakkan giginya. "Cia Keng Hong, engkau telah berani merampas tongkat ketua dan menggunakan kekerasan untuk mencampuri urusan Kun-lun-pai. Selamanya Kun-lun-pai akan mengutukmu dan menganggapmu sebagai musuh besar!" kata pula Sian Ti Tojin. Keng Hong tertawa, "Pemutarbalikan fakta merupakan fitnah keji, Ji-wi Totiang. Aku tidak mencampuri urusan Kun-lun-pai dan tentang tongkat, siapakah yang bergerak lebih dulu melakukan serangan ? Aku hanya membela diri dan salahmu sendiri mengapa sebagai ketua kurang sempurna ilmumu, dan mengapa pula kau meninggalkan tongkatmu ke tanganku. Bukankah seorang ketua Kun-lun-pai harus menjaga tongkatnya seperti menjaga nyawa sendiri? Sekarang terserah kepadamu. Lawanlah Kiang Tojin kalau memang kau merasa lebih berhak dan lebih pandai. Adapun aku.., hemm, aku hanya menjadi saksi dan aku yang akan turun tangan menghadapinya kalau kau minta bantuan tokoh-tokoh kaum sesat!" Melihat betapa dua orang tosu itu diam saja, hanya memandang kepada Keng Hong dengan pandang mata melotot penuh kebencian, Kiang Tojin lalu menggerakkan kedua tangannya dan terdengarlah suara berkerotokan ketika belenggu pergelangan tangannya patah-patah. "Ji-sute dan Ngo-sute, kalian juga mengerti sendiri mengapa pinto mengalah. Pertama untuk memenuhi janji bahwa siapa yang kalah harus memberikan kedudukan ketua. Pinto telah kalah oleh Ang-kiam Bu-tek yang mewakilimu, dan tongkat ketua telah dapat dirampas dari tangan pinto. Hanya karena pinto tidak mmenghendaki perpecahan di Kun-lun-pai sesuai dengan pesan suhu, maka pinto mengalah, suka diperlakukan sebagai orang hukuman. Andaikata pinto tidak mau menerima dan melawan setelah Ang-kiam Bu-tek pergi tentu kalian berdua tidak akan mampu melawan dan mengalahkan pinto. Kini, pinto sadar bahwa sesungguhnya kalian telah menyelewengkan Kun-lun-pai dan bahwa sikap mengalah dari pinto tidak benar, bahkan merupakan pengkhianatan terhadap Kun-lun-pai, terhadap suhu yang telah menaruh kepercayaan kepada pinto. Dahulu tongkat ini dirampas dari tangan pinto oleh Ang-kiam Bu-tek, kini kembali ke tangan pinto atas bantuan Cia Keng Hong. Hal ini sudah sewajarnya maka pinto suka menerima kembali ini. Apalagi setelah pinto harus meminpin para anak murid Kun-lun-pai seperti yang dikehendaki pendirinya yaitu Couwsu kita!" "Kiang Tojin, kelak kita akan saling berjumpa kembali!" Terdengar suara Sian Ti Tojin penuh kemarahan dan dendam. "Mulai detik ini, aku bukan lagi tosu Kun-lun-pai!" "Sute...!!" Kiang Tojin berseru, akan tetapi Sian Ti Tojin sudah menoleh kepada Lian Ci Tojin dan berkata singkat, "Hayo kita pergi!" Dua orang tosu itu sudah meloncat pergi. Keng hong bergerak hendak mengejar sambil berkata lirih, "Dia harus dibasmi..!" Kiang Tojin mengira bahwa Keng Hong hendak mebunuh mereka karena sikap mereka sebagai murid-murid Kun-lu-pai yang murtad, maka dia cepat mencegah, "Jangan, biarkan mereka pergi.. ini urusan Kun-lun-pai…." Sebetulnya Keng Hong berniat membunuh Lian Ci Tojin atas perbuatannya terhadap Tan Hun Bwee dahulu, akan tetapi mendengar cegahan ini, dia menjadi tidak enak hati terhadap Kiang Tojin dan mengurungkan niatnya. Sikap dua orang tokoh Kun-lun-pai itu sudah cukup menghancurkan hati Kiang Tojin. Para tosu yang tadinya bersekutu dengan Lian Ci Tojin dan Sian Ti Tojin menjadi ketakutan sendiri dan mereka itu menerima dengan penuh kerelaan hati ketika Kiang Tojin mengatakan bahwa siapa yang merasa bersalah dipersilakan untuk menghukum diri sendiri di dalam ruangan "pencuci dosa" dan kamar-kamar "penyesalan diri". Berbondong-bondong para tosu yang merasa bersalah, hampir dua puluh orang banyaknya, pergi memasuki tempat-tempat yang khusus di adakan oleh Kun-lun-pai untuk menyesali perbuatan sendiri yang tersesat bagi murid-murid Kun-lun-pai.

Tidak ada komentar:

naruto

naruto
naruto

Daftar Blog Saya

naruto

naruto
Powered By Blogger