naruto

naruto

Kamis, 29 November 2012

pdk 216

Episode 216 Mendengar pengakuan ketua Hoa-san-pai ini, para anak murid Hoa-san-pai makin kagum kepada Keng Hong dan keadaan pemuda itu memberi dorongan kepada mereka untuk berlatih lebih giat lagi. *** Semenjak Kaisar Yung Lo mengalahkan keponakannya sendiri dalam perebutan kekuasaan dan naik tahta Kerajaan Beng pada tahun 1403, terjadilah perubahan besar yang menuju perbaikan keadaan pemerintah. Kaisar Yung Lo yang tadinya adalah seorang panglima perang, memegang tampuk kerajaan dengan tangan besi sesuai dengan jiwanya sebagai prajurit. Segala macam bentuk korupsi dan penyalahgunaan wewenang diberantas dan untuk menghindarkan pemerintah yang dipimpinnya dari pengaruh buruk tuan-tuan tanah yang ada pada masa lalu seolah-olah mencengkeram semua alat pemerintah dengan kekuasan uang sogokan dan suapan, maka Kaisar Yung Lo memindahkan ibu kota dari Nanking ke Peking di utara. Ibu kota utara ini memang tepat di mana dia bertugas ketika masih menjadi panglima, memimpin barisan pertahanan di utara, maka tentu saja Kaisar Yung Lo lebih merasa "di tempat sendiri" kalau berada di utara. Pembangunan besar-besaran dilakukan di ibu kota atau kota raja ini, pembangunan yang dilakukan oleh semua ahli seni bangunan yang didatangkan dari segenap penjuru tanah air. Istana yang besar-besar dan amat indah dibangun sehingga Kota Raja Peking menjadi kota yang hebat dan indah luar biasa di masa itu, dan terkenal di luar negeri sebagai kota terindah dan mentakjubkan para musafir kelana yang datang dari segala penjuru dunia. Tembok besar yang melintang di utara, yang merupakan keajaiban di dunia dan membuktikan kehebatan hasil tenaga manusia ( panjangnya lk.22500 mil), diperbaiki dan diperkuat. Juga Terusan Besar yang menghubungan Kota Raja Peking Sungai Yang-tse-kian dengan Sungai Huang-ho,yang belum selesai dibangun oleh kaisar-kaisar Mongol, kini diteruskan dan diperbaiki dan diselesaikan pembangunannya. Selain mengadakan pembangunan besar-besaran, juga Kaisar Yung Lo berusaha keras untuk meningkatkan kecerdasan kaum petani yang menjadi sebagian besar daripada rakyat dengan jalan memerintahkan penyebarluasan kesusastraan dengan mencetak kitab-kitab pusaka lama dan ajara-ajaran Kong-hu-cu sehingga kitab-kitab itu menjadi murah dan mudah didapatkan dan dipelajari oleh rakyat tidak seperti jaman sebelum itu di mana kitab-kitab hanya dapat dimiliki dan dipelajari oleh kaum ningrat dan hartawan saja. Maka muncullah sastrawan-sastrawan dari kalangan rakyat miskin, dan mereka itu diberi kesempatan untuk meningkatkan hidup dengan jalan menempuh ujian-ujian yang diadakan setiap tahun di kota raja dan bagi siapa yang lulus akan diberi gelar siucai dan diberi kesempatan menduduki jabatan. Kaisar Yung Lo memang bijaksana, tidak hanya dalam hal kesussastraan di mana dia mencurahkan perhatiannya, mempersilakan kaum terpelajar dan sastrawan-sastrawan yang dahulunya banyak yang dikejar-kejar sebagai pemberontak apabila ada di antara mereka yang berani mengeritik istana, kini datang membantu pemerintahannya dan memberi kedudukan sesuai dengan kepandaian mereka. Di samping usaha memajukan kesusastraan dan kesenian, sebagai seorang kaisar bekas panglima, tentu saja kaisar ini tidak mengabaikan pertahanan perang, juga dapat menghargai bantuan kaum persilatan. Maka Kaisar Yung Lo mengumumkan untuk membuka tangan kepada tokoh-tokoh kang-ouw yang suka untuk membantunya, untuk diuji kepandaiannya dan diberi kedudukan pula, dari pengawal-pengawal istana sampai komandan-komandan pasukan, disesuaikan masing-masing dengan tingkat kepandaian dan pengalaman masing-masing. Dengan janji kedudukan tinggi, apalagi menjadi pengawal istana yang pada waktu itu merupakan pangkat yang amat besar kekuasaannya (biasanya pengawal lebih galak dan merasa lebih kuasa daripada yang dikawal), banyaklah para tokoh kang-ouw yang berilmu tinggi datang ke kota raja untuk menghambakan diri kepada kaisar baru Kerajaan Beng ini. Akan tetapi, tidaklah mudah dapat diterima menjadi pengawal kaisar atau pengawal istana. Ujiannya terlampau berat. Ada tiga tingkat pengawal istana kaisar, yaitu tingkat pengawal istana kaisar yang memiliki ilmu kepandaian paling tinggi, tingkat kedua adalah pengawal istana bagian dalam, dan tingkat ke tiga adalah tingkat istana bagian luar. Untuk dapat diterima menjadi pengawal-pengawal ini, calon harus membuktikan kelihaiannya dengan mengalahkan penguji dari tiga tingkatan. Dan ternyata tidaklah mudah dan jarang sekali ada tokoh kang-ouw yang dapat mengalahkan atau menandingi para penguji ketiga tingkatan itu, apalagi tingkat pertamanya! Kaisar Yung Lo merasa perlu sekali menghimpun tenaga tokoh-tokoh kang-ouw yang lihai untuk memperkuat barisannya karena dia mempunyai cita-cita memperkembangkan kekuasaan negara sampai jauh ke luar negeri, untuk menundukkan daerah-daerah barat dan selatan yang semenjak jatuhnya Kerajaan Mongol tidak mau mengakui lagi kekuasaan pemerintah pusat. Bahkan Kaisar Yung Lo bercita-cita lebih jauh lagi, yaitu mengirim pasukan-pasukan jauh menyeberangi lautan selatan untuk mencari kemungkinan-kemungkinan yang akan mendatangkan keuntungan dan kebaikan bagi negaranya, karena di mendengar selatan amat kaya akan rempah-rempah dan hasil buminya yang subur. Pada suatu hari, pagi-pagi sekali, datanglah dua orang muda yang amat menarik perhatian ke kota raja. Mereka ini menarik perhatian orang karena merupakan pasangan orang muda yang cantik jelita dan tampan perkasa, seorang wanita muda yang sukar ditaksir usianya antara dua puluh dan tiga puluh tahun, berpakaian serba jambon, rambutnya yang hitam digelung ke atas dan dihias burung hong kecil dari emas permata yang amat indah, di punggunggnya terdapat sarung pedang dari emas pula terukir indah sehingga hiasan ini mendatangkan sifat gagah pada kecantikannya. Adapun pria yang berjalan di sebelahnya juga amat menarik perhatian orang. Pria ini usianya antara empat puluhan tahun, bertubuh tinggi besar dan gagah. Pakaiannya mewah sekali, dari ujung rambut yang tersisir rapi dan licin mengkilap sampai ke ujung sepatunya yang baru dan mengkilap pula dapat diketahui bahwa dia adalah seorang pria pesolek yang amat menjaga diri dan pakaiannya agar selalu kelihatan tampan Dan memang pria itu berwajah tampan, berpandang mata penuh pikatan, senyumnya pun dapat meruntuhkan hati wanita yang kurang kuat. Seperti juga wanita muda di sebelahnya, disamping ketampanan dan kegantengannya, laki-laki ini kelihatan gagah dengan adanya pedang yang tergantung di pinggang, pedang yang sarungnya berwarna hitam dan terukir bunga-bunga teratai terbuat dari emas pada gagang pedang dan sarungnya. Episode 217 Wanita cantik jelita dan gagah itu bukan lain Bhe Cui Im, sedangkan pria di sebelahnya ini adalah Kim-lian Jai-hwa-ong Siauw Lek. Cui Im yang mendengar pula akan pengumuman istana segera mempergunakan kesempatan ini untuk mengikuti ujian karena wanita yang haus kekuasaan ini menganggap bahwa cara yang paling tepat untuk menjadi nomor satu di dunia adalah menjadi jagoan nomor satu pula. Maka ia lalu mengajak sekutunya, Siauw Lek untuk datang ke kota raja. Berbeda dengan sebagian tokoh kang-ouw di masa itu yang segan untuk memperlihatkan diri sehingga terlibat dalam pertentangan, Cui Im dan Siauw Lek yang terlalu percaya kepada diri sendiri dan memandang rendah orang lain, secara terang-terangan bersikap sebagai ahli persilatan dengan lagak terbuka dan menantang! Maka tentu saja mereka menarik banyak perhatian orang di kota raja dengan lagak mereka yang menginap di rumah penginapan terbesar, makan di rumah makan termewah dan hidup secara royal sekali. Mereka berdua tidak tergesa-gesa mengunjungi tempat pendaftaran di istana, melainkan berpesiar di kota raja sampai tiga hari. Siauw Lek yang selalu taat dan tunduk kepada Cui Im, selama di kota raja tidak berani melakukan kebiasaannya, yaitu menganggu wanita-wanita cantik. "Kita menghendaki kedudukan tinggi sebagai pengawal kaisar, jangan merusak nama dengan perbuatan yang mengacaukan," kata Cui Im. Siauw Lek tidak berani melanggar dan dia hanya menelan ludah saja setiap kali melihat puteri-puteri cantik yang banyak terdapat di kota raja dan memuaskan nafsunya dengan berfoya-foya bersama wanita kelas satu di kota raja. Tiga hari kemudian, Cui Im dan Siauw Lek menghadap para petugas pendaftaran, yaitu perwira-perwira pengawal yang menerima semua pendaftaran dan kantornya berada di bangunan samping depan istana. Pagi itu tidak ada orang lain yang mendaftarkan, dan memang makin lama makin berkuranglah para pendaftar setelah terdengar berita betapa beratnya syarat-syarat ujian dan betapa sebagian besar para peserta gagal dalam menempuh ujian, tidak dapat menandingi kelihaian si penguji. Belasan orang perwira yang bertugas di situ memandang Cui Im dengan mata terbelalak, penuh kekaguman dan keheranan. Kalau yang datang mendaftarkan diri seorang pria seperti Siauw Lek, mereka tidak akan merasa heran, dan kalau seorang wanita tua yang banyak terdapat di kalangan tokoh kang-ouw mendaftarkan, mereka pun akan menerima hal ini sebagai hal wajar dan tidak aneh. Akan tetapi seorang wanita muda dan cantik jelita seperti Cui Im datang mendaftarkan diri untuk menjadi pengawal! Benar-benar hal ini membuat mereka terheran-heran. Akan tetapi mereka adalah petugas-petugas yang langsung berada di bawah pengawasan istana dan berdisiplin, maka mereka menerima Siauw Lek dan Cui Im sebagaimana mestinya dan bertanya kepada dua orang ini hendak mendaftarkan untuk calon pengawal tingkat apa. "Tentu saja tingkat pengawal kaisar, atau adakah tingkat yang lebih tinggi dari itu? Kalau ada, aku hendak mendaftar untuk tingkat yang lebih tinggi, tingkat yang paling tinggi," kata Cui Im dengan sikap sembarangan. Para petugas yang sudah terheran-heran itu menjadi melongo saking herannya. Seorang di antara mereka yang bertugas menuliskan nama pendaftaran khawatir kalau dia salah dengar dan bertanya,"Siapakah yang mendaftarkan untuk pertama, calon pengawal kaisar, Saudara inikah?" Ia menuding ke arah Siauw Lek. Siauw Lek tersenyum. "Kedua-duanya, Sobat. Kami berdua mendaftarkan untuk calon pengawal kaisar. Apakah tidak boleh?" “Ah, boleh... Boleh..., tentu saja boleh. Akan tetapi ujiannya amat berat dan salah-salah nyawa bisa melayang..." "Kami sudah siap sedia untuk resiko itu," jawab Cui Im, dan harap catat bahwa aku mempunyai sebuah benda amat berharga yang hendak kupersembahkan kepada kaisar apabila aku dapat lulus ujian dan menjadi pengawal kaisar." "Disini dilarang untuk menyuap dan menyogok, apalagi terhadap kaisar!" Tiba-tiba perwira itu berkata tegas. Cui Im bertolak pingang, memandang tajam dan berkata lebih tegas lagi. "Siapa bicara tentang suap dan sogok? Aku akan menangkan kedudukan pengawal kaisar dengan kepandaianku,akan ku kalahkan pengujinya, dan tentang benda itu ketahuilah hai perwira yang lancang mulut bahwa persembahanku itu adalah kitab Thai-yang-cin-keng. Orang berkedudukan rendah seperti engkau mungkin tidak mengenalnya, akan tetapi aku merasa yakin bahwa kaisar akan mengenal kitab itu." Para perwira itu diam-diam mendongkol akan tetapi terkejut juga. Dengan singkat dan tanpa banyak cakap agar tidak menimbulkan keributan dengan orang-orang kang-ouw yang mereka tahu berwatak aneh-aneh itu, nama Siauw Lek dan Cui Im dicatat dan juga rumah penginapan mereka dicatat. "Ji-wi (kalian berdua) akan dipanggil kalau saat ujian tiba." Cui Im dan Siauw Lek meninggalkan tepat itu dan mereka berdua sambil menanti panggilan itu melihat-lihat pembangunan yang sedang dilakukan secara besar-besaran oleh kaisar. Tiada kunjung habis keheranan dan kekaguman mereka berdua akan kehebatan pembangunan itu dan mereka makin bersemangat untuk mencari kedudukan menghambakan diri kepada kaisar yang luar biasa ini. Karena Bhe Cui Im dan Siauw Lek mendaftarkan nama mereka tanpa julukan, para petugas memandang rendah, akan tetapi ketika mereka menyebut tentang kitab Thai-yang-cin-keng, terkejutlah semua pegawai kaisar dan cepat-cepat mereka melaporkannya kepada kaisar. Kaisar Yung Lo terkejut juga dan merasa girang sekali. Tentu saja dia sudah mengenal nama kitab Thai-yang-cin-keng ini, karena sejak dahulu dia mencari-cari kitab ini. Thai-yang-cin-keng (Kitab Ilmu Barisan Matahari) adalah kitab pusaka ciptaan Raja Besar Jenghis Khan, berisi ilmu dan siasat mengatur barisan. Mengingat akan hasil yang gilang-gemilang dari bangsa Mongol di bawah bimbingan Jenghis Khan dahulu dapat dibayangkan betapa pentingnya isi kitab ini bagi Kaisar Yung Lo yang berjiwa perajurit. Episode 218 "Panggil mereka dan biar mereka diuji oleh pengawal nomor satu! Kami akan menyaksikan sendiri ujian ini!" berkata kaisar dan sibuklah para pengawal mengatur untuk melaksanakan perintah ini. Dahulu memang kaisar sendiri sering menonton ujian kelihaian para calon pengawal, akan tetapi karena jarang sekali ada yang lulus, akhir-akhir ini kaisar jarang menonton. Hanya kalau ada calon yang namanya sudah terkenal, baru kaisar berkenan menonton karena memang menjadi sebuah di antara kesukaan Kaisar Yung Lo untuk menonton pertandingan silat, apalagi dia sendiri adalah seorang ahli silat yang lihai. Kalau sekarang kaisar berkenan ingin menyaksikan sendiri ujian yang akan dilakukan terhadap Cui Im dan Siauw Lek, hal ini adalah karena kaisar amat tertarik mendengar bahwa wanita muda yang bernama Bhe Cui Im hendak mempersembahkan Thai-yang-cin-keng! Ketika Cui Im dan Siauw Lek memenuhi panggilan menghadap ke istana, mereka memasuki halaman istana dengan sikap yang biasa saja, tidak kelihatan tegang sama sekali sehingga makin mengagumkan hati para pengawal yang menyambut mereka di pintu gerbang pertama. Bhe Cui Im mengenakan pakaian berwarna merah muda yang ringkas dan ketat sehingga bentuk tubuhnya tampak membayang nyata, rambutnya digulung ke atas dan diikat pita dengan erat, pinggangnya yang ramping memakai ikat pinggang sutera kuning yang panjang sampai ke depan jari kaki, pedangnya tergantung di punggung,dan dekat pedang itu tampak sebuah buntalan sutera kuning yang berisi kitab dan menempel di punggung. Siauw Lek berpakaian gagah, pakaian seorang jago silat yang ringkas, kedua pergelangan tangannya dipasangi kulit hitam pelindung pergelangan, rambut kepalanya tertutup kain pengikat kepala yang dihias bunga teratai emas, pedangnya tergantung di pimggang sebelah kiri, langkahnya tegap, dadanya bidang membusung ke depan, matanya berkilat dan wajahnya berseri, senyumnya tak pernah meninggalkan bibir. Cui Im dan Siauw Lek diantarkan masuk ke ruangan sebelah samping kiri dan di sepanjang jalan memasuki ruangan itu, mereka berdua melihat barisan pengawal berdiri menjaga di kanan kiri. Para pengawal yang menjaga sebelah dalam istana ini merupakan pengawal-pengawal tingkat dua dan sikap mereka angker, dengan pandang mata penuh kewaspadaan menjaga segala kemungkinan untuk menjamin keamanan dalam istana. Akan tetapi Cui Im dan Siauw Lek berjalan dengan sikap tenang, mengikuti petunjuk jalan yang kini berganti rombongan, yaitu rombongan pengawal dalam yang mengoper tugas dari pengawal luar yang tadi mengantar kedua orang itu. Rombongan pengawal dalam yang berjumlah enam orang ini terus membawa Cui Im dan Siauw Lek memasuki ruangan yang disediakan untuk menguji para calon pengawal tingkat satu atau pengawal pribadi kaisar. Ruangan itu amat luas dan ketika mereka memasuki ruangan itu, di situ kosong tidak tampak seorang pun manusia, kecuali beberapa orang pengawal dalam yang menjaga di setiap sudut dengan tombak di tangan seperti arca batu. Akan tetapi, enam orang pengawal yang mengantar Cui Im dan Siauw Lek menjatuhkan diri berlutut menghadapi sebuah tirai yang berada di sebelah dalam. Dari tempat itu dapat dilihat samar-samar bahwa di belakang tirai terdapat sebuah meja besar dan beberapa buah kursi. Akan tetapi di situ pun kosong. "Harap Ji-wi suka berlutut untuk menghormat Sri Baginda Kaisar," bisik seorang di antara para pengawal kepada Cui Im dan Siauw Lek. Tempat itu mendatangkan suasana angker dan penuh wibawa, maka mendengar bisikan ini Siauw Lek dan Cui Im menjatuhkan diri berlutut di samping enam orang pengawal itu menghadap ke arah tirai. "Riiiiittt!" Tiba-tiba tirai itu terkuak ke kanan kiri sehingga tampaklah meja dan beberapa kursi di balik tirai, juga kini tempat itu menjadi terang sekali, agaknya ada bagian-bagian rahasia yang dibuka sehingga sinar matahari masuk memenuhi ruangan. Bagaikan setan-setan saja, tahu-tahu di kanan kiri meja itu sudah berdiri lima orang yang berpakaian pengawal, bertopi yang dihias bulu burung sebagai tanda bahwa mereka adalah anggota Gi-lim-kun, pasukan pengawal pribadi kaisar! Rata-rata mereka sudah berusia lima puluh tahun lebih, ada yang gemuk ada yang kurus, ada yang tinggi ada yang pendek sehingga mereka itu tidaklah kelihatan gagah perkasa seperti para pengawal istana dalam atau pengawal istana luar. Akan tetapi bagi pandang mata Cui Im dan Siauw Lek, mereka dapat melihat jelas bahwa lima orang anggota Gi-lim-kun itu memiliki ilmu kepandaian silat yang tinggi. Tiba-tiba terdengar aba-aba yang tidak jelas dari sebelah dalam, pintu terbuka dari dalam dan muncullah kaisar dikawal oleh tujuh orang anggota Gi-lim-kun. Kaisar Yung Lo berusia kurang lebih lima puluh tahun, bertubuh tinggi tegap dan wajahnya angker sekali. Sepasang alisnya yang tebal itu merupakan garis yang ujungnya naik ke atas, demikian pula sepasang matanya yang tajam dan membayangkan kemauan keras. Hidungnya besar dan mulutnya yang juga membayangkan kekerasan hati terhias kumis yang dipotong pendek. Akan tetapi jenggotnya gemuk dan panjang sekali. Wajah seorang gagah perkasa, seperti wajah pahlawan besar Kwan Kong! Akan tetapi pada saat itu kaisar tersenyum dan matanya memandang ramah ke arah kedua orang yang berlutut di atas lantai bersama enam orang pengawal. "Kedua calon telah menghadap Paduka, Sri Baginda Kaisar yang mulia!" Seorang di antara pemgawal dalam berkata, suaranya nyaring memecah kesunyian ruangan itu. Kaisar memberi tanda dengan tangannya dan seorang di antara pengawal pribadi, yang tua berabut putih bertubuh tinggi kurus, berkata kepada para pengawal dalam, "Para pengawal dalam boleh mundur!" Enam orang pengawal itu meberi hormat, lalu bangkit dan mengundurkan diri, kembali ke pos mereka yang tadi. Pengawal berambut putih itu berkata lagi, kini ditujukan kepada Cui Im dan Siauw Lek, "Kedua orang gagah diperkenankan bangkit berdiri oleh Sri Baginda Kaisar!" Tempat, suasana, dan suara pengawal itu mendatangkan wibawa, dan Cui Im dan Siauw Lek segera memberi hormat sambil berlutut, kemudian bangkit berdiri menghadap ke arah kaisar. Betapapun lihai mereka ini, merupakan petualang-petualang yang tak pernah mengenal takut, akan tetapi wibawa yang keluar dari pribadi kaisar dan suasana tempat itu membuat denyut jantung mereka mengencang. Episode 219 Kini mereka berdua dapat memandang jelas, mereka tidak berani memandang wajah kaisar secara langsung, akan tetapi diam-diam mereka memperhatikan dua belas orang pengawal kaisar itu. Ternyata tidak seorang pun di antara pengawal kedua orang ini memandang rendah, akan tetapi di hadapan kaisar yang mempunyai wibawa demikian hebat, tentu saja mereka berdua tidak berani banyak tingkah. Setelah kaisar memandang wajah kedua orang itu, sebagai seorang yang bijaksana dan waspada, hati kaisar agak kecewa. Ia melihat sifat-sifat tidak baik pada diri kedua orang itu, akan tetapi juga dapat menangkap kelihaian yang terbayang pada tubuh dan wajah mereka. Dia memerlukan tenaga mereka, dan soal sifat baik dan tidak baik, kekuasaanya akan dapat menundukkan mereka. Kuda-kuda yang liar memang berbahaya, akan tetapi sekali dapat menundukkan mereka, akan menjadi alat yang amat berguna karena tenaga mereka yang boleh diandalkan, demikian pikir kaisar yang cerdik ini. "Siapakah di antara kalian berdua yang kabarnya hendak mempersembahkan kitab Thai-yang-cin-keng kepada kami?" Kaisar bertanya, suaranya halus, akan tetapi memiliki dasar wibawa yang menggetarkan hati pendengarnya. "Hamba Bhe Cui Im yang membawa persembahan itu untuk Paduka Sri Baginda," jawab Cui Im dengan muka tunduk. Kaisar memandang tajam, tersenyum dan hatinya tidak percaya, akan tetapi ia berkata."Wanita muda yang gagah, siapakah julukanmu di dunia kang-ouw?" Biasanya, kalau ada orang menanyakan nama julukannya, Cui Im tentu akan memberi tahu dengan ahti besar dan bangga, akan tetapi sekali ini, ditanya oleh kaisar sendiri, hatinya menjadi berdebar, dan suaranya tidak garang ketika menjawab, "Hamba.... hamba.... disebut Ang-kiam Bu-tek!" "Pedang Merah Tanpa Tanding! Hemm, tentu ilmu pedangmu hebat sekali. Bhe Cui Im, engkau berani menyebut kitab yang hendak kau persembahkan itu sebagai Thai-yang-cin-keng. Sudah yakin benarkah bahwa kitab itu tidak palsu?" "Hamba bukan seorang ahli barisan tentu saja hamba tidak dapat membedakan mana yang palsu dan mana yang tulen. Akan tetapi hamba dapat mendapatkannya dari peninggalan Sin-jiu Kiam-ong." "Ahhh! Kalau begitu, tentu saja tulen!" Kaisar berseru gembira. Melihat kegembiraan kaisar, Cui Im cepat menurunkan buntalan kitab yang digendong di punggungnya dalam sutera kuning, lalu berlutut dan mengangkat buntalan kitab itu tinggi-tinggi sambil berkata, "Hamba mempersembahkan kitab ini, mohon Paduka sudi menerima." "Eh, Ang-kiam Bu-tek, bukankah engkau mengatakan pada para pengawal bahwa engkau akan mempersembahkan kitab itu kalau engkau telah berhasil lulus ujian?" "Hamba yakin akan lulus," jawab Cui Im, kini dengan suara tegas, karena setelah bercakap-cakap dan mendengar suara kaisar itu ramah, kegentarannya berkurang. Kaisar tersenyum lebar. "Engkau yakin? Pengawal tingkat mana yang hendak kau pilih?" "Tingkat pertama, hamba ingin menjadi pengawal pribadi Paduka yang mulia." "Ha-ha-ha! Engkau terlalu besar hati, Ang-kiam Bu-tek! Untuk menjadi pengawal pribadiku engkau harus mengalahkan pengawal kepala yang paling lihai di antara dua belas orang pengawal pribadiku ini. Dan engkau takkan menang!" "Mohon ampun, Sri Baginda. Hamba tidak sombong, akan tetapi hamba merasa yakin akan dapat mengalahkan pengawal Paduka yang manapun juga." "Wah, engkau benar-benar luar biasa. Hendak kulihat apakah kitab persembahanmu itu tidak palsu, kemudian akan kusaksikan apakah kesanggupanmu itu pun bukan hanya kosong belaka! Kaisar memberi isyarat dan seorang di antara pengawalnya, yang berambut putih itu, menuruni tangga, menghampiri Cui Im. Pengawal ini adalah seorang ahli silat yang berilmu tinggi yang sejak sebelum Kaisar Yung Lo menjadi kaisar telah menjadi pengawal pribadinya. Dia dahulunya adalah seorang tosu perantau yang sudah menjelajah di luar tembok besar daerah utara, mempelajari berbagai ilmu silat dari utara yang dia gabungkan dengan ilmu silat dari selatan. Setelah menjadi pengawal Kaisar Yung Lo yang dahulu masih raja muda, dia melepaskan jubah tosu dan mempergunakan nama sendiri, yaitu Theng Kiu. Ilmu silat Theng Kiu ini tinggi dan sukar dicari bandingnya, akan tetapi karena dia tidak pernah terjun di dunia kang-ouw, melainkan menjadi pengawal setia, maka namanya tidak terkenal di dunia kang-ouw. Ketika melihat sikap Cui Im yang sama sekali belum dikenalnya dan mendengar ucapan yang begitu yakin, dia menjadi tidak senang dan menganggap bahwa wanita ini sombong sekali. Di antara duabelas orang pengawal pribadi kaisar yang kesemuanya memiliki ilmu kepandaian tinggi, orang-orang pilihan dari berbagai daerah yang sudah diuji kepandaian dan kesetiannya, dia merupakan orang pertama dan boleh dibilang jago nomor satu kecuali lima orang "pengawal rahasia" kaisar yang diangkat setelah junjungannya menjadi kaisar. Kini ada seorang wanita muda, belum tiga puluh tahun usianya, menyatakan di depan kaisar bahwa wanita ini yakin akan dapat mengalahkan setiap orang pengawal pribadi kaisar. Alangkah sombongnya, dia menjadi penasaran sekali. Ia merasa yakin bahwa dalam satu dua jurus saja dia akan mampu mengalahkan wanita itu! Maka ketika dia menerima isyarat kaisar untuk menerima persembahan kitab ilmu perang itu, dia melangkah maju menghampiri Cui Im yang berlutut kemudian menggerakkan tangan untuk menerima kitab yang terbungkus sutera kuning. Akan tetapi dalam melakukan gerakan ini, dia telah mengerahkan tenaga sinkangnya dengan maksud untuk membikin tergetar tangan Cui Im sehingga wanita itu akan melepaskan kitab jatuh ke lantai. Hal ini akan membuat malu wanita yang bersumbar akan mengalahkan semua pengawal pribadi kaisar.

Tidak ada komentar:

naruto

naruto
naruto

Daftar Blog Saya

naruto

naruto
Powered By Blogger